Bab 40

84.3K 6.1K 650
                                    

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Melvin tampak tak fokus mendengar percakapan beberapa pria paruh baya yang berdiri bersamanya.

Netra hitamnya menatap ke arah dimana wanita-nya menghilang dibalik tembok. Jam di pergelangan tangan menunjukkan pukul delapan malam, yang artinya sudah lebih dari tiga puluh menit semenjak wanita itu pamit ke toilet.

Kepala Melvin menunduk, beberapa kali membuka lalu menutup kembali ponselnya, memastikan pesan yang ia kirim sudah di baca atau belum oleh sang penerima. Pesan itu hanya ceklis dua, dan belum dibaca. Perasaannya mulai diliputi cemas, matanya memancarkan kekhawatiran.

"Kenapa lama sekali?"

"Wah, saya benar-benar kagum dengan Pak Melvino ini. Disaat pemuda lain menikmati masa mudanya, justru anda sudah merintis bisnis sendiri, bahkan sekarang menuai puncak sukses di usia yang masih tergolong sangat muda," ujar salah satu pria paruh baya berjas abu-abu, sorot mata kagum tak lepas dari wajahnya yang mulai mengeriput.

"Benar-benar menantu idaman, saya punya anak gadis jika Pak Melvino berniat mencari jodoh," sahut yang lain.

Pria yang sedang menjadi topik pembicaraan pun tersenyum tipis berusaha tetap sopan saat pikirannya melalang buana.

"Tentu saja berada di posisi sekarang ini berkat seseorang. Seseorang yang membuat saya bekerja giat hanya karena ingin membahagiakannya, ingin memastikan bahwa dia tidak kekurangan saat hidup dengan saya suatu saat nanti. Dia wanita hebat, calon istri saya," ujar Melvin tersenyum bangga.

"Wah, saya kira Pak Melvino ini masih singel."

Melvin kembali tersenyum sopan. "Saya sudah ada pawangnya," jelas pria itu. "Saya permisi dulu," pamitnya kemudian. Setelah mendapat respons dari pria-pria berjas itu Melvin berlalu pergi dengan langkah lebar. Tujuannya sekarang mencari keberadaan Deolinda.

*****

Getaran ponsel membuat langkah Deolinda terhenti. Belum sempat tangannya mengambil ponsel dari dalam tas, tiba-tiba saja lengannya sudah ditarik pergi meninggalkan lorong panjang itu.

___

Di sepanjang lorong sunyi, terjadi aksi saling tarik-menarik. Seorang wanita dengan gaun sabrina terlihat berusaha terlepas dari cekalan seseorang yang berjalan cepat di depannya. Ia sedikit gusar saat menyadari orang itu membawanya semakin jauh dari ballroom tempat diadakannya acara.

"Lepas!" teriaknya entah sudah berapa kali. Tenggorokannya kering, rasanya ia terlalu lama berteriak tetapi tak sekalipun mendapati jawaban.

Dua Garis Merah | DEOLINDA [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang