Chapter 50 | Memadu Kasih

4.1K 678 98
                                    

Hai, jangan lupa tap tap⭐
Happy Reading!

***

Nalen menatap langit-langit kamarnya dengan perasaan resah yang menyelimuti. Ini semua karena perkataan Janari semalam yang entah fakta atau hanya sekedar mengada-ada.

"Kalo lo masih diem aja dan nggak mau gerak, keburu Naya diambil orang loh."

Nalen hanya diam.

"Lo nggak tau kan? Anak kost sebrang Arcadia suka caper ke Naya?"

Kali ini Nalen menatap Janari dengan serius. Diam-diam Janari menyeringai.

"Gue nggak bohong Na, gue kalo mau berangkat kuliah tuh sering banget deh nggak sengaja liat. Pas Naya lagi nyapu depan atau pas mau ke warung. Pernah tuh gue ngegap kan, Naya tuh nolak tapi si cowok itu kek kekeuh gitu. Ya gue selametin lah, eh bukannya takut tuh cowok malah nanya nomer WA Naya ke gue, gila nggak lo?" Jelas Janari panjang lebar.

Nalen termenung.

"Udah, ngomong aja jujur ke Naya. Contoh Juna tuh. Yang penting kan saling tau aja perasaan masing-masing. Daripada begini terus? Sehari kayak pasutri, besoknya kayak orang asing. Gitu aja terus sampe gue nikah sama Lana." Lanjutnya.

"Nikah nikah, kasih status aja enggak!" Cibir Nalen.

"Gue mau ngomong kok, lusa kayaknya."

"Kenapa lusa? Nggak besok aja?" Tanya Nalen heran.

"Besok mau nemenin Mas Elang pergi."

Nalen hanya mengangguk.

"Makasih ya Ri, setelah perkataan lo waktu itu gue jadi mikir dan bertanya-tanya ke diri gue sendiri. Sampai kapan mau gini terus? Life must go on, right? Gue rasa Naila udah maafin gue. Dan mungkin dia malah marah liat keadaan gue beberapa tahun terakhir. Seperti yang lo bilang tadi, gue mau coba ngomong dari hati ke hati sama Naya."

Dan disini lah Nalen sekarang. Di balkon lantai dua. Bersama dengan Naya di sebelahnya. Keduanya masih belum ada yang bersuara. Nalen sedang memilah kata-kata sedangkan Naya bingung harus berbicara apa.

"Naya." Panggil Nalen akhirnya.

"I-iya Mas?"

"Mas suka sama kamu." Tembaknya langsung.

Naya menahan napas untuk beberapa detik. Detak jantungnya menggila. Apakah orang-orang kota terbiasa seperti ini? Menyatakan perasaan tanpa basa-basi? Naya bahkan sama sekali tak mempersiapkan diri.

"M-mas.."

"Mas sayang sama kamu, Naya." Ucapnya lagi dengan lembut. "Maaf Mas suka bersikap berlebihan sama kamu. Karena Mas awalnya emang menolak untuk mengakui. Mengakui perasaan Mas ke kamu. Maaf ya Naya,"

Naya sudah berkaca-kaca. Nalen menyukainya. Perasaannya dibalas. Ia tidak menyukai lelaki ini sendirian. Tetapi terdapat satu hal yang tetap akan menghalangi kisah cintanya.

"N-nya juga s-suka sama Mas Nalen.." Cicitnya.

Nalen mendesah lega dalam hati.

"T-tapi Mas.."

Nalen menaikkan satu alisnya. "Tapi?"

"Kita bed-"

"NANA! NA DIMANA LO NA!" Terdengar teriakan Gema di lantai bawah.

"Kayaknya sih lagi sama Mbak Naya, Bang." Balasan Lingga terdengar.

"NAYA? NAYA DIMANA? NAYA! NALEN!"

Arcadia✔Where stories live. Discover now