BAB 40

1.1K 88 10
                                    

Caden tertidur di kursi dengan Flora yang masih berada di hadapannya, masih tertidur, terlihat lemah, rapuh, dan masih dalam koma. Entah kenapa pria tersebut tidak bangun saat melihat perawat yang sedang mencoba membantu Flora.

Pria tersebut terbangun saat ia mendengar pintu kamar Flora terbuka, kali ini bukan perawat yang datang melainkan Dokter Alex dan juga Dokter Jackson. Kedua orang tersebut menatap Caden dengan satu alis terangkat. Caden yang masih baru bangun hanya mengucek mata sebelum ia berdiri dan membiarkan kedua dokter tersebut membantu Flora.

Caden tidak berkata satu katapun, ini terlalu pagi bagi otaknya untuk berfungsi. Caden hanya melihat kedua orang tersebut yang mengecek tubuh Flora selama beberapa menit. Caden tidak punya pilihan kecuali membuka suaranya untuk bertanya mengenai kabar wanita tersebut.

"Jantung dan darahnya? Stabil. Dia masih koma, kami akan terus memonitori jantung Flora selama beberapa bulan sebelum ia dapat keluar dari seluruh alat ini," ujar Dokter Alex kepada Caden sebelum ia mengernyitkan kedua mata, kepalanya memiring sambil berjalan ke arah Caden. "Kau suaminya? Bagaimana kau bisa tidak tahu mengenai hal ini?"

Caden menggelengkan kepala. "Keadaannya rumit." Caden tahu seseorang akan bertanya kepadanya mengenai hal ini, mengasumsi bahwa dia tahu apa yang terjadi pada istrinya yang tidak pernah berkomunikasi dengannya selama dua tahun.

Dokter Alex dan Dokter Jackson saling menatap satu sama lain sampai Dokter Alex memutuskan untuk keluar dari kamar Flora meninggalkan Dokter Jackson bersama dengan Caden.

"Kau tidak merayakan natal?" tanya Dokter Jackson kepada Caden.

Caden menggaruk dagunya pelan sebelum dia menggeleng. "Merayakan natal ada di daftar prioritas paling bawah mengenai hal yang harus aku prioritaskan sekarang."

Dokter Jackson mengangguk paham. "Baiklah, selamat natal untukmu."

"Kau juga." Caden mengangkat dagunya pelan.

Dokter Jackson melihat jam tangannya sebelum kembali menatap Caden. "Mau ke kafetaria untuk membeli segelas kopi?"

Caden menghirup udara, dia menggesek matanya kecil sebelum mengangguk. Caden butuh kafein hari ini, lebih banyak kafein untuk meringankan pikirannya.

Mereka berdua berjalan menuju ke dalam lift, tidak ada dari mereka yang mencoba berbicara. Dokter Jackson sesekali menyapa beberapa dokter dan perawat yang melewatinya dan Caden sebelum ia kembali menuntun Caden ke kafetaria.

Dia memesan dua gelas kopi panas dan roti rasa kopi yang masih terlihat hangat. Dokter Jackson memberikan satu gelas kopi dan rotinya kepada Caden sebelum pria tersebut sempat memprotes.

"Kau tidak menghabiskan waktu dengan keluargamu?" tanya Caden, menyeruput kopinya pelan sebelum meletakkannya lagi ke atas meja, memutar-mutar gelasnya pelan sembari menunggu jawaban Dokter Jackson.

"Mereka tahu aku tidak bisa menghabiskan waktu bersama mereka. Kau tahu, tugas dokter keluarga." Dokter Jackson terkekeh pelan sembari melahap rotinya.

Jam berkunjung masih belum dibuka, tapi dia melihat beberapa orang yang masuk ke dalam rumah sakit sambil mengenakan hiasan natal di seluruh tubuh mereka, dia tidak paham kenapa ini bisa terjadi.

"Bagian ruang anak-anak, biasanya keluarga mereka memilih untuk menghabiskan waktu di sini bersama anak mereka yang ada di rumah sakit." Dokter Jackson menjelaskan, matanya melirik kecil satu keluarga yang berjalan menuju ke dalam lift sebelum menghilang dari pandangan mereka.

"Apa kau akan di sini seharian?" tanya Caden penasaran.

"Ya, kau?"

"Entahlah."

How We Fix Sorrow ✅Où les histoires vivent. Découvrez maintenant