Bab 45

77.2K 5.5K 591
                                    

Yang pernah jatuh,Yang pernah gagal,Yang pernah terluka,Selamat karena pernah merasakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yang pernah jatuh,
Yang pernah gagal,
Yang pernah terluka,
Selamat karena pernah merasakannya..

Jangan terlalu kecewa.
Taklukan saja setiap tikungan berikut tanjakan-tanjakannya dengan tangguh.

Ingatlah, suatu saat kita akan sampai pada titik terbaik takdir Tuhan..

*****

Angin malam berhembus kencang. Langit yang biasa menyuguhkan keindahan tak menampakkan kemerlipnya. Rembulan pun turut bersembunyi, tak mengijinkan mata manusia menikmati sinarnya.

Untuk kesekian kalinya hembusan nafas kasar terdengar dari bibir wanita yang kini tengah menatap langit. Tak sedikitpun mengalihkan pandangan dari gulita yang terlukis di atas sana.

Meski kini beban di pundaknya terasa lebih ringan, tapi nyatanya sesak itu tak kunjung menguap, tak juga menghilang.

Terhitung sudah satu Minggu semenjak hari itu, hari dimana ia dan Melvin mengurai benang kusut masa lalu, mencoba memperjelas pelik yang sempat membelenggu.

Tangannya bergerak memeluk tubuhnya sendiri saat hembusan angin malam terasa membekukan.

Masih terngiang jelas ucapan Melvin tadi pagi. Ungkapan seorang Ayah yang ingin sekali mendapat pengakuan.

"Pelan-pelan aja.. kita jelasin pelan-pelan sama anak-anak.."

"Tapi, aku ingin banget rasanya, dengar mereka manggil aku Daddy, bukan Om.. "

Mungkin itu terdengar seperti harapan sederhana. Tapi nyatanya tak semudah itu, semua tak sesederhana itu.

Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Deolinda. Wanita dengan piyama satin itu mengerutkan keningnya saat melihat kepala putranya menyembul dari balik pintu. Di ikuti kepala Sakura yang muncul di bawahnya.

"Mom," panggil mereka secara bersama.

Deolinda berdiri, kemudian menutup jendela kamarnya. "Kenapa sayang? Kok kalian belum tidur?" tanyanya berjalan untuk membuka pintu lebih lebar.

"Kebangun, Mom. Sasa nggak bisa diam tidurnya, masa kakinya nendang-nendang Arlo sampai jatuh," adunya melirik sinis gadis cilik yang kini tengah menggaruk hidungnya yang tidak gatal.

"Kakak lupa apa? Kak Arlo sendiri 'kan yang minta Sasa tidur dikamar kakak.." bela Sakura berkacak pinggang, dia menatap garang pada kakaknya.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang