#64. Tuan Putri Chonzue..

40 17 0
                                    

Di malam yang dingin, dengan bulan yang bersinar terang. Li heeng duduk di taman dengan menggenggam satu kuas dan satu kertas terjereng di depannya. Ia tengah melukis sesuatu dengan suasana hati yang tenang. Akan tetapi, ketenangannya itu tiba-tiba diganggu dengan kedatangan Xue luan. Sontak Li heeng menumpuk lukisannya dengan lembar kertas baru. Raut wajahnya begitu tegang dan ia mencoba terlihat biasa saja. Bukan sekedar lukisan biasa, yang Li heeng tutupi adalah peta denah istana dan sebenarnya ia tengah menandai titik-titik penting dan juga jalan rahasia yang ia ketahui.

"Calon istriku, sedang apa diluar? Jika kau sampai demam akibat udara dingin, maka aku bisa saja melukai orang yang tidak bersalah di istana ini." Ucap Xue luan.

"Haruskah sampai orang yang tidak bersalah kau seret ke dalam masalahmu?" Ujar Li heeng menatapnya.

"Hhh... coba kulihat, apa yang baru saja kau gambar." Xue luan mendekat dan berdiri tepat di belakang Li heeng. Kedua tangannya memeluk tubuh Li heeng dan ia menatap kertas yang menunjukkan sebuah gambaran bunga lotus.

"Cantik sekali, kau menggambarnya dengan sangat indah, seindah yang punya." Puji Xue luan.

"Ck! Pujianmu berlebihan!" Ketus Li heeng, lalu Xue luan duduk di sampingnya.

"Malam ini kau terlihat cantik sekali." Lanjut Xue luan memuji.

"Apa kau sedang demam? Ucapanmu barusan terdengar aneh bagiku." Ujar Li heeng dan raut wajahnya terlihat tidak suka dengan keberadaan Xue luan.

"Benarkah? padahal aku serius memujimu, emm... ada yang ingin aku tanyakan padamu." Xue luan mode serius.

"Hm.." Respon Li heeng tetap saja datar.

"Ck! Kau ketus sekali pada calon suamimu. Li heeng? Apa kau bahagia?" Tanya Xue luan.

"Kau menanyakan hal itu? Untuk apa?" Li heeng membuka perdebatan.

"Cukup jawab saja." Ujar Xue luan.

"Seperti yang kau lihat." Jawab Li heeng.

Xue luan menunduk, tampak jelas jika raut wajahnya sangat muram. Li heeng langsung meletakkan kuasnya dan merasa tidak enak hati atas ucapannya sendiri. Sesekali Li heeng melirik dan kembali memalingkan wajahnya.

"Aku adalah sosok yang kesepian." Ucap Xue luan ditengah keheningan. Refleks Li heeng mengangkat dagu menatapnya. Raut wajah Xue luan kian memelas sembari tangannya yang sibuk meremat pernak-pernik anyaman.

"A.. a-aku-" Li heeng mendadak gelagapan.

"Aku tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus, atau memiliki seseorang yang berharga dalam hidup. Untuk pertama kalinya, hanya kau satu-satunya yang ingin aku lindungi. Sejak kecil, aku ingin sekali memiliki satu wanita yang bergantung padaku, dan dengan senang hati aku akan menjaganya meski nyawaku taruhannya." Curhat Xue luan.

Li heeng hanya diam menunduk, karena yang terucap dari mulut Xue luan membuatnya iba dan merasa apakah sikapnya selama ini terlalu kasar? Tapi Li heeng teringat kembali akan tujuan hidupnya dan lelaki di hadapannya adalah target utama.

"Tapi kau salah memilih wanita yang ingin kau jaga, Xue luan." Lirih Li heeng.

Saat Li heeng menyebut fasih namanya dengan nada lembut, seketika hati Xue luan seolah tersentuh dan ia menyukai itu.

"Tak masalah, aku yang terlanjur jatuh hati padamu, tidak ada kata mundur ataupun berakhir di tengah. Meski kau sekeras batu, suatu saat aku pasti bisa meluluhkan hatimu dan kau pasti akan jatuh hati padaku." Lirih Xue luan.

"Berusahalah, Xue luan. Aku tidak melarangmu untuk merebut hatiku, tapi satu hal yang harus kau tau, jika aku sudah memiliki pria lain dan dia adalah pujaanku." Lirih Li heeng.

Lotus PerakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang