#36. Ketidakberdayaan..

84 24 2
                                    

'Song rekom : Tham vien ngoai 🎶🎵'

•••

Esoknya di siang hari, Anming, Jiayi dan pamannya sedang duduk santai sembari menikmati teh hangat dan membaca buku bersama.

"Hahaha!!" tawa keras paman Xun yang mendengar cerita lucu dari Jiayi. "Aku masih mengingatnya, waktu kecil kau suka memanjat pohon bersama Anming" ujar paman Xun.

"Waktu itu kak Anming membawa kabur apel itu, hahaha!" ujar Jiayi tertawa lepas. Anming hanya tersenyum dengan anggun dan tenang.

"Oh ya, kak Anming? apa kegiatanmu kedepannya di klan Hao? bukankah sudah seminggu kau merawat paman dan juga melatih para junior di sini" ujar Jiayi.

"Jika dilihat, kondisi paman sepertinya sudah membaik dan rencananya aku akan kembali ke perguruan Fungyao" ujar Anming dan Jiayi menanggapinya dengan senyuman lalu menoleh ke arah paman Xun yang hanya diam menikmati tehnya. Jiayi bingung, kenapa paman Xun tidak memberikan tanggapan apapun?

"Wahh.. kapan-kapan maukah kakak membawaku ke sana?" ujar Jiayi.

"Tentu saja, tapi.. aku masih ada urusan penting di sana dan tidak mungkin mengajakmu"

"Ooh… tak masalah" ujar Jiayi.

•••

Malamnya, Anming tengah menyusun kembali barang-barang kecilnya untuk ia bawa ke perguruan Fungyao. Di tengah ia berberes, tiba-tiba saja Anming tersenyum mengingat senyuman dan canda tawa Li heeng.

"Hhhh.. kau sedang apa sekarang?" ucap Anming lalu duduk memikirkan bagaimana caranya menyampaikan pada paman Xun tentang hubungannya dengan Li heeng.

"Aneh sekali, kenapa Li heeng tidak membalas surat dariku? apakah surat itu belum sampai?" ucapnya yang ternyata beberapa hari lalu sudah mengirim kabar namun, dirinya belum menerima balasan apapun.

Esoknya Anming pergi ke aula utama klan Hao untuk menemui pamannya. Sampainya di sana, Anming melihat pamannya tengah tertawa dan bercanda ria dengan Jiayi. Nampak jelas jika paman Xun sangat memanjakan Jiayi layaknya putrinya sendiri. Kemudian Anming langsung menghadap dan membungkuk hormat.

"Paman? ada sesuatu yang ingin aku sampaikan padamu" ucap Anming.

"Oh, Anming? ada apa?" tanya paman Xun.

"Saat ini kondisi paman sudah membaik dan aku meminta izin untuk kembali ke kota Xunmeng" ujar Anming dengan suara yang lembut dan tenang. Pamannya tersenyum  dan kembali menatap Jiayi.

"Apa kau sudah makan?" tanya paman Xun pada Jiayi dan mengabaikan Anming. Jiayi bingung dengan pertanyaan paman Xun, mengapa dia mengabaikan Anming?

"A-aku sudah makan siang, paman." jawab Jiayi dengan rasa tak enak hati pada Anming yang tengah menunggu jawaban dari paman Xun.

"Paman, aku sedang bicara denganmu" ujar Anming dan paman Xun kembali menolehkan kepala ke arahnya.

"Jika aku tidak mengizinkan kau kembali ke Xunmeng, apa yang akan kamu lakukan?" ucapan paman Xun membuat Anming terkejut, bahkan Jiayi juga kaget mendengarnya.

"Apa maksud paman?" ujar Anming.

"Jiayi? kau pegilah, ada yang mau aku bicarakan secara pribadi dengan Anming" pinta paman Xun.

"Baik paman." ujar Jiayi lalu pergi dari situ.

Anming terheran dan menatap bingung pada paman Xun. Ia mendadak gugup dengan jantung yang deg-degan. Kemudian paman Xun bangkit dari tempat duduknya dan melangkah ke arah buku-buku yang ada di rak. Ia membuka satu buku dengan raut wajah datar.

Lotus PerakWhere stories live. Discover now