Chapter 11 | Congratulations

4.3K 726 66
                                    

Janlup tap tap⭐
Happy Reading!

***

Jam menunjukkan pukul setengah duabelas malam ketika Naya terbangun dari tidurnya. Yup! Ia mempunyai jam tidur yang baik. Biasanya setelah shalat isya atau sekitar pukul delapan malam, ia sudah tertidur. Namun hal yang membuatnya sebal ialah, Naya suka terbangun pada tengah malam.

Naya berjalan menuju dapur. Ia berniat menyeduh cokelat panas. Namun suara pintu depan yang terbuka membuatnya terkejut. Tak lama, sosok Nalen muncul dalam keremangan.

"Mas," Sapa Naya. Nalen hanya menganggukkan kepalanya.

"Mas dari kampus?"

"Iya."

"Ah gitu.."

"Abis rapat." Lanjut Nalen. Entah, ia tiba-tiba merasa tidak enak jika membalas singkat basa-basi gadis itu.

"Sampe tengah malem gini, Mas?" Naya bertanya heran.

"Udah biasa."

"Mas, mau cokelat panas?" Tawar Naya.

Nalen yang hendak membuka pintu kamarnya tiba-tiba dikejutkan dengan ajakan Naya yang menurutnya cukup berani. Tapi apa yang keluar dari bibirnya sangat berbeda dengan apa yang diperintahkan otaknya.

"Boleh."

Naya tersenyum manis mendegarnya. Untuk beberapa saat, Nalen tertegun melihat senyuman gadis itu. Senyuman itu sedikit mengingatkannya pada seseorang. Sedikit.

"Nih Mas." Lamunan Nalen terhenti mendengar suara Naya.

"Makasih." Ucapnya datar. Ia segera berbalik menuju kamarnya. Tak lama ia kembali berhenti.

"Tidur. Biar nggak kelewatan shalat tahajud." Ucap Nalen. Lantas ia masuk ke dalam kamar dengan secangkir cokelat dalam genggamannya.

Kali ini gantian Naya yang tertegun. Bagaimana Nalen tahu jika ia selalu melaksanakan shalat tahajud setiap malam?

"Makasih Mas Nalen.." Balasnya meski ia tahu Nalen tak bisa mendegar suaranya.

***

"CONGRATULATIONS GLAD YOU'RE DOIN' GREAT UWOOWOOOO...CONGRATULATIONS HOW ARE YOU OKAY UWOOWOOOO"

"GEMA ANJING DIEM NGGAK LO?!" Juna berteriak di depan pintu kamar Gema.

"I don't even need to ask, YEAH. I know you too damn well, YEAH. I can see that smile and can tell that you did more than MOVE OOONN. I hate that you're HAPPY, I hope that you can't sleep. Just knowing that I could be with somebody new. That I'd be just like youuuuu"

Juna semakin brutal menggedor-gedor pintu kamar Gema. "GEMA DENGER KAGA SIH LO?! HEH BUKAAAAA!!!"

"ABIS SUBUHAN BUKANNYA SHOLAWATAN MALAH KARAOKEAN HIH TULUL!!!!"

Jam baru menunjukkan pukul lima pagi waktu setempat. Terlalu pagi untuk menyalakan speaker sebenarnya.

"Gema kenapa Jun?" Elang bertanya sembari mengucek kedua matanya. Ia terbangun karena mendengar suara musik yang cukup keras dan disusul teriakan Juna.

"Galaunya kumat deh kayaknya. Kali ini dah naik stadium tiga," Juna berdecak.

"Yaudah biarin. Emang udah waktunya buat bangun. Kamu ke bawah aja ya, biarin Gema begitu dulu. Nanti juga berhenti."

"Yaudah Bang.."

Saat keduanya turun, pemandangan di dapur cukup membuat amarah Juna menguap begitu saja.

"Widiihhh dah kayak pasutri baru nihh" Ledeknya.

Nalen tak mengindahkan ledekan Juna. Ia memilih fokus mencuci piring. Sedangkan Naya yang sedang memotong beberapa bahan makanan langsung berbalik.

"Pagi Mas Elang, Mas Juna."

"Jadi gini rasanya kalau udah berumahtangga? Diucapin selamat pagi duh jadi seneng deh," Naya memang definisi moodbooster!

"Masak apa Nay?" Tanya Elang.

"Bikin sandwich aja sih Mas. Soalnya kemaren Mas Ari bilang ndak suka makanan berat buat sarapan."

"Yaela, Ari lo dengerin. Dia emang jarang sarapan." Balas Juna.

"Gema kenapa lagi?" Tanya Nalen tiba-tiba.

"Nggak tau deh gue. Tapi pasti ada hubungannya sama Sherly." Jawab Juna.

"Nanti kalau dia turun, kita pura-pura kayak nggak terpengaruh atau kepo ya? Biarin dia dulu. Kalo dia emang mau, pasti cerita." Saran Elang.

"Iya Bang."

"Siap Bang!"

Jawab Nalen dan Juna berbarengan.

"Oh iya Jun, siap-siap ya." Ucap Nalen.

"Siap-siap apaan?"

"Siap-siap memboncengi calon pacar nanti."

"ANJIR!"

"Satu sama." Nalen menyeringai puas.

"NANA BANGKEEEE"

Elang tertawa pelan. Namun getaran pada ponselnya menginterupsi tawanya. Ada panggilan masuk dari kakak ketiganya. Ia lantas berjalan ke teras samping.

"Ya Mbak, ada apa?"

"Dek, minggu ini kamu balek ke Solo ya."

"Oh iya boleh. Kenapa Mbak?"

"Haris pulang. Besok keluarga besar ngumpul."

Elang membeku sesaat.

"Lang? Kok diem? Lang? Masih nyambung kan ini?"

"Eh iya Mbak."

"Yasa juga suruh balek ya. Baleknya sama kamu sekalian."

"Iya Mbak."

"Yaudah itu aja. Sampe ketemu besok dek."

"Dah Mbak."

Panggilan ditutup. Jantungnya berdetak dengan cepat. Pikirannya kosong. Elang dilanda keresahan setelahnya.

-TBC-

Hai guys, gimana seninnya?
Btw, happy 2k🥺
Makasih banyak yang udah baca dan kasih feedback🥺 itu berarti banget buat aku🥰
Semoga kalian gak bosen sama cerita ini ya🥺
Janlup vote + komen❤
Sampai bertemu di chapter selanjutnya!

Arcadia✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora