Epilog

2.4K 95 17
                                    

Aku bersandar di kasur rumah sakit, memperhatikan selang infus yang masih menancap pada buku tanganku. Pahaku masih sangat nyeri, aku berusaha untuk menutup gaun rumah sakitku tapi aku tidak bisa meraihnya karena perutku terlalu kebas—tidak, rasanya perutku sudah hilang.

Menoleh ke samping kanan, aku mendengar Caden menggumam sambil menggoyangkan tubuhnya kecil ke kanan dan kiri. Di tangannya ada bayi yang tertutup selimut merah muda dengan gambar jerapah dan gajah. Aku ingat selimut tersebut karena itu merupakan hadiah dari teman bisnisku.

Aku berdehem, membuat pria tersebut berbalik dengan cepat sambil tersenyum ke arahku. "Halo, kau sudah bangun." Dia mengusap pipiku dengan lembut, menyorakkan kehangatan yang selalu aku rindukan ke seluruh tubuh. Caden menaikkan tuas kasurnya, membiarkan aku untuk duduk di atas kasur.

"Willow tadi menangis, aku hanya menggendongnya sebelum saudarinya bangun, kau mau menggendongnya?" Dia bertanya. Aku mengangguk, mengambil bayi merah tersebut dari tangan Caden sebelum mendekapnya lembut ke dadaku.

Aku melihat keriput kulitnya yang masih bersisik dan merah. Matanya masih menutup rapat tapi mulutnya sudah mengecap-kecap kecil. Rambut hitamnya yang tebal mirip seperti Caden. Aku rasa dia menyalin wajah Caden, hanya saja dia bayi perempuan. . . tidak seperti Caden.

Pikiranku buyar saat Caden duduk di kasur sebelahku. Lengan kita saling bersentuhan dan kita mengetahuinya. Dia mengecup bayi yang masih tertidur didekapannya. Caden membiarkan jarinya ditahan oleh Juliet—ia lahir tujuh menit setelah Willow. Aku rasa ini rekor terbaruku.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya Caden sebelum ia mengecup keningku.

"Seperti orang baru lahiran." Aku menggumam, menatap Willow kecil sebelum aku menoleh ke arah Juliet. "Hmm, mereka terlihat mirip."

Caden terkekeh. "Kita tidak akan melakukan ini lagi, Flo."

Aku mengangkat pundak. "Apa? Aku hanya mengemukakan fakta."

"Kau sangat menakutkan setelah melahirkan, kau tahu itu, 'kan?" Caden menyibakkan rambutku yang menutupi wajah.

"Aku terlihat seperti orang yang belum mandi dua hari." Aku mengerucutkan bibir.

"Ini bukan pertama kalinya—hei, paling tidak kau tidak bertahan di sini selama satu minggu seperti sebelumnya."

Aku memutar mata pelan, menghiraukan Caden sebelum menoleh ke arah seluruh bingkisan yang ada di ruang tamu. Di meja penuh dengan bingkisan warna-warni, juga beberapa balon dan makanan manis. Aku tidak menikmati keduanya.

"Kenapa ada balon di sana?" tanyaku bingung.

"Yuri berkunjung. Dia berhipotesa bahwa kau tidak akan lagi ngeri mendengar suara karet balon setelah melahirkan." Caden tersenyum. "Maria dan Sara juga datang memberikan kue keju, mereka ingin kau memakannya karena tahu kau menderita saat mengandung."

"Ha. Ha, lucu, Caden."

"Mal dan Sydney mengirimkan pesan kepadaku, mereka mengucapkan selamat. Sayangnya mereka tidak bisa datang karena harus mendaftarkan Glenn menjadi promotor perusahaan kami hari ini."

Aku tersenyum. "Ucapkan selamatku untuk Glenn."

Caden mengangguk sebelum matanya mengarah ke tumpukan bingkisan di dalam kamar. "Aku yakin beberapa buket bunga dan bingkisan lainnya merupakan dari rekan kerjamu dahulu beserta tim bisnismu."

Aku mengangkat satu alis. "Mereka datang ke sini?"

"Ya, tapi mereka tidak dapat tinggal lebih lama karena tidak ingin mengganggumu." Caden melirikku sebentar. "Kita tidak ingin mengulang skenario saat kau mulai menangis dan berteriak kencang karena orang-orang ini terlihat lebih baik darimu. . . wanita baru melahirkan yang harus terjaga selama satu minggu dengan bantuan epidural."

How We Fix Sorrow ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang