Chapter 2 | Topi

7.1K 800 64
                                    

Selamat hari minggu 🥰
Janlup tap tap⭐
Happy Reading!

***

Elang menatap lurus jalanan Jogja yang cukup ramai dibalik kemudi. Ia baru saja mengantar Elang dan Cakra ke sekolah. Walaupun terlihat fokus, namun pikirannya berkelana. Lebih tepatnya lagi, pikirannya dipenuhi oleh seseorang.

Perkataan Janari tadi cukup mengusiknya. Sebenarnya itu bukan sebuah informasi yang baru untuknya. Elang mungkin terlihat santai di luar, nyatanya di dalam ia uring-uringan.

Elang tak langsung pulang ke Arcadia. Ia memang memiliki tujuan lain selain mengantar Lingga dan Cakra. Sebelum Elang sampai di tujuan, ia mampir membeli bubur ayam terlebih dahulu di pinggir jalan yang ia lewati.

Tak sampai lima belas menit, mobilnya terparkir di depan rumah berwarna merah jambu. Elang keluar kemudian bersandar pada mobilnya sembari menunggu seseorang. Omong-omong, ia sudah mengirim pesan kepada si empu jika dirinya akan mampir.

"El?" Panggil seseorang. Elang mendongak. Kemudian melangkah mendekati si empu.

Elang menyerahkan bubur ayam yang ia beli tadi. "Bubur ayam nggak pake seledri sama kacang."

"Oh? Makasih.."

Elang menganggukkan kepalanya. "Yaudah aku balik, Ya."

"El? Kamu kenapa?"

"Kenapa apa, Ya?" Elang berbalik.

"Kamu tiba-tiba kesini pasti ada apa-apa kan?"

"Kamu belum sarapan kan?"

"El.."

"Aku balik."

"EL!"

Elang tak mengindahkan panggilan itu. Ia masuk ke dalam mobil dengan cepat.

"ELANG!"

"EL, KAMU NGGAK CAPEK BEGINI TERUS??!"

Teriakan itu bertepatan dengan mobil Elang yang melaju pergi meninggalkan tempat itu. Meninggalkan Elvira—tunangannya yang menatap kepergiannya dengan nanar serta perasaan yang tak menentu.

***

"Duh gimana ya, aku takut dihukum."

"Kok bisa lupa bawa topi sih kamu Lin?"

Kini Lingga sedang berjalan menuju lapangan karena akan dilaksanakan upacara. Rungunya tak sengaja mendengar percakapan dua siswi di depannya.

"Aku tadi buru-buru soalnya kesiangan. Eh kelupaan deh topinya. Dihukum apa ya kira-kira? Pak Arif galak banget lagi. Aku takut Mel."

Lingga bisa melihat jika siswi itu sangat ketakutan. Sepertinya siswi itu anak kelas sepuluh. Tak heran, mereka baru bersekolah selama satu bulan di SMA ini pasti masih takut melanggar peraturan.

"Kayaknya bersihin toilet? Kurang tau aku Lin.."

Gadis yang dipanggil 'Lin' itu terlihat ingin menangis. Entah kenapa Lingga tak tega melihatnya. Yang ia lakukan setelah ini mungkin akan disesalinya nanti tetapi ia tak peduli.

"Nih Dek pake punyaku aja. Aku punya dua." Kedua siswi tersebut sontak berbalik. Keduanya terkejut.

"Ini ambil cepet." Lingga sudah mengulurkan topinya sedari tadi.

"Eh? N-nggak papa Kak?" Tanya gadis itu ragu. Lingga hanya menganggukkan kepalanya. Gadis itu mengambil topi Lingga dengan hati-hati.

"M-makasih banyak ya Kak."

"Sama-sama."

Lingga segera melewati keduanya menuju lapangan. Ia menghembuskan napas pelan, menyiapkan diri dari omelan panjang Pak Arif setelah ini. Nggak papa Ga, berbuat baik itu harus, Batinnya.

"Baik banget Lin kakaknya! Kamu baca nggak namanya siapa?"

"Kak Lingga..." Balasnya tanpa mengalihkan tatapannya dari punggung Lingga yang semakin jauh.

***

"Lo tuh bego ye Ri. Ngapain ngasih tau Bang Dika coba kalo tunangannya abis makan sama cowok? Yang ada bakal perang dunia nggak sih?"

Saat ini Gema dan Janari sedang berada di ruang tengah. Hanya tersisa mereka berdua di Arcadia karena keduanya tidak ada jadwal kuliah pagi.

Janari melirik Gema dengan malas. "Mas El tuh sepupu gue, yakali gue biarin dia diduain."

"Tapi sumpah gue heran deh. Mereka tunangan kok perang dingin sih?"

"Tau deh. Rumit pokoknya mereka."

"Eh btw gue nebeng dong Ri. Ntar baliknya mampir Pak Gembus. Gue traktir deh."

"Alah bosen banget gue makan ayam lagi. Kemaren juga udah."

"Yaelah gue traktir kok. Mau ya ya ya???" Bujuk Gema.

"Yaudah deh kalo lo maksa." Jawabnya sok pasrah.

"JANCOK!"

Janari tertawa keras.

***

"Kenapa nggak bawa topi?!"

"Saya kelupaan Pak."

"LUPA LUPA, ALASAN!"

"Maaf Pak."

"Abis ini kelas saya mau kasti, kamu yang ambil peralatannya dan yang balikin ke gudang juga. Sendirian."

"Baik Pak."

Lintang yang melihat Lingga dimarahi dari kejauhan merasa sangat bersalah. Kenapa kak Lingga bohong? Harusnya aku yang dihukum...

-TBC-

Elvira Yasa Angelia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Elvira Yasa Angelia

Lintang Shaina Azhara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lintang Shaina Azhara

***

Akhirnya satu persatu ceweknya muncul😍
Makasih yang udah baca, janlup vote dan komen💙
Btw, kalau aku balesin komenan kalian gapapa kan?🥺
Sampai bertemu di chapter selanjutnya!

Arcadia✔Where stories live. Discover now