Chapter 9 | Pizza

4.5K 734 72
                                    

Hai, janlup tap tap ⭐
Happy Reading!

***

"Anin ndak segampang itu disogok ya, Mas El." Ucap Anindya sembari menunjuk sekotak pizza di hadapannya.

"Mas nggak nyogok kok Nin. Ini buat Anin sekeluarga. Mas juga udah lama ya nggak bertamu ke rumah kamu. Bapak sama Ibu sehat kan?" Elang memamerkan senyum terbaiknya.

Gema bersyukur dalam hati karena Elang pandai bermain kata. Sejujurnya saat Juna kelepasan tadi, Cakra langsung mengirim pesan pada Elang untuk membawa buah tangan. Walaupun terlihat tidak terpengaruh dengan keributan di sekitarnya, nyatanya Cakra paling cepat bertindak.

"Sehat kok Mas. Bapak sehat banget malahan sampe berantem juga bisa." Anindya membalas santai. Para lelaki di Arcadia terkekeh garing.

"Mas bakal bilang ke Bapak kok Nin. Mas udah ngerencanain itu cuma emang waktunya belum sempat. Maaf ya, Anin harus tau dengan cara kayak gini."

"Mas El jangan kayak gitu plis aku lemah."

Juna mencibir. Gema langsung menyikutnya. Diem lo nyet!

"Mas Elang minta kerjasamanya ya Nin. Tolong rahasiain ini dulu dari bapak sama ibu, ya? Mas janji bakal segera ke rumah." Elang berkata dengan sangat lembut.

Semoga luluh, Batin penghuni Arcadia yang lain.

"Karena Mas El dari dulu udah baik banget sama Anin, jadi Anin setuju. Tapi beneran loh ya Mas, cepetan ke rumah. Oh iya, Anin boleh minta satu syarat ndak?"

"Syarat apa weh?" Juna bereaksi.

"Kalo Anin butuh bantuan boleh ya hehe.."

"Oh nggak papa banget kok. Anin kalo butuh apa-apa bilang aja ya?" Balas Elang.

"Hari jumat ada yang nemenin Anin ke gramed ya?"

Para lelaki Arcadia saling berpandangan.

"Mas Nana bisa nggak?" Tanya Anindya. Yang lain langsung bernapas lega.

"Maaf ya Anin, besok Mas Nana ada rapat himpunan."

Anindya cemberut. "Yang kosong siapa?"

"Ari aja, naik moge Nin mantep!" Celetuk Gema.

"Ndak mau ah kalo naik CBR, tinggi banget. Kayak lagi syuting anak jalanan aja." Tolak Anindya.

"Kenapa nggak sama Cakra atau Lingga aja? Kalian kan satu sekolah, jadi ke gramednya bisa habis pulang sekolah. Atau sama Mas Elang tapi malem, mau?" Usul Elang.

"Ndak mau sama mereka berdua! Nanti dikira kencan sama anak-anak sekolah lagi. Eh jangan malem-malem kasian Mas El capek."

Ribut sama gue sini cepet!, Batin Juna.

"Yeee aku juga ndak mau nemenin kamu kali." Timpal Cakra.

"Tinggal Gema sama Juna berarti." Ucap Nalen.

"Tinggal pilih mau motor N-max atau Scoopy berarti." Ujar Janari.

"Ndak mau N-max ah gede juga, boncengnya ndak enak."

"Yaudah berarti sama Juna ya. Sore free kan kamu Jun?" Tanya Elang. Juna hanya mengangguk malas.

"Alah bilang aja dari awal pengen sama Juna Nin." Ledek Gema.

"IH ENGGAK!" Elak Anindya.

Juna menoyor kepala Gema setelahnya.

"Y-yaudah Anin pulang dulu. Inget janjinya ya, Mas El. Dah semuaaaaaa" Anindya langsung melesat pergi dan tak lupa membawa sekotak pizza.

"Elah padahal jumat niat mau males-malesan sampe malem." Decak Juna.

"Kenapa tadi Bang Juna nggak protes kalo gitu?" Sahut Lingga.

"Jangan percaya guys. Dia mah aslinya seneng." Ucap Gema.

"BERISIK LO NYETTT" Teriak Juna sembari menyerang Gema.

"Udah udah jangan berantem, ayo dimakan pizzanya. Habisin ya, Mas beli L1MO nih. Naya, ayo makan." Ajak Elang pada Naya yang sedari tadi diam.

"Yaela mas, segitu mah cukup buat kita, malah kayaknya kurang." Juna berkomentar.

"Iya Mas, makasih." Akhirnya Naya bersuara.

"Naya, mau Abang Gema suapin nggak?"

"ANJJ NA LLOO KMMPTTT" Nalen memasukkan sepotong pizza ke dalam mulut Gema dengan paksa.

Juna, Janari dan Cakra tertawa keras melihat penderitaan Gema. Lingga berusaha menahan tawanya dan Elang menggelengkan kepalanya pelan. Sedangkan Naya terkekeh geli.

"Nggak papa gue menderita yang penting bisa bikin Naya ketawa gemes."

"Idih dangdut!" Cibir Juna.

Naya semakin tertawa mendengarnya. Dia tidak sadar jika beberapa pasang mata terpana melihat tawanya.

***

Kelas Gema hari ini hanya sampai siang hari. Ia sedang nongkrong di kantin FT bersama teman serombelnya yang bernama Sunu.

"Jiah yang lagi deket sama anak pertanian." Ledek Gema.

"Jiah yang lagi galau ditinggal mantan pacaran lagi." Balas Sunu.

"Asu." Singkat, padat dan jelas.

"Golek wedonan meneh bro. Raksah suwi-suwi galaune." (Cari cewek lagi bro. Nggak usah lama-lama galaunya.)

"Ngomong mah gampang ye." Sunu tertawa lagi.

"Karo wedok kuwi wae." Tunjuk Sunu dengan dagunya. (Sama cewek itu aja.)

Gema mengikuti arah pandang Sunu. Dapat ia lihat seorang perempuan yang gayanya cukup nyentrik sedang berjalan ke arahnya. Tunggu sebentar, ke arahnya?

Perempuan itu berhenti tepat di depan Gema yang cukup terkejut. Tak hanya Gema, Sunu pun melotot kaget karena perempuan yang ia tunjuk menghampiri meja mereka.

"Lo yang namanya Gema kan?" Tanya gadis itu akhirnya.

Gema menaikan satu alisnya. "Iya. Kenapa?"

"Ikut gue."

"Ngapain gue kudu ikut lo? Lo siapa dan ada apa nyari gue?"

"Ini penting, gue mau ngomong sesuatu sama lo."

"Kenapa nggak disini aja?"

"Nggak bisa."

"Kenapa nggak bisa?"

"Ini tentang Sherly."

Balasan gadis itu membuat Gema terdiam membisu.

-TBC-

Happy Sunday!
Siapa tuh ceweknya🤭
Makasih yang udah baca🥰
Btw, siapa yang mau double up? Komen disini 👉🏻
Sampai bertemu di part selanjutnya!

Arcadia✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang