Chapter 8 | Ice Cream

4.6K 764 91
                                    

Hai, janlup tap tap ⭐
Happy Reading!

***

"Ada apa Ya kesini?" Tanya Elang setelah keduanya berada di parkiran FEB.

Elvira menatap Elang. "Aku nggak boleh nyamperin tunanganku?"

"Nggak gitu. Tumben aja."

"Oh, aku ganggu ya? Harusnya kamu lagi makan sama cewek itu." Elvira berkata sinis.

"Ya, aku nggak mau ribut. Aku anter pulang yuk." Ajak Elang sembari membuka pintu mobilnya.

"Kamu bahkan nggak nanya aku pengen kemana El..."

Elang yang baru saja akan masuk, kembali menutup pintu mobilnya.

"Kamu selalu nganterin aku pulang. Kamu nggak pernah ajak aku kemana atau sekedar basa-basi nanya aku pengen kemana. Kamu bukan sopir aku El, kamu tunangan aku. Kita harus banget ya, kayak gini terus?" Tanya Elvira beruntun.

Elang diam seribu bahasa. Elvira tersenyum miris melihatnya.

"Aku pulang sendiri." Elvira berjalan meninggalkan Elang.

Tiba-tiba langkah Elvira terhenti. Elang menarik lengannya hingga tubuhnya berbalik. Keduanya berpandangan lama.

"Kamu pengen kemana?" Tanya Elang setelahnya.

Elvira tersenyum lebar. "Tempo Gelato. Aku pengen ice cream!"

Kemudian Elvira berjalan ke mobil Elang terlebih dahulu. Meninggalkan Elang yang sedang menahan senyumannya.

***

"NANAAAAAAA" Gema membuka pintu kamar Nalen.

"Nggak usah teriak! Kaga ngetok pintu lagi!"

Tok tok!

"Dah tuh." Nalen menatap Gema sebal.

"Btw lo disuruh jemput Mbok Dharmi sama Bang Dika." Lanjut Gema.

Sekedar informasi, Mbok Dharmi adalah ART keluarga Elang sedari Elang masih SD. Setelah bunda Elang pindah ke Solo, Mbok Dharmi diberhentikan. Namun sesekali Elang memanggil beliau jika perlu bantuan. Terkadang Elang juga berkunjung ke rumah beliau.

"Hah ngapain?"

"Kan kamar Naya mau dibersihin."

"Gue sendiri?"

"Yaiyalah."

"Ogah. Ntar gue digodain anaknya." Tolak Nalen.

Omong-omong, Elang pernah mengajak anak Arcadia ke rumah beliau. Dan salah satu anak beliau, pernah merayu Nalen.

Gema tertawa keras mendengarnya. "Yaela Na, masa gue temenin? Ntar Naya kesian kita tinggal sendirian."

"Ngeles aja lo! Sebelum kita balik dia juga sendirian kali." Nalen sewot.

"Aha gue punya ide! Kita ajak Naya aja!" Ujar Gema riang.

Nalen menghela napas pasrah.

***

Janari memelankan laju motornya saat melihat siluet gadis yang cukup familiar. Saat laju motornya menyamai langkah gadis itu, ia membuka kaca helmnya sembari tersenyum.

"Kamu Lana ya?" Jolana langsung menoleh. Ia menghela napas lega melihat Janari.

Sejujurnya, tadi Jolana risau karena ia pikir itu suara motor preman komplek. Walaupun ia sebal harus bertemu lelaki ini lagi, tetapi itu lebih baik ketimbang dicegat preman. Namun Jolana tak mengindahkan pertanyaan Janari. Ia melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

"Aku ramal kamu akan duduk di boncengan motorku." Lanjut lelaki itu.

Jolana hanya memutar kedua matanya malas. "Udah basi kali."

Janari tertawa renyah. Perempuan ini memang sangat berbeda dibanding perempuan yang pernah Janari rayu.

"Yuk naik, mau maghrib. Nggak baik anak perempuan jalan sendirian di luar."

"Bentar lagi juga nyampe." Tolak Jolana.

"Bentar laginya kalo jalan masih lima menit. Kalo bonceng gue paling semenit." Janari masih berusaha.

"Nggak deh jalan aja biar sehat."

"Bonceng gue bikin lo cepet nempel kasur loh. Ayo manfaatkan waktu untuk rebahan."

Jolana melirik Janari. Sejujurnya ia lelah berjalan dari fakultasnya ke indekosnya. Ia ingin cepat sampai dan segera menempel dengan kasurnya.

"Ayok naik."

"Yaudah."

YES! Janari bersorak dalam hati.

"Perlu gue pegangin nggak naiknya?"

"Nggak usah modus ya." Janari tertawa lagi.

Motor Janari melaju sangat pelan.

"Kok pelan banget sih?!" Protes Jolana.

"Biar gue bisa lama lama sama lo lah, apalagi?"

DASAR BUAYA!!

***

"Assalamualaikum, Mas Nana." Terdengar suara dari depan rumah.

"Noh, murid lo dateng!" Ucap Juna.

"Masuk aja Nin." Balas Nalen cukup keras.

"Yeay Mas Nana ada di rumah!" Ucap Anin dengan riang saat sampai di ruang tengah dimana beberapa penghuni Arcadia sedang berkumpul.

"Biasa aja kali." Sindir Juna. Namun Anin tak membalas, ia fokus memperhatikan sosok asing yang baru dilihatnya.

"Mbak siapa?" Tanyanya.

Naya yang sedang membaca buku milik Lingga mengangkat kepalanya.

"Naya."

"Maksudnya, Mbaknya ini siapanya anak Arcadia?"

"Oh.. itu.. aku bantu-bantu disini."

"Oh.. kok belum pulang? Udah malem Mbak. Dulu Mbok Dharmi cuma sampe ashar. Jangan mau dimanfaatin mereka Mbak apalagi sama si wayang."

"Yeeeee nih anak. Orang Naya tinggal disini!" Balas Juna sewot. Namun sedetik kemudian ia tersadar. Mampus gue!

"HAH? EMANG KALIAN UDAH IJIN KE BAPAK?!"

Lingga menepuk jidatnya pelan.

-TBC-

Maaf ya mbak yang satu belum muncul🙏🏻😬
Makasih udah baca🥰
Janlup vote + komen❤
Sampai bertemu di chapter selanjutnya!

Arcadia✔Where stories live. Discover now