Bab 20

116K 8.5K 453
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****


Hanya suara dentingan sendok yang terdengar di meja makan. Dua anak manusia itu sama-sama fokus dengan makanan di depannya.

"Nama lo siapa?" tanya laki-laki itu menghentikan keheningan yang tercipta.

Deolinda mendongak menatap laki-laki di depannya yang juga sedang menatapnya

"Aku Deolinda," jawabnya pelan. Laki-laki itu mengangguk mengerti.

"Gue Melvin."

( Kalian masih ingat Melvin? Ingatlah pasti.. iye kan? )

"Lo kenapa malam-malam ada di pinggir hutan?" tanya laki-laki itu mengambil gelas berisi air putih di depannya lalu meneguk pelan. Matanya terus mengawasi gerak-gerik gadis di depannya.

"Itu----" Mata Deolinda bergerak gelisah. Gadis itu tidak mudah percaya. Apalagi dengan orang yang baru ia kenal.

Mana bisa Deolinda cerita tidak pada tempatnya alis sembarang.
Buang sampah saja ia pada tempatnya.

"Nggak perlu dijawab, gue cuma penasaran."

"Oh iya, apa sebelumnya kita pernah bertemu?" Sudah dari semalam Melvin menahan rasa penasaran.
Laki-laki itu seperti pernah melihat Deolinda, tapi ia lupa dimana. Wajah gadis di depannya tidak asing di matanya.

Kening Deolinda berkerut menatap lekat laki-laki yang juga sedang menatapnya, ia mencoba mengingat-ingat.

"Ini pertama kalinya kita bertemu," ujarnya masih terlihat berfikir.

"Muka lo nggak asing."

"Mungkin cuma mirip,
karena ini pertama kali kita bertemu"

"Aroma tubuh lo terasa familiar.."

"Siapa lo sebenarnya Deolinda?" batin Melvin.

"Mungkin, gue antar lo pulang." Melvin berdiri meraih kunci mobil.

Deolinda masih bergeming. Ia takut pulang ke kontrakan. Takut jika tiba-tiba Aretha datang.

Apa yang harus ia lakukan. Tidak mungkin Deolinda bersembunyi di rumah Melvin.

Ia juga harus menepati janji untuk pergi dari kota ini.

Tapi harus kemana. Deolinda tidak punya siapa-siapa apalagi tujuan.
Ia hanya anak buangan.

"Ayoo" perintah Melvin

"Emm.. itu" ujar Deolinda pelan. Gadis itu memilih ujung bajunya terlihat gelisah.

"Ada apa?" Tanya Melvin mengerutkan kening.

"Jangan bilang lo langsung betah di rumah gue yang udah seperti istana ini?"

"Ahh bukan itu"

"Kata temanku kalau menolong orang itu jangan setengah-setengah" tambahnya. Gadis itu menundukkan kepalanya terlalu malu untuk menatap laki-laki yang masih berdiri di depannya.

"Maksud lo, gue nolongin lo setengah-setengah?"

"Ahh sebenarnya bukan itu"

"Lalu apa! Bukan itu.. bukan itu apa!" Melvin dibuat gemas sendiri oleh tingkah gadis cantik yang masih menunduk itu.

"Emm sebenarnya aku nggak bisa kembali ke rumah" kata Deolinda memberanikan diri menatap Melvin.

"Iya.. terus"

"Kamu bisa nggak tolongin aku ngambil barang di kontrakan. Ada sesuatu yang nggak bisa aku jelasin ke kamu. Intinya akan sangat bahaya buat aku jika kembali ke sana"

"Lo itu ya dikasih hati minta jantung.. ngelunjak tau nggak"

"Maaf"

"Yasudah mana alamat kontrakan lo, biar gue suruh temen gue aja yang ambil barang lo disana"

Deolinda memberikan alamat kontrakannya. Menjelaskan barang apa saja yang harus di ambil.

Gadis itu merasa beruntung. Bertemu orang baik seperti Melvin.

Tanpa ia tahu jika laki-laki didepannya ikut berperan dalam merusak masa depannya.

Takdir mempertemukan mereka berdua tanpa mereka sadari.
Mereka terikat oleh janin.
Oleh nyawa yang masih berada di perut Deolinda.

____

Sudah satu Minggu semenjak Deolinda menghilangkan. Tidak ada satupun jejaknya yang bisa dijadikan petunjuk.

Jangan tanyakan bagaimana keadaan Sakala, Saskia dan Bara. Mereka bertiga sangat berantakan.
Semenjak Deolinda menghilang, semenjak itu pula mereka tidak masuk sekolah.

Siang malam terus mencari keberadaan gadis terpenting dalam hidup mereka. Namun pencarian itu berakhir kekecewaan.

"Sebenarnya lo dimana De" gumam Sakala. Laki-laki itu sudah seperti mayat hidup, terlihat sangat putus asa.

"Gue udah nyewa detektif buat nyari Deolinda. Nggak mungkin kita terus-terusan bolos sekolah" ungkap Bara.

"Gue juga udah minta bantuan bokap buat ikut nyari" sambung Saskia.

Mereka bertiga sedang berada di apartemen milik Sakala.
Mereka menjadi semakin dekat dari hari ke hari.

"Kata pemilik kontrakan ada laki-laki yang nyerahin kunci rumah yang dikontak Deolinda" kata Bara pelan.

"Kapan?" Tanya Sakala dan Saskia bersamaan.

"Beberapa hari yang lalu. Tadi gue baru dari sana"

"Lo tau laki-laki itu Sas?" Tanya Sakala. Wajahnya jelas masih terlihat terkejut.

"Gue nggak tahu. Deolinda hanya dekat sama lo"

"Terus laki-laki itu siapa" Sakala mengacak rambutnya frustrasi. Rasa khawatir, takut, cemburu bercampur menjadi satu.

"Kenapa nggak coba cek cctv di sekitar kontrakan aja" usul Saskia.

"Tanpa lo suruh juga udah gue cek cctv di sana"

"Terus gimana?" Tanya Saskia dan Sakala kompak.

"Lo berdua kompak banget ya gue perhatiin, jangan-jangan jodoh" kata Bara kelewat santai.

"NGGAK!!" Jawab mereka bersamaan.

"Tuh kan kompak lagi" ucap Bara menaik turunkan alisnya. Mengabaikan dua manusia yang sedang melotot horor ke arahnya.

"Gue serius kak" kesal Saskia

"Tuh Saka, katanya Saskia minta di seriusin"

"BARAA!!"

*****


.

.

.

To be continued

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang