BAB 23

708 85 3
                                    

Aku sudah mengirimkan Caden pesan mengenai tiga boks besar yang akan sampai di apartemennya. Aku tidak menyangka jika dia hanya mengatakan "ya" tanpa mengintrogasiku lebih banyak mengenai boks yang masuk ke dalam tempat tinggalnya.

Sekarang aku ada di Rumah Makan Lee, aku dapat melihat James yang bekerja dua kali lipat karena Lola sedang sakit dan ia tidak bisa dikunjungi. Mereka tinggal di lantai dua rumah makan ini. Aku sempat menemui Lola untuk membawakannya sebuket bunga. Saat menginjak lantai dua aku hanya dapat melihat Lola yang terbaring di kasur sambil menutup mata.

Aku memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan. Caden mengirimiku pesan jika tiga boks dari perpustakaan sudah ada di dalam apartemennya. Aku mengucapkan terima kasih sebelum kembali bekerja.

"Apa kau yakin kau dapat mengurus semua?" Aku melihat James yang mengusap keningnya sambil meringis.

"Tidak juga, aku terbiasa bekerja bersamanya jadi ini sedikit terlalu banyak bagiku." Dia menjawab ngos-ngosan.

Aku masih berdiri di meja belakang, sesekali melihat layar komputer yang melihat beberapa orang memesan online. "Ada yang bisa aku bantu?" Aku menatapnya.

Dia menggeleng lalu tersenyum. "Kau sudah banyak membantu, hanya lakukan tugas kasirmu, oke?" 

Aku mengangguk, kembali melayani seluruh orang bersama dengan James, Becky, Poppy, dan Chao. Melihat jam yang berubah menjadi pukul sepuluh, dengan cepat Poppy menganti tulisan "open" menjadi "close". Aku berjalan ke depan meja sambil menyapu dan mengepel lantai. James dan Chao ada di dapur untuk mempersiapkan bahan-bahan untuk besok. Becky mengelap meja, kami sesekali berbicara mengenai sekolahnya sambil membersihkan seluruh restoran untuk akhir hari.

Aku mengambil tas ranselku, mengucapkan selamat tinggal sebelum berjalan ke tempat pemberhentian bus, menaiki bus sampai tiba di lobi apartemen.

Pintu lift terbuka tepat di lantai apartemen Caden. Aku dapat melihat tiga boks yang berjejer di pinggir lorong. Aku menarik napas dalam, berjalan ke lantai atas untuk membersihkan diri sebelum kembali turun ke bawah. Caden dan Lily ada di ruang tamu, aku berjalan menuju lorong untuk menyeret boksnya tapi aku tidak bisa karena terlalu besar.

Akhirnya aku membuka boksnya satu persatu di depan lift sambil mengintip apa yang ada di dalam ketiga boks ini. Tiga boks yang ada di perpustakaan sebagian besar merupakan novel dan buku kamus. Sedangkan tiga boks yang aku dapat ini sebagian besar berisi buku-buku sampul lama mengenai novel, puisi, fiksi, dan juga ensiklopedia.

Aku tersenyum lebar, mungkin aku akan meminjam buku ini dan membacanya, aku yakin akan sangat menyenangkan untuk membaca buku baru yang belum pernah aku baca sebelumnya.

Aku terlalu fokus mengeluarkan buku pada satu boks, tidak menyadari bahwa lift apartemen Caden terbuka sebelum dia dan Lily masuk ke dalam. Aku dapat melihat Lily yang menatapku sinis sebelum dia menunjukkan jari manisnya yang dilingkari oleh cincin berlian.

Menggelengkan kepala aku kembali  seluruh buku dalam boks, membawanya ke ruang tamu sambil mengeluarkan kertas kosong dan juga stempel perpustakaan. Tidak lupa aku membawa pulpen milikku sebelum aku harus bolak-balik menuju ke lorong dan ruang tamu untuk membawa semua bukunya ke sana.

Setelah dua puluh menit memindahkan semua buku kedua tanganku mulai bergetar. Dengan cepat aku berjalan ke kamar untuk menghindari Caden. Aku tidak ingin menemuinya dalam keadaanku seperti ini.

Saat aku menginjak satu anak tangga dengan cepat tubuhku jatuh terduduk di undakan tangga. Tanganku mendekap jantung yang berdegup kencang aku dapat merasakannya dari permukaan kulitku. 

Kepalaku berkunang, menyerah untuk memijat kening saat kedua tanganku bergetar memegangi jantung. Aku meratapi jari-jariku yang bergerak sendiri tanpa keinginan. Aku bernapas kasar, nyeri menyelimuti tubuh, mencoba menggerakkan kakiku dengan susah payah tapi masih belum berhasil. 

How We Fix Sorrow ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang