Tiba-tiba saja Samuel menggendongku dan membawaku ke kasur. Aku yang terkejut refleks memeluknya erat. 

"Sekarang kau harus istirahat, aku tidak mau kau dan little Samuel kelelahan."

Samuel menyelimutiku dan memelukku erat dari belakang. Tangannya membungkusku dan kakinya melilitku. Aku benar-benar terkurung.

Namun, entah mengapa rasanya hangat dan nyaman. Aku memejamkan mata karena sedari tadi terasa mengantuk.

Akhir-akhir ini aku mudah sekali tertidur, di sofa sekalipun. 

Samuel masih saja mengelus perutku membuatku semakin nyenyak. Belum lagi ciumannya yang bertubi-tubi di rambutku.

Tidak berapa lama, aku tertidur. Tanpa kusadari Samuel bangkit dari kasur dan melepaskan pelukannya.

"Sleep well, rabbit. Aku akan pergi menghadapi Dariel bajingan itu. Wish me luck in your dream! Kali ini aku akan benar-benar menculikmu jika tidak berhasil," bisiknya yang hanya ku dengar samar-samar.

Bisikannya malah membuatku semakin mengantuk.

Tanpa ku tahu, Samuel pergi dengan raut wajahnya yang mengeras. Tangannya mengepal seakan siap membunuh Dariel jika tujuannya tidak tercapai.

Ya, sepertinya memang akan ada perang dunia ke tiga.

-----------

Samuel POV

Kalau saja Arabella tidak memelas, aku tidak akan sudi melakukan ini. Egoku terlalu tinggi.

Akan tetapi dibandingkan ego, aku lebih takut kehilangan Arabella dan hal itu mudah saja bagi Dariel. 

Kekuatannya tidak main-main. Kurasa hanya seorang raja yang bisa melakukannya. 

Dariel bisa menyerap energi seseorang. Tanpa perlu capai-capai menghajarnya, dia bisa dengan mudah membuat musuhnya lemas. Bahkan bisa membunuhnya.

Aku berhadapan empat mata dengannya saat ini. Tadinya ada Bastian, hanya saja sudah diusirnya.

"Kau tahu kan aku tidak akan pernah merestui kalian," ucapnya to the point. Tatapannya tajam padaku, benar-benar tidak menyukai kehadiranku.

Pikirkan saja siapa seorang ayah yang rela anak perempuannya direbut.

Aku juga tidak mau hal itu terjadi jika anakku perempuan. 

Hanya saja tidak ada pilihan lain, aku harus bisa membuatnya menerimaku.

Jujur saja aku juga tidak yakin bisa terus-terusan kabur dari Dariel, apalagi dia sudah melihat wajahku. Akan mudah untuknya menemukan keberadaan kami.

"Dan percuma saja kau mengusirku. Aku akan tetap di sini dan menemui Arabella setiap hari." Aku berkata seperti itu berharap tidak dapat penolakan lagi darinya.

Mana bisa aku tunduk terus padanya. Rasanya kesabaranku menipis karena sedari tadi diusir. 

Dari meja kerjanya, Dariel mendekatiku dan mendorong bahuku. Kuakui tubuhnya kuat juga hingga aku sedikit mundur. 

Dia duduk di sofa dekat sana dan terlihat berpikir keras. Tangannya tertaut di dagu. 

"Aku tahu, maka dari itu kami akan segera pindah dari sini hingga kau tidak pernah bertemu dengan Arabella. Kalau perlu kau melupakannya," ucapnya misterius.

Aku mengerut tidak mengerti ucapannya. Tidak mungkin juga aku melupakan Arabella, dia sudah ada di pikiranku sejak lama.

Bisa saja jika aku bodoh menggunakan kekuatanku lagi, namun itu tidak akan pernah terjadi.

Melupakan Arabella sama saja dengan membunuh diriku sendiri.

Dariel tersenyum mencurigakan dan mendekatiku yang sudah terduduk di sofa sebelahnya. 

Tangannya bergerak aneh di dekatku dan entah mengapa aku merasakan firasat buruk.

"Ini rahasia kerajaan, tapi aku bisa menyerap kekuatan seseorang di dekatku. Terima kasih sudah datang menemuiku, Samuel."

-----------

EHEHHEHEHE KESEL GAAA?

W SIH KESEL KLO SAMUEL LUPA INGATAN

KESELLL BGT

DARIEL LU GA SEBAEK ITU YA TERNYATA

WKWKWKW PDHL GUE YG BIKIN

CEPETTT KOMEN YG BNYKK KLO MAU TAU LANJUTANNYAAA

JANGAN LUPA VOTE JUGA WOKEYY

LOVE UUU

Kidnapped By A Possessive VampireWhere stories live. Discover now