Bab 34

86.2K 6.8K 235
                                    

*****

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

*****

"Deolinda ..."

Deg

_____

Deolinda berhenti berontak, wanita itu menahan nafas saat mendengar suara lembut dari belakang tubuhnya. Suara yang sangat ia kenal. Suara yang dulu selalu memanggil namanya dengan penuh amarah dan benci.

"Mama," lirihnya dengan suara bergetar.

"Iya, ini Mama sayang."

Dewi membalikkan tubuh Deolinda. Menatap sendu wajah putrinya yang sangat mirip dengan Seno. Wajah lelaki yang sangat ia benci. Tangannya terulur mengelus pipi kanan wanita cantik di depannya.

"Ini benar-benar kamu 'kan? Deolinda? putri Mama?" tanya Dewi dengan berlinang air mata. Dewi masih tak percaya dengan apa yang ia lihat. Ia kembali memeluk putrinya erat.

Deolinda memejamkan mata, menikmati rasa hangat yang perlahan menjalar di hatinya. Pelukan yang baru pertama kali ia dapat dari seorang wanita yang ia panggil 'Mama'.

Ada rasa bahagia yang tiba-tiba menyerobot masuk ke dalam dirinya. Namun mendapati perubahan sikap Dewi padanya membuat ia bertanya-tanya.

"Ada apa, Ma? Kenapa Mama tiba-tiba berubah? Apa sekarang, Mama udah menyadari kesalahan Mama?" tanya Deolinda melepaskan pelukannya, setelah berhasil memenangkan diri.

"Mama berdosa sama kamu, Mama benar-benar berdosa," lirihnya di sela-sela tangis.

Tentu Deolinda senang saat mendengar Dewi menyadari kesalahannya. Tetapi semuanya tidak sesederhana itu. Rasa itu masih membekas, Deolinda butuh penjelasan.

"Setelah sekian lama berlalu, Mama baru sadar? Kalau keputusan Mama buang Deolinda waktu itu salah?" Deolinda mendongakkan kepalanya menahan laju air mata yang ingin keluar. Menatap sendu langit malam yang terlihat gelap gulita tanpa bulan dan bintang.

"Mama nggak pernah buang kamu. Mama pikir hidup kamu akan jauh lebih baik kalau sama Papamu,"

"Karena saat kita hidup bersama, kamu nggak pernah bahagia, Mama hanya memberi luka buat Deolinda."

Deolinda tertawa hambar, kemudian menatap Dewi penuh luka.

"Iya.. Mama benar. Hidup Deolinda lebih baik saat hidup sama Papa. Apa Mama mau tau kebahagiaan apa aja yang udah aku dapat semenjak menginjakkan kaki di rumah itu?"

Dewi hanya diam, wanita itu menangis terisak, rasa bersalahnya semakin besar. Wanita paruh baya itu tau semuanya, semua yang terjadi dengan putrinya. Tetapi Dewi memilih untuk menulikan telinga dan membutakan matanya saat tau putrinya mendapat perlakuan buruk. Semua itu karena kebencian terhadap Seno Prasetyo.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें