Bab 51

72.1K 6K 614
                                    

*****

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

*****

Bagaimana jika, sebuah pertemuan yang begitu di harapkan justru memicu keterpisahan abadi yang tak terelakkan?
Bukankah lebih indah terkurung dalam keterpisahan, tapi bayangan tentangnya masih menetap, berbaring nyaman di relung jiwa.

Itulah yang di rasakan Sakala detik ini, dan boleh jadi detik-detik berikutnya.. perih, pedih, hampa atau kata apa saja yang mewakili rasa ketidak berdayaan.
Terlalu banyak hal buruk di dunia ini yang terlihat indah hanya karena terbungkus kemasan. Seperti halnya kebodohan yang terlanjur di anggap sebagai kesetiaan.

Harusnya Saka sadar.
Cinta tak selamanya mau menunggu.

Harusnya dia segera bangun dari mimpi indah yang kapan saja dapat menelan seluruh jiwanya.

Terhitung sudah dua hari semenjak Saka memutuskan melepas Deolinda dari hidupnya.

Mencoba belajar, memudarkan rasa yang terlanjur terpatri di relung hati.

"Deolinda, bahkan aku nggak tahu bagaimana caranya berhenti.."

Hambar, kosong, seperti ada bagian dalam dirinya yang direnggut paksa dari genggaman. Rasanya jauh lebih menyakitkan, dibanding saat mendapati wanita itu menghilang dari pandangan mata.

Namun, tak bisa di pungkiri. Ada stitik rasa lega dalam hati.
Setidaknya dia melepas Deolinda pada pria yang tepat, bukan?
Sedikit-banyak Saka tahu bagaimana perangai seorang Melvino. Lagipula pria itu yang selama ini menjaga Deolinda.

Ditambah satu fakta mengejutkan yang baru ia ketahui. Melvin adalah Ayah dari dua anak tuyul yang dilahirkan Deolinda. Itu artinya Melvin adalah pria dalam video yang dulu pernah tersebar di grub sekolah.

Tanpa Saka sadari kedua tangannya terkepal erat.

"Jalan yang anda ambil sudah benar, Bos. Tapi, tolonglah.. kurang-kurangi lamunan tidak penting.. saya takut anda menjadi gila setelah ini.."

"Berhentilah mengoceh.."

Saat ini Sakala tengah berada di kantor. Duduk bersandar di kursi kebesarannya. Sedangkan Dimas berdiri tegak di seberang meja kerja, dan jangan lupakan wajah kesal pria itu yang terlihat begitu kentara.

"Lihatlah tumpukan berkas di depan anda yang sebentar lagi akan berubah menjadi gunung berapi," sebal Dimas.

Bagaimana cara menyelesaikan pekerjaan, jika setiap kali Saka membuka berkas, maka rentetan tulisan pada kertas putih itu langsung berubah menjadi wajah Deolinda.

Sakala frustasi.

"Di mohon kerja samanya, bos.. gunung berapi akan segera beranak jika terlalu lama anda tinggal melamun. Nah, ujung-ujungnya siapa yang anda repotkan untuk mengurus anaknya? Saya.."

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora