Chapter 12 | Jepit Rambut

4.3K 728 81
                                    

Hai, janlup tap tap ⭐
Happy Reading!

***

Lingga sedang berjalan menuju perpustakaan. Ia perlu mengembalikan buku yang dirinya pinjam minggu lalu. Netranya menatap ke arah langit yang sedikit kelabu. Tiba-tiba ia merasa sesuatu menabrak dadanya.

"Aduh!" Terdengar pekikan seorang gadis.

Buku-buku berserakan di lantai. Lingga segera berjongkok untuk membereskannya.

"Maaf ya aku nggak sengaja–eh kamu?" Lingga sedikit terkejut.

"Jangan minta maaf Kak soalnya aku yang nggak liat jalan. Maaf ya, aku nabrak Kakak." Ucap gadis itu yang ternyata Lintang.

"Nggak papa, santai aja. Ini kamu bawa buku segini banyaknya sendirian?" Lingga menyerahkan tumpukan buku yang sudah ia susun kembali.

"Iya, soalnya aku piket hari ini."

"Loh? Piket sendirian?"

"Temen piket aku udah duluan tadi kak."

"Yang cowok nggak bantuin?"

Lintang menggeleng.

Lingga berdecak. "Sini aku bantuin."

"NGGAK USAH!" Seru Lintang panik.

Lingga mengernyitkan dahinya ketika melihat reaksi Lintang.

"M-maksud aku nggak usah Kak, ngerepotin hehe. Duluan ya Kak. Permisi." Lintang segera menjauh pergi dari hadapan Lingga.

"Dia kenapa deh?" Lintang bergumam heran.

Saat hendak berjalan, netranya melihat sesuatu di lantai koridor. Ia pun mengambil benda itu. Hm, jepit rambut?

***

"Ri, Mas mau balik Solo. Ada acara keluarga. Mau ikut?"

"Ogah. Mana keluarga Bapaknya Mas El, Ari nggak kenal lah." Tolak Janari.

"Yaudah."

"Kenapa Mas? Kek nggak semangat gitu,"

"Nggak papa." Elang tersenyum tipis.

"Jaga Arcadia ya Ri. Jagain Naya terutama."

"Yaela Mas, cuma pulkam dua hari kek dua tahun."

"Kalian suka aneh-aneh soalnya. Oh iya, nanti malem temenin Mas ke Pak RT ya. Mau ngomong masalah Naya."

"Ari jadi patung doang tapi ya disana,"

"Iya, patung buat Bu RT."

"MAS!" Elang terkekeh geli mendengar seruan itu.

Fyi, Bu RT menyukai Janari. Bukan suka yang aneh-aneh tentu aja. Tapi lebih ke arah suka yang ingin menjadikan Janari anak lanangnya. Beliau kadang juga meminta Janari mengantarkannya ke pasar.

"Yaudah, Ari berangkat kuliah dulu ya Mas."

"Iya Ri hati-hati."

Janari menuntun motornya sampai di dekat pintu gerbang. Ia harus membuka pintu gerbang terlebih dahulu. Setelah berhasil menutup kembali, ia segera menyalakan motornya.

Saat itulah pintu gerbang indekos sebelah terbuka. Janari tersenyum melihatnya. Senyumnya semakin lebar tatkala Jolana menyadari keberadaannya. Namun gadis itu tak menghiraukan Janari setelahnya. Ia berjalan dengan pandangan lurus ke depan.

"Selamat pagi, Jolana." Sapa Janari.

"Pagi." Balasnya singkat tanpa menoleh.

"Semalem mimpi indah ya?"

Arcadia✔Where stories live. Discover now