Bab 30

94.4K 6.5K 359
                                    

Hay kamu

Iya, kamu

Tekan bintang di pojok kiri bawah dulu ya sebelum baca :)

Tekan bintang di pojok kiri bawah dulu ya sebelum baca :)

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

*****

Sore itu, Sakala sedang berada di rumah orang tuanya saat Saskia datang. Untuk pertama kalinya mereka bertemu lagi, setelah rumor tentang rencana pertunangan mereka tersebar luas di masyarakat.

Segala bentuk persiapan acara sudah di atur oleh Miranda dan Mama Saskia, Dina Hermawan.

Puluhan kali Sakala menolak, tetapi penolakan itu hanya di anggap angin lalu.

Berkali-kali menyuarakan pendapat 'bahwa ia tidak setuju dengan pertunangan itu'. Nyatanya, kini persiapan acara sudah sampai 70 persen.

Miranda sudah mempersiapkan semuanya, tanpa memikirkan dan melibatkan Sakala di dalamnya.

"Saskia udah di bawah, cepet kamu ganti baju. Jangan biarkan calon mantu Mama menunggu" ujar Miranda pada putranya yang kini tengah duduk di atas karpet, lelaki itu sibuk dengan laptop di pangkuannya.

"Saka benar-benar nggak bisa Ma" Sakala menggeleng pelan, menatap Mamanya memelas.

Padahal baru satu jam yang lalu mereka terlibat perdebatan panjang, yang sayangnya kembali di menangkan oleh Miranda.
Wanita paruh baya itu benar-benar alot sekali saat di lawan.

"Kamu mau bikin Mama malu?! Iya..?! Itu yang kamu mau Saka?!" Teriak Miranda emosi.

Beruntung kamar Sakala kedap suara.

"Ma, aku nggak pernah setuju untuk bertunangan .. Mama ... disini Mama yang maksa, Mama melakukan semuanya atas kemauan Mama sendiri, tanpa memikirkan perasaan Saka"

Sakala menutup pelan laptop di pangkuannya, lalu meletakkan di atas kasur. Lelaki itu berjalan menghampiri Miranda yang sudah merah padam wajahnya.

"Yang Mama lakukan, semuanya buat kamu Saka.. Saskia itu wanita baik-baik, dia dari keluarga yang baik pula, pintar, cantik, karir bagus, apa lagi yang kurang?!"

"Cinta.. Saka nggak cinta" ujar Sakala pelan.

"Cinta, cinta, cinta terus yang kamu omongin.. Mama sampai bosen dengernya!"

"Kamu tau 'kan, Mama dan Papamu menikah karena perjodohan, dulu kita juga nggak saling cinta. Tapi Saka... nyatanya sekarang kita saling mencintai"

"Cinta itu tumbuh karena terbiasa" ujar Miranda menerawang, tetapi sedetik kemudian wanita paruh baya itu menatap garang putranya.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora