Chapter 42 | Seblak

3.6K 663 80
                                    

Hai, jangan lupa tap tap⭐
Happy Reading!

***

Lingga baru saja mengeluarkan motornya dari garasi dan netranya langsung disuguhi pemandangan dimana Naya sedang mencabut rumput liar bersama Nalen. Mereka terlihat asik bercengkerama tanpa menyadari keberadaan Lingga. Setelah Lingga menyalakan motornya, barulah kedua orang itu menoleh.

"Loh Cakra mana?" Tanya Nalen.

"Kelas dua belas libur Mas, soalnya senin TO pertama." Jawab Lingga.

"Yaudah hati-hati. Nggak ada yang ketinggalan kan?"

Lingga menggeleng. Perhatian dari Nalen membuat dirinya dilanda perasaan bersalah. Tak seharusnya dulu ia cemburu pada kakaknya ini. Nalen begitu baik padanya.

"Lingga berangkat dulu ya Mas Nana, Mbak Naya," Pamitnya.

"Hati-hati Ga," Ucap Naya.

Setelah sepuluh menit kemudian, motornya sudah berada di parkiran sekolah. Baru saja ia melepas helm, Lingga merasa sangat sial hari ini. Tak jauh dari motornya berada, ia melihat Lintang yang baru saja turun dari motor seorang siswa laki-laki.

Tanpa sadar Lingga menatap lurus pada gadis itu. Maniknya menangkap senyuman cerah dari bibir gadis yang pernah ditolaknya dulu. Dan dua sudut bibir Lingga terangkat ke atas ketika melihatnya.

Saat tatapan keduanya bertemu, senyuman cerah yang diam-diam Lingga kagumi itu hilang. Lintang segera mengalihkan pandangan dan berpamitan pada siswa lelaki yang ternyata Ridho.

Lingga mengepalkan tangannya kuat. Apa-apaan tadi? Kenapa Lintang menghindarinya? Dan sebenarnya apa hubungan Lintang dan Ridho Ridho itu?

Anehnya, amarah Lingga lebih tersulut ketika melihat kebersamaan Lintang dan Ridho barusan ketimbang Nalen dan Naya tadi. Ia mengusak rambutnya kasar. Persetan!

***

Di sabtu siang yang cerah ini, Elang menemani Elvira berbelanja bahan makanan. Tunangannya itu berniat memasakkan sesuatu untuk penghuni Arcadia.

"Anak-anak suka apa sih, El?"

"Apa aja masuk sih mereka," Balas Elang.

Elvira tertawa.

Elang melirik gadisnya. "Beneran tau."

"Percaya sih, anak cowok mah pasti apa aja suka." Ujar Elvira. "Kalo seblak gimana El?" Imbuhnya.

"Nggak papa sih,"

"Niatnya pengen bikin soto, tapi kapan-kapan aja deh. Ribet soalnya."

Elang merangkul pundak Elvira. "Masak apa aja yang kamu pengen, sayang. Anak-anak pasti makan kok," Bisiknya.

Elvira merona. Tubuh dan hatinya lemah jika Elang sudah bersikap lembut seperti tadi. Ia masih belum terbiasa. Namun Elvira sangat bahagia. Walaupun terkadang terdapat perdebatan kecil antara ia dan Elang, tetapi hubungan mereka sangat baik sejauh ini.

"Aku ke bagian snack dulu ya," Pamit Elang.

"Iya El,"

Saat sedang memilih sayuran, tangannya tidak sengaja bersentuhan dengan seseorang.

"Eh maaf, silahkan ambil dulu." Ucap lelaki asing tersebut.

Elvira mengangguk. Tanpa melirik pun gadis itu tahu jika lelaki asing itu sedang menatapnya. Namun ia bersikap biasa saja. Setelah urusannya selesai, Elvira berniat pergi.

"Eh bentar,"

"Ya?"

"Eum anu.. boleh kenalan?"

Elvira menatap lurus lelaki itu. Senyumnya terbit walaupun tipis. "Maaf ta–"

Arcadia✔Where stories live. Discover now