Chapter 33 | Spesial

3.7K 643 55
                                    

Hai, janlup tap tap⭐
Happy Reading!

***

"Mbak Naya, minum dulu. Lingga bikinin teh anget nih," Naya hanya mengangguk pelan. Lingga mendudukkan dirinya di sebelah Naya yang terlihat rapuh.

Seluruh Penghuni Arcadia berkumpul di ruang tengah untuk membahas masalah yang baru saja menimpa Naya dan keluarganya.

"Oke besok kita ke Wonosari. Buat Lingga sama Cakra kalo nggak pulang ke rumah, Abang minta tolong kalian jaga Arcadia ya?" Ucap Elang.

"Tapi Lingga pengen ikut Bang," Lingga berkata lirih namun tatapan matanya berisi permohonan.

"Lingga, masalah ini cukup pelik buat kita semua jujur. Tapi sebagai pihak yang lebih tua, kita yang bakal urusin masalah ini. Bukan berarti kamu belum dewasa. Tapi karena kamu masih SMA, Ga. Tolong percaya sama Abang-abang disini ya? Abang janji kita bakal selesein dengan sebaik-baiknya." Bujuk Juna.

Dengan pelan Lingga mengangguk. Ia tak boleh bersikap egois. Masalah ini bukan candaan, tetapi sifatnya sangat serius. Lantas ia menepuk pundak Naya dengan lembut. Bermaksud memberinya kekuatan.

"Maaf ya Mas dan semua, tapi gue nggak bisa ikut. Besok gue ke Solo. Udah janji soalnya," Ucap Janari.

Elang yang paham langsung mengangguk. "Nggak papa Ri. Salam buat Tante ya,"

Janari tersenyum tipis. Sedangkan ketiga sahabatnya yang lain saling bertatapan.

"Cakra bantu doa ya semua, semangat ya Nay!" Cakra memberikan senyuman pertamanya hari ini.

"M-makasih ya semua, Naya berhutang banyak sama kalian hiks" Naya tak bisa menahan isakannya.

"Udah nggak papa Nay, tenang." Balas Gema.

"Pake satu mobil aja ya, terserah mau pake mobil gue apa punya Bang Dika." Ujar Nalen.

"Pokoknya besok jam delapan pagi kita berangkat dan nggak ada ngaret-ngaretan ya!"

"SIAPPP!"

Diam-diam Naya tersenyum haru. Orang-orang yang baru dikenalnya selama dua bulan lebih, sangat baik kepadanya. Ia sangat bersyukur bisa bertemu dengan semua penghuni Arcadia.

***

Pintu kamarnya terbuka.

Janari berdecak. "Kebiasaan deh lo nggak ngetok pintu dulu."

Gema hanya menatap lurus Janari. Lantas ia mendudukkan dirinya di ujung ranjang.

"Nggak usah ngeliatin gue kayak gitu," Janari mendengus malas.

"Gue nemenin lo ya besok," Ucap Gema.

"Lah ngapain? Lo ke tempat Naya aja."

"Ri,"

"Gue nggak papa, Gem. Kalian nggak usah khawatirin gue."

"Tapi–"

"Gem, percaya sama gue ya? Kalo gue nggak bisa pasti gue bakal minta tolong lo dan yang lain kok," Janari mencoba meyakinkan Gema.

Gema menghela napas. "Oke deh. Kalo ada apa-apa bilang ke gue dan yang lain ya?"

"Kalo lo lagi sweet gini gue jadi pengen ditraktir deh."

"BIJI LO!" Umpat Gema.

"Iya biji gue lebih gede dari punya lo!" Balas Janari sembari terbahak.

"Asu."

"Lagian ya Gem, gue dari sini nggak sendirian." Ucap Janari setelah tawanya mereda.

"Hah?"

"Jolana mau pulkam ke Klaten jadi sekalian ikut gue."

Arcadia✔Where stories live. Discover now