Bab 49

71.1K 5.3K 908
                                    


Pada hari-hari biasa kediaman keluarga Jabir akan terasa sunyi, karena para penghuni rumah sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Namun tidak untuk siang ini. Suasana hangat begitu terasa, celotehan Sakura, decakan kesal Arlo, dan lawakan Mia memenuhi seluruh penjuru ruangan. Serasa dunia milik bertiga, yang lain ngontrak.

"Oh iya, Mama sampai lupa. Deolinda, udah kenal sama Sherlly belum?" Pertanyaan Mia membuat atensi seluruh orang yang ada di ruang tamu terpusat padanya.

Wanita yang di beri pertanyaan berusaha menampilkan senyum manis, namun justru terlihat kaku. Belum hilang rasa malunya atas kelakuan sang putri, kini sudah mendapat pertanyaan jebakan, pertanyaan yang sedari tadi coba di hindari.

Ia merasa menjadi wanita jahat, karena dirinyalah alasan seorang pria meninggalkan tunangannya.
Apalagi melihat kedekatan Sherlly dengan keluarga Melvin. Membuat perasaan tidak enak itu semakin mendominasi.

"Sebelumnya, kita pernah bertemu, Ma.." jawab Deolinda jujur.

"Wah, benarkah? Sherlly ini teman Melvin sedari kecil. Semoga kedepannya kalian juga bisa berteman baik.."

Entah apa alasan yang membuat Arlo berdecak kesal, bocah laki-laki itu berdiri, menatap tajam wanita bernama Sherlly. Matanya memancarkan ketidak sukaan yang kentara. "Nggak ada, Arlo nggak suka sama Tante itu.. Arlo nggak akan biarkan dia dekat-dekat Mommy," desisnya.

"Arlo, hey, duduk dulu sayang.." Deolinda berkata lembut. Merasa tidak enak dengan keluarga Melvin yang kini menatap putranya penuh rasa penasaran.

Tidak perlu sampai mengulang ucapannya, karena Arlo langsung menuruti perintah tanpa lontaran protes seperti biasa.

"Maaf," ujar Deolinda tidak enak.

"Kenapa, Arlo?" tanya Melvin, dia merasa ada yang berbeda dari sang putra. Seperti bocah menyebalkan itu tidak nyaman akan sesuatu.

Arlo melipat kedua tangannya di depan dada, tak menjawab pertanyaan Melvin.

"Kesan pertama pertemuan kita memang buruk. Maaf untuk tamparan waktu itu, tapi kurasa itu memang pantas. Nggak ada yang salah dengan seorang wanita yang berusaha mempertahankan tunangannya. Berusaha tetap menggenggam sesuatu yang seharusnya menjadi miliknya hingga kini.." Kata perkata yang keluar dari mulut Sherlly membuat suasana berubah hening. Mereka tidak bodoh untuk mengartikan maksud dari ucapan wanita itu.

Wanita berambut blonde itu menatap Deolinda dengan ekspresi rumit. Katakanlah dia gagal move on dari pria setulus Melvin.

Wanita dengan dress selutut tanpa lengan itu menoleh saat merasa sebuah pelukan hangat di pinggangnya. Melvin menatapnya penuh kelembutan, meyakinkan bahwa semua baik-baik saja. Sedangkan Arlo memeluk sebelah lengannya posesif, tatapan nyalang bocah itu berikan pada Sherlly.

"Semua sudah berlalu, Sher.. nyatanya kita tidak berjodoh. Tuhan punya takdir terbaiknya untuk masing-masing dari kita. Yakinlah, kita akan menemukan bahagia meski di jalan berbeda.." jelas Melvin, pria itu menatap Sherlly sebentar, sebelum tatapannya kembali jatuh pada wanita di sampingnya.

"Di sini kamu yang merubah takdir, Vin.." ujar Sherlly membuang wajah ke arah lain.

"Sang pembolak-balik hati menuntunku padanya. Menjatuhkan hatiku sejatuh-jatuhnya pada Deolinda.." kata Melvin mengelus sebelah pipi Deolinda yang pernah menjadi sasaran tamparan, kemudian kembali menatap Sherlly serius. "Aku nggak akan bosan mengatakan ini.. Maaf Sher, udah jadi orang jahat di hidupmu.. tapi, sekalipun aku nggak pernah menyesalinya.."

Suasana ruang tamu menjadi canggung. Mereka yang tidak berkepentingan hanya diam menyimak.

Seperti hari-hari sebelumnya, Sherlly datang tanpa di undang. Sudah seperti jelangkung berkedok wanita cantik.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Where stories live. Discover now