Bab 15

108K 7.2K 89
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Sinar matahari menerobos masuk melalui celah-celah jendela.
Mata Deolinda sudah terbuka sedari tadi namun ia masih betah bergelut dengan selimutnya

Suara notifikasi pesan memaksa gadis cantik itu bangun dan duduk bersandar di sandaran ranjang.

Tangan mungilnya bergerak mengambil benda pipih di atas nakas, lalu di bukanya aplikasi chat

Saskia😘

De bisa ke rumah nggak?

Di rumah nggak ada orang

Kepalaku tiba-tiba pusing

Aku udah pesenin taksi buat kamu

Nanti taksinya nunggu depan rumah ya

Langsung kesini aja, aku tidur dulu

Nggak nahan soalnya

_

Kening Deolinda berkerut saat membaca chat yang di kirim Saskia.

Ia merasa aneh, tidak biasanya Saskia menggunakan bahasa aku-kamu. Itu seperti bukan sahabatnya.

Namun kecurigaannya tertutup oleh rasa khawatir. Buru-buru Deolinda berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Dua puluh menit berlalu, ia sudah rapi dengan pakaiannya.

Namun Deolinda masih berdiri di balkon menatap kosong taksi yang sudah menunggu di depan kontaknya.

Perasaannya semakin tidak enak, jantungnya berdetak sangat cepat.

Hatinya terus mengatakan untuk tidak pergi namun nuraninya tidak bisa mengabaikan permintaan tolong Saskia.

"Aku nggak mau pergi" gumamnya entah pada siapa.

"Aku takut"

"Tapi di sana Saskia sakit, dia nunggu"

"Rasa ini se--"

Kata-katanya terhenti saat supir taksi lagi-lagi membunyikan klakson.

Menghela nafas panjang gadis itu berjalan keluar kamar

"Semua akan baik-baik saja Deolinda, ini demi Saskia"

"Jangan egois, Saskia sedang sakit. Dia butuh kamu"

Deolinda terus meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik-baik saja.

Setelah mengunci pintu rumahnya gadis itu berjalan keluar halaman lalu masuk ke dalam taksi

"Maaf Pak lama" ucapnya tidak enak begitu duduk di belakang Pak supir

Supir taksi itu hanya berdehem pelan tanpa membalas ucapannya. Perasaan Deolinda semakin tidak enak, namun ia mencoba untuk berfikir positif

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Where stories live. Discover now