Bab 57

51.1K 3.8K 207
                                    

Tirai dibiarkan terbuka, lampu sengaja dimatikan.

Menciptakan suasana temaram karena cahaya rembulan yang menerobos masuk ke dalam kamar. Memberi sedikit ketenangan bagi pria yang kini duduk memeluk lutut di sudut ruangan.
Menatap penuh rindu, figura yang tergeletak di lantai yang dingin. Potret dua gadis remaja berseragam putih abu-abu yang tengah tersenyum lebar ke arah kamera.

Meski satu bulan telah berlalu semenjak pemakaman hari itu. Kekosongan serta kehilangan terus menyeretnya agar tenggelam semakin dalam, tenggelam jatuh ke dasar jurang nestapa.

Mungkin ini yang sering orang-orang suarakan pada dirinya sendiri, 'hidup tapi mati?
Ketika mati tak melulu tentang terhentinya denyut nadi. Ini hanya tentang dunia yang tak lagi terlihat sama, tak lagi menarik di pandang mata. Hambar tak berwarna.

Sudah terlalu banyak yang direnggut dalam hidup ini. Kebahagiaan, senyum orang tuanya, harapan, hidup adiknya, kemudian.. cintanya.

Dering suara ponsel memutus lamunan panjang pria itu. Ia menegakkan posisi duduknya, meraih ponsel kemudian menggeser ikon hijau setelah melihat nama si pemanggil.

"Hm?"

"Tuan muda, kediaman Prasetyo mengalami kebakaran." Terdengar suara panik seorang pria dari sebrang. Bumi dapat menangkap riuhnya suara teriakan warga yang saling bersahutan.

"Kebakaran? Bagaimana bisa kebakaran? Harusnya lo inisiatif sedikit, ledakkan saja sekalian neraka itu, agar suasananya menjadi lebih ramai.."

"Tapi, ada yang aneh, tuan muda. Sebelum kejadian, beberapa wanita membuat kega--"

Bumi berdiri tergesa setelah mematikan panggilan secara sepihak, dia menyambar Hoodie dan kunci mobilnya. Kemudian berjalan cepat menuju basement Apartemen.

Mobil hitam itu pun melaju dengan cepat, membelah jalanan ibukota yang sedikit lenggang.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di lokasi. Pria itu memarkirkan mobilnya di tempat yang cukup tersembunyi. Di samping mobilnya sudah berdiri empat orang bawahnya, siap untuk melapor.

"Jelaskan," perintah Bumi setelah membuka kaca mobil.

Salah satu diantara empat orang itu maju mendekat. Kepalanya tertunduk hormat.

"Awalnya situasi di sekitar rumah itu seperti hari-hari sebelumnya.. sunyi. Tetapi malam ini sedikit berbeda. Beberapa wanita bertengkar hebat, membuat kegaduhan.. kami penasaran dan melihatnya sebentar."

"Bukan hanya kami, tapi anggota polisi yang tengah mengintai rumah itu pun ikut membantu memisahkan mereka," sambungnya.

Bumi mengangguk mengerti. "Artinya ada waktu dimana rumah itu tidak mendapat pengawasan sama sekali..?"

"Benar, tuan muda. Cukup lama, lalu saat melihat mobil milik Bara melintas, kami tersadar kemudian bergegas kembali ke tempat."

"Berapa jam jarak antara kejadian itu dengan kebakaran ini?" tanya Bumi yang mulai menangkap kejanggalan dalam cerita itu.

"Sekitar dua jam."

"Hm, sekarang kalian periksa sekitar rumah itu lebih teliti. Segera laporkan jika melihat sesuatu yang mencurigakan."

Berbeda dengan perumahan pada umumnya. Di sana jarak antara rumah ke rumah yang lain cukup jauh. Dan setiap rumah memiliki tembok yang mengelilingi seluruh bangunan.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن