Extra Chapter | Arjuna-Anindya

3.4K 489 52
                                    

Hai, jangan lupa tap tap⭐
Happy Reading!

Warning: mental illness

***

5 Years Later

"MAS JUNAAAAAAA"

Arjuna tersenyum ketika melihat gadis kecilnya berlari sekuat tenaga ke arahnya. Tak lama, tubuhnya ditubruk dengan keras. Namun Arjuna tak keberatan akan hal itu. Ia membalas pelukan gadisnya tak kalah erat. Sebelum tepukan keras di punggungnya menyadarkannya.

"M-mas lepas. Aku lupa kita lagi di tempat umum hehe." Bisik Anindya dengan malu-malu. Omong-omong, mereka sedang berada di Stasiun Tugu. Beberapa orang melirik kearah mereka.

Arjuna tak tahan untuk tak mengusak rambut gadisnya. Netranya mengamati Anindya lekat-lekat. Tak banyak yang berubah dari Anindya. Jika Arjuna boleh jujur, mungkin lebih kurus? Bukan berniat body shamming, tetapi pipi tembam kesukaannya sedikit lebih tirus. Tapi yang lebih membuat Arjuna terpana adalah, pembawaan Anindya yang berbeda. Gadisnya sudah dewasa. Cmon, mereka tak bertemu selama dua tahun. Arjuna pikir, Anindya akan menyambutnya dengan tangisan. Tapi ternyata dugaannya salah. Gadisnya tersenyum dengan sangat lebar!

Benar. Ini adalah pertemuan pertama keduanya setelah dua tahun tak bersua. Arjuna tak mencoba mencari alasan, tetapi ia memang tak bisa ke Jogja. Alasan pertamanya tentu saja karena pekerjaan. Ia menjadi ilustrator di salah satu perusahaan media di Jakarta. Ia tak memiliki cuti yang panjang. Tetapi Arjuna bersyukur, Anindya bisa mengerti keadannya. Gadisnya memang yang terbaik.

Namun tentu saja, hubungan asmaranya keduanya tak berjalan semulus itu. Mereka bahkan pernah mengalami fase break. Mereka berpacaran tak lama setelah Anindya berulangtahun yang ke-17. Dua tahun dilewati dengan lancar, hanya diisi pertengkaran-pertengkaran kecil. Lalu tak lama prahara datang. Bukan orang ketiga melainkan kondisi Arjuna yang tidak baik-baik saja.

Saat itu, Arjuna baru saja wisuda. Tentu saja ia harus kembali ke Jakarta bukan? Karena orangtuanya menyuruhnya mencari pekerjaan disana. Mau tak mau, ia menjalani LDR dengan Anindya. Awalnya berjalan seperti biasa, namun setelah 4 bulan sejak kelulusannya dan ia belum mendapatkan pekerjaan sama sekali, Arjuna sedikit mengalami gangguan psikologis. Ia bahkan pergi ke psikiater.

Karena hal itulah, ia jarang mengabari Anindya. Bahkan Arjuna malu untuk sekedar mengirim pesan padanya. Arjuna teringat akan janjinya pada Anindya serta ayahnya untuk mengejar impiannya dan meminang Anindya setelahnya. Tapi kenyataannya lebih sulit dari yang ia kira. Mencari pekerjaan tak semudah itu. Perasaan bersalah semakin menggerogotinya ketika Anindya tak bosan mengabari dan mencarinya.

Akhirnya, Arjuna jujur tentang keadaannya. Dan Anindya pun menangis. Seteleh pembicaraan alot, keduanya memutuskan untuk istirahat sejenak. Walaupun menyesakkan, namun keduanya tak saling mengontak setelah itu. Kondisi Arjuna yang semakin pulih, serta sikap pantang menyerahnya mencari pekerjaan akhirnya membuahkan hasil. Setelah 3 bulan berpisah dengan Anindya, akhirnya ia menjadi ilustrator. Beberapa bulan setelahnya, ia nekat pergi ke Jogja untuk menemui Anindya. Dan hubungan asmara keduanya berlanjut. Banyak pelajaran yang keduanya ambil saat mereka berpisah. Itu akan menjadi pengalaman berharga bagi keduanya.

"Mas kenapa nggak naik pesawat aja sih?" Rutuk Anindya.

Arjuna menyeringai. "Emang kenapa?"

"Biar cepet sampe, biar cepet ketemu. Anin kangen banget!" Akunya.

"Maaf ya sayang, tapi Mas tiba-tiba pengen nostalgia naik kereta dari Jakarta ke Jogja." Arjuna tersenyum lembut.

Anindya masih cemberut.

Arcadia✔Where stories live. Discover now