Bab 55

52.4K 4.2K 351
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Langit mendung diiringi hembusan angin dingin mengantarkan Bunga ke tempat peristirahatan terakhirnya. Langit seolah ikut bersedih atas takdir tragis anak manusia yang kini mulai tertimbun oleh tanah. Dia kembali pulang ke dalam hangatnya dekapan bumi.

Suasana duka begitu terasa. Antara luka, penyesalan, dendam dan air mata. Semua melebur bersama kelopak-kelopak mawar yang jatuh bertaburan di atas gundukan tanah yang masih basah.

Bumi berdiri termenung menatap nisan kayu bertuliskan nama 'Bunga Azalea'. Tidak pernah sekalipun terlintas di benaknya, ia akan menyaksikan detik-detik pemakaman adiknya.

"Gue yang lahir lebih dulu 'kan? Harusnya gue yang lebih dulu pergi, bukan lo, dek.." lirih Bumi memejamkan mata. Ingatannya terlempar ke beberapa hari yang lalu.

Hari dimana Bumi membaca rentetan pesan masuk di ponselnya dengan perasaan berkecamuk. Kabar yang Deolinda bawa menghantarkan rasa lega sekaligus perih di waktu bersamaan.

Ia bergerak cepat. Kembali mendatangi rumah lama keluarganya yang tidak lagi dihuni semenjak Bunga menghilang. Mencari bukti yang dimaksud oleh sang adik.

Membuat laporan di kantor polisi, kemudian bergegas menuju lokasi makam yang Deolinda kirim.

Bumi juga memerintahkan beberapa anak buahnya untuk membantu proses pengurusan jenazah Jasmine dan Amelia. Sampai jenazah keduanya di jemput keluarga untuk dimakamkan di kota kelahiran masing-masing.

Isak tangis wanita paruh baya yang kini memeluk erat nisan putrinya terdengar menyayat hati. Dosa besar apa yang telah Bunga lakukan di kehidupan lalu hingga kepergiannya harus melalui takdir sekeji itu?

"Bunga!! Kenapa harus dengan cara seperti ini kamu ninggalin Mama..?"

"Bangun sayang.. ayo kita pergi jauh dari kota ini seperti yang kamu inginkan.."

Bumi memalingkan wajahnya dengan kedua tangan terkepal erat. Aretha harus bertanggung jawab atas kepedihan panjang yang dirasakan kedua orang tuanya.
Wanita iblis itu harus mengganti tiap tetes air mata yang mengalir dengan darah ditubuhnya. Mengganti setiap rasa sakit yang dirasakan Bunga dan Jasmine dengan sakit berkali-kali lipat.

Sedangkan Deolinda terlihat menyembunyikan tangisannya dalam dekapan Melvin. Dia tak kuasa melihat betapa hancurnya hati seorang ibu yang ditinggal pergi sang buah hati untuk selamanya. Tangannya meremas erat kemeja Melvin, menyalurkan sesak dan rasa bersalah yang menghimpit hatinya.

Melvin mengeratkan pelukannya pada tubuh bergetar Deolinda. "Sssttt.. semua akan baik-baik saja. Kamu sudah melakukan yang terbaik dengan membantu menemukannya, Deolinda.." bisik Melvin tepat di telinga. Dia tak henti memberikan kecupan-kecupan ringan di puncak kepala yang tertutup kain hitam panjang. Mengusap punggung Deolinda dengan lembut.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Where stories live. Discover now