Chapter 46 | Bahagia

3.5K 635 89
                                    

Hai, jangan lupa tap tap⭐
Happy Reading!

***

"Mau kemana Ga, pagi-pagi?" Tanya Juna yang sedang menyapu halaman—membantu Naya.

"Pagi Bang Juna, Mbak Naya," Sapanya.

"Lah malah pagi, lo mau kemana?"

"Mau sparring." Jawab Lingga kalem.

"Bukannya besok UAS?"

"Udah belajar semalem, ntar pas balik juga bisa belajar lagi."

"Semalem ribut begitu lo bisa belajar? Wah, gue salut." Puji Juna sembari mengingat Gema dan gebetan sahabatnya.

Lingga hanya mengedikkan bahunya tak acuh.

"Dah ya Bang," Lingga kembali melangkahkan tungkainya.

"Ga, mau dibawain kopi ndak?" Tawar Naya tiba-tiba.

"Nggak usah Mbak, dah ya Lingga berangkat."

Ternyata di depan Arcadia, teman Lingga sudah menunggunya. Juna memperhatikan sampai bayangan mereka hilang dari pandangannya. Lantas lelaki itu menghela napas panjang.

"K-kenapa Mas?" Tanya Naya. Jujur ia penasaran dengan reaksi Juna.

"Nggak tau, kayaknya Lingga lagi nggak baik-baik aja ya? Gue jadi agak sedih aja karena kurang merhatiin dia."

Naya terdiam. Ia jadi kepikiran juga. Apakah karena dirinya menolak lelaki itu? Sekarang Naya merasa bersalah kembali.

"Biasanya kalo ada ulangan atau UAS begini dia bakal belajar seharian. Tapi mungkin jenuh juga kali ya. Dia juga butuh refreshing." Lanjut Juna.

"Mungkin iya Mas dia jenuh,"

Juna hanya menggumam. Keduanya kembali melanjutkan kegiatan mereka yang sempat tertunda.

***

Jujur saja, Lingga memang sedikit tak fokus belajar. Hanya sedikit. Mungkin olahraga bisa merilekskan pikirannya yang semrawut akhir-akhir ini. Lagipula, mapel UAS hari pertama tak terlalu susah baginya. Lingga sudah mempelajari sebagian besar materinya.

Fakta gila yang coba ia abaikan adalah, Lingga menyetujui untuk sparring hari ini karena ia berharap akan sesuatu. Atau lebih tepatnya, berharap akan melihat seseorang. Seseorang yang menjadi tersangka utama atas keresahan yang dirasakannya beberapa hari terakhir.

Seseorang yang ia harapkan ternyata ada disini. Lingga memandangnya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Gadis itu mengenakan jepit rambut berwarna merah muda. Sial, bahkan dari jarak ini pun, Lingga dapat menangkap hal-hal kecil itu. Sebenarnya, apa yang sedang terjadi padanya?

Ia merutuki kakinya yang seenaknya melangkah tanpa dikomando. Melangkah mendekati Lintang yang sedang sibuk menatap layar gawainya. Ketika jaraknya sudah dekat, Lingga mendengar nyanyian lirih gadis itu. Kakinya bergerak tak beraturan mengikuti alunan musik. Senyuman tipis milik Lingga terbit tanpa bisa dikontrol. Ternyata Lintang selucu ini ya?

"K-kak L-lingga?"

Oh sial.

Karena terlalu terpesona dengan sisi imut Lintang, Lingga sampai tak menyadari pergerakan gadis itu. Suasananya menjadi sangat canggung sekarang. Lagi-lagi Lingga mengumpat dalam hati. Apa yang harus diucapkannya sekarang?

"A-aku n-nggak ngikutin Kak Lingga loh," Cicitnya.

Seburuk itu kah ia dulu?

"Lintang." Panggilnya pelan.

Arcadia✔Where stories live. Discover now