BAB 7

856 90 6
                                    

Tw//Body Dysmorphia/Self-harm

Aku berjalan ke dalam mobil, masih ada kamera yang setia mengikuti kami untuk membuat video pernikahan yang akan dijadikan bukti untuk melanjutkan kerja sama perusahaan orang tuaku dan juga Keluarga Green.

Caden menarik tanganku sebelum masuk ke dalam mobil setelahku. Di depan sudah ada supir yang mengantarkan kita menuju ke apartemen Caden. Pria tersebut hanya diam di dalam mobil sambil kembali mengeluarkan ponselnya. Aku dapat melihatnya mengirimkan pesan kepada Lily. Aku melirik jendela sebelum memperhatikan Kota London saat matahari terbenam.

Aku dapat merasakan kakiku yang mulai kedutan. Jika saja aku membawa sepatu ganti tadi aku akan menggantinya, sayangnya aku tidak membawa sepatu ganti karena seluruh barangku ada di apartemen Caden. 

Aku belum pernah mengunjungi apartemen Caden. Aku yakin pria tersebut sudah mengetahui jika aku akan tinggal di rumahnya. Aku tidak mengetahui di mana lokasi tempat tinggal Caden dan aku tidak mempertanyakan di mana tempatnya karena aku tidak ingin membuatnya kesal.

Kami berhenti di dalam garasi mobil apartemen. Ada beberapa mobil di sini yang tidak aku ketahui tapi aku asumsikan mobil-mobil ini buka mobil biasa.

Caden berjalan ke dalam lift disusul denganku. Aku mengucapkan terima kasih kepada supir yang telah membawa kam8 ke sini sebelum dia pergi meninggalkan kita berdua.

Lift ini dipenuhi oleh kaca di sisi-sisinya. Aku menunduk dan melihat kaca transparan yang menampilkan mekanik lift ini. Aku menelan ludah sebelum memilih untuk berdiri di pojok sebelah pintu lift sambil menutup mata. Keadaan di antara kami sangat canggung. Kami tidak berkata apapun kepada satu sama lain semenjak dia menghabiskan sebagian besar dari pesta untuk pergi bersama dengan Lily. 

Pintu lift terbuka keras. Aku melihat pemandangan apartemen dengan lantai terbuka. Di depanku sudah ada lorong yang menghubung langsung ke bagian ruang tamu dan dapur. Aku mengira bahwa apartemen ini hanya diisi perabotan berwarna putih, tapi aku salah. Apartemen ini terlihat nyaman dan terasa seperti. . . rumah—maksudku bukan rumahku tentu saja. Aku mengapresiasi suasana Kota London dari ketinggian entah berapa lantai, yang jelas aku dapat melihat awan jelas dari sini. Aku bahkan dapat melihat roda berputar di dekat jembatan London.

"Oke, mari kita buat peraturan di rumahku." Caden membuka jas miliknya lalu melemparkannya sembarang ke kursi ruang tamu. Aku yang berdiri di depan jendela langsung berbalik sebelum menatap Caden, menunggunya untuk menyampaikan peraturan-peraturannya.

"Satu, aku tidak ingin melihatmu ada di ruang kantorku. Kedua, jika Lily ada di sini, aku harap kau tidak menunjukkan wajah. Ketiga, jangan pernah pergi ke kamar lain selain kamarmu dan ruangan ini. Keempat jangan pernah berbicara kepadaku. Jika kita harus keluar bersama aku akan menghubungimu lewat ponsel." Dia berkata. Aku hanya mengangguk kecil sebelum dia mengambil satu kunci dari dompetnya dan memberikannya kepadaku.

"Kamarmu ada di lantai atas sebelah kiri. Boks milikmu sudah ada di dalamnya," ucapnya sambil berjalan menuju dapur. Caden meraih gelas yang ada di laci atas sebelum menekan keran air di wastafel.

Aku kembali mengangguk sebelum berjalan ke lantai atas dan belok ke lorong bagian kiri. Ada satu kamar di sana sebelum aku membukanya. Aku membelalakkan mata saat melihat kamar ini. Aku berekspektasi untuk mendapatkan kamar yang buruk, tapi ini terlihat lebih luas dari kamarku di rumah. Ada kasur ukuran besar di dalamnya dengan kamar mandi dan bathtub. Aku juga punya kloset sendiri. Entah apakah semua ini sangat diperlukan bagiku karena aku hanya punya satu boks pakaian yang tidak memenuhi setengah dari kloset. 

Aku membuka jendela dan melihat balkoni kecil di depannya. Saat aku membukanya, aku dapat merasakan angin malam Kota London dan bau laut di depanku. Ada beberapa kapal yang lewat di bawah jembatan, juga mobil-mobil yang melewati jembatan. 

How We Fix Sorrow ✅Where stories live. Discover now