Chapter 41 | Quality Time

3.6K 629 75
                                    

Hai, jangan lupa tap tap⭐
Happy Reading!

***

"H-hah?" Akhirnya Jolana bersuara setelah keheningan melanda mereka berdua.

"Lupain." Balas Janari.

Jolana menatap Janari yang sudah melanjutkan suapannya dengan perasaan campur aduk. Namun kekecewaan lebih mendominasi. Lantas ia merutuki dirinya yang merasa kecewa. Kenapa ia harus merasa seperti itu?

"Kamu.. sering bercanda begitu ya sama temen-temen cewek kamu?" Jolana berkata dengan pahit.

Kegiatan Janari terhenti. Ia menatap lurus pada Jolana. Dan tak butuh waktu lama, ia menangkap sorot kekecewaan dari manik gadis itu.

"Gue emang bukan cowok baik Lan, tapi bukan berarti gue selalu bersikap kurangajar sama banyak cewek."

Jolana terdiam.

"Yang tadi.. yang tadi bukan candaan ataupun gombalan. Gue.. gue emang harusnya nggak ngomong gitu. Tapi lo satu-satunya cewek yang pengen gue cium, Lan. Gue serius. Maaf kalo lo nggak nyaman." Lanjutnya.

Jolana terpaku.

"Ari-"

"Habisin makanannya, katanya mau jajan abis ini." Potong Janari.

Jolana menunduk. Banyak hal yang tidak ia ketahui dan mengerti tentang lelaki itu. Dan hatinya sudah terlanjur melangkah terlalu jauh, ia tidak akan mundur.

***

Malam minggu yang cerah, seperti perasaan kedua orang yang sedang bergandengan tangan di Malioboro.

"Mau beli apa lagi?" Tanya Juna sembari menatap Anindya di sampingnya.

"Eumm.. telur gulung!" Jawab Anindya antusias.

Juna berdecak. "Telor mulu!"

"Kalo nggak mau yaudah!" Anindya memalingkan wajahnya. Bibirnya mencebik lucu.

Sabar Jun, Batin Juna.

"Yaudah okeeeee"

"YEAYYY!!" Seru Anindya. "Nanti di angkringan yang lama nggak papa deh, sampe malem juga nggak papa. Semaunya Mas Juna!" Imbuhnya.

Dengan gemas Juna mengetuk kening Anindya. "Sampe malem sampe malem, nanti Mas digoreng sama Bapakmu!"

Anindya tertawa keras.

Setelah mengantri telur gulung, keduanya mencari tempat duduk. Membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyak bangku yang terisi penuh di sepanjang Malioboro. Maklum, sekarang malam minggu.

Setelah menemukan tempat kosong, keduanya segera duduk. Dengan lahap, Anindya memakan telur gulungnya. Juna hanya tersenyum tipis melihatnya. Gadis itu bahkan tak repot-repot menawarinya meski hanya untuk berbasa-basi.

"Katanya udah gede, makan masih belepotan," Ledek Juna sembari membersihkan sudut bibir Anindya dengan tisu. Jangan salah, Juna adalah lelaki yang selalu membawa tisu ketika bepergian.

Anindya membeku. Bahkan setusuk telur gulung yang ditangannya belum habis. Juna yang melihat itu seketika gugup sendiri. Ia memusatkan perhatiannya pada jalanan Jogja di malam hari yang ramai. Semburat merah muncul di pipi keduanya.

"Aku kira.. Mas Juna suka sama Mbak Naya," Cicit Anindya memecahkan kecanggungan yang baru saja terjadi.

Juna seketika menoleh. "Hah?"

"Aku.. dulu cemburu sama Mbak Naya. Aku nggak suka liat kedekatan kalian, maaf ya Mas."

Juna terkekeh. Anindya mendelik kesal. "Kok ketawa?"

Arcadia✔Where stories live. Discover now