BAB 42

954 89 5
                                    

Bulan Kelima

Caden berdiri di belakang kerumunan orang yang menundukkan kepala mereka sambil terisak. Pakaian hitam mereka sedikit membuat gerah di tengah musim panas tapi mereka tidak peduli.

Caden mengenakan kemeja hitamnya, berdiri di bawah pohon rindang sambil memperhatikan anak-anak panti yang menangis karena kehilangan salah satu anggota keluarga mereka.

Pria itu meregangkan rahang, dia tidak tahu apa yang sepatutnya dia lakukan. Dia tidak mengenal Eddie seperti Flora mengenal bocah lelaki tersebut. Caden bahkan tidak menyadari sejak bulan lalu saat Eddie berkunjung dia kadang mengusap-usap hidungnya yang menetes merah sebelum Maria membersihkannya. Pikiran Caden terlalu buram. Satu hal yang ada di dalam pikirannya adalah Flora. dia bahkan terlalu buta dengan dunia yang juga berdarah sama seperti Flora. Caden tidak pernah merasakan hal seperti ini. Semua ideologi dan prioritasnya berubah. Caden tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Hanya menunggu merupakan jawaban yang paling tepat.

Eddie terkalahkan oleh kanker, tapi jiwanya tetap bebas karena dia tidak lagi terkekang oleh rasa sakit yang dirasakannya. Itu yang Maria katakan saat dia mengucapkan pidatonya di depan peti mati Eddie sebelum bocah tersebut dimakamkan. Caden sedikit lega bahwa dia membuka kunjungan satu bulan lalu agar Eddie dapat bertemu dengan Flora. Sangat disayangkan bahwa Flora tidak dapat melihat bocah ini untuk terakhir kalinya. Caden tahu Eddie menghabiskan waktunya di rumah sakit menyuruh Flora untuk bangun karena ia sangat merindukannya. Caden tidak punya hati untuk memberitahu Eddie bahwa pria tersebut tidak tahu apakah Flora dapat membuka matanya lagi atau tidak.

Sesungguhnya kematian membuat Caden putus asa. Bagaimana jika hal ini terjadi kepada Flora? Apa yang dia lakukan mengingat dia belum mengucapkan permintaan maaf kepada wanita tersebut setelah menyakitinya berulang kali. Caden tidak ingin hidup dalam penyesalan.

Dan dia menginginkan Flora untuk tetap hidup untuknya.

Caden menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah panti. Pria tersebut ingin membantu Maria dan Sara yang masih berduka, mungkin membantu mengurus anak-anak yang belum tidur meskipun mereka sudah makan malam. Masih ada kecanggungan antara Caden dan Glenn setelah pertemuan terakhir mereka di rumah sakit bulan lalu. Sebagai gantinya Caden memilih untuk menghindari bocah tersebut, memilih untuk mengurus anak-anak panti lainnya yang masih belum tidur.

Mereka semua ada di depan ruang tamu. Mal bermain dengan anak-anak di bawah lantai berusaha untuk menyenangkan mereka. Mal berhasil, pria tersebut dapat membuat seluruh anak panti tertawa dengan perilakunya. Caden bertanya-tanya apakah dia dapat seperti Mal? Pria tersebut dapat menyalurkan energi positif kepada siapa saja dan Caden sedikit iri dengannya. Semua anak panti suka dengan Mal, hanya beberapa yang suka dengan Caden. . .  dalam artian mereka tidak canggung dihadapan Caden.

Caden duduk di meja makan, mengusap tangannya dengan kain bersih setelah ia mencuci seluruh piring mereka semua. Maria dan Sara sempat menolak, tapi saat Caden berupaya keras untuk membiarkan pria tersebut membantu pekerjaan mereka; kedua wanita tersebut menatap Caden bersyukur sebagai gantinya.

Caden dapat melihat Mal yang bermain dengan anak-anak panti. Sydney dan Neil juga sedang berbincang-bincang dengan Yuri dan Poppy dengan wajah yang ekspresionis.

Caden sesekali dapat melihat wajah Sydney yang mengernyit sambil memegangi punggungnya. Satu tangannya meraih perutnya yang lebih besar dari sebelumnya. Gaun ibu hamil yang dia gunakan tidak dapat menyembunyikan bayinya tersebut.

Neil yang menyadari langsung menyuruh Sydney untuk duduk di atas sofa. Pria itu meluruskan kedua kaki istrinya tersebut sebelum memijatnya lembut. Neil sesekali mengecup kening Sydney lembut sementara wanita itu mengernyit sambil kembali mengelus perutnya, tersenyum sebelum mengecup pipi Neil saat pria itu membuat lelucon kepada Sydney.

How We Fix Sorrow ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang