BAB 5

1K 98 7
                                    

Tw//Body Dysmorphia

Pagi harinya aku diarahkan menuju ke hotel tempat kami menyewa gedung. Aku tidak terlihat bersemangat sedikitpun, jantungku berdegup kencang. Aku tidak suka bahwa aku terlibat ke dalam perjodohan keluarga. Aku bahkan tidak diuntungkan di sini. 

Aku harap aku bisa mengatakan pendapatku tanpa ada tamparan ke wajah atau teriakan memanggilku banyak nama. Aku ingin mereka menghargai pendapatku. Terkadang, aku berpikir apa tujuan utama aku hidup.

Aku tidak punya tujuan di sini. Yang aku lakukan hanya berharap dan terus berharap kepada ketidakpastian. Beberapa kali aku mengatakan kepada diriku bahwa lebih baik mengakhiri semuanya sekarang daripada menyesal nanti.

Aku terlalu takut untuk mengakhiri.

Sekarang aku harus mengubah rencanaku lagi, mulai dari uang yang aku dapatkan, jumlah tabungan, hutangku kepada orang tuaku serta prioritasku. Aku bisa saja membayar sebagian hutangku kepada mereka, artinya aku tidak dapat menyewa bangunan atau apartemen, dan juga harus merelakan untuk menabung lebih lama agar aku dapat membeli mesin jahit yang aku inginkan.

Sesampainya di dalam hotel, aku diarahkan menuju ke dalam kamarku sendiri. Di dalam ada Samantha dan ibuku beserta dua orang stylist yang akan membantuku.

Aku menggigit bibir bawah sebelum mereka menyuruhku untuk duduk di atas kursi yang disediakan. Mereka mendongakkan kepalaku sebelum satu orang wanita mulai merias wajahku sementara yang lain mulai mengatur rambutku. 

Jantungku masih berdegup kencang. Pernikahan ini tidak terlihat nyata. Apapun yang aku lakukan dan terjadi sekarang bahkan tidak terlihat nyata. Aku harap aku dapat menikah, tapi tidak seperti ini, tidak bersama dengan pria yang bahkan tidak pernah berbincang denganku sebelumnya atau dengan pria yang bahkan memiliki kekasih yang ia cintai.

Aku tidak ingin merusak hubungan mereka, itu adalah daftar sesuatu yang berjanji untuk aku lakukan. Setelah ini aku akan tinggal bersama pria tersebut. Aku harap hal buruk tidak akan terjadi, atau paling tidak hal yang terjadi tidak seburuk apa yang aku alami di rumah.

Aku kembali memainkan kedua tangan menunggu kedua orang ini merubah penampilanku. Aku tidak menyukai wajahku. Saat aku tidak sengaja melihat diriku di cermin, aku dapat melihat pipiku yang bulat, dan rahangku bahkan tidak terlihat.

Mereka menggulung rambutku dengan erat, membuat pikiranku melayang memikirkan apa yang terjadi di tangga waktu itu. Aku dapat merasakan wanita tersebut menyisir rambutku lalu menalinya dengan kuat. Aku dapat merasakan kulit kepalaku yang rasanya ditarik.

Mereka masih menyisakan poniku, juga rambut bayi yang ada di sebelah telingaku. Aku bersyukur saat mereka melakukannya karena aku juga tidak menyukai dahiku yang besar, karena itu aku menggunakan poni untuk menutupinya.

Mereka mulai melapisi bibirku dengan lipstik warna merah muda, aku dapat membau bau cokelat saat menghirupnya tidak sengaja. Kedua wanita tersebut kembali menuju ke arah meja sebelum mereka kembali membawa semprotan rambut dan makeup lalu menyemprotkannya ke wajah.

Mereka menyuruhku berdiri dari kursi sebelum mencondongkan cermin ke arahku. Aku melirik diriku sekilas sebelum menoleh ke kanan, mencari alasan agar aku tidak menatap diriku lebih lama dari kenyamananku. 

Kedua wanita tersebut menyuruhku untuk pergi ke ruang ganti, mengganti pakaian sweter yang aku kenakan menjadi gaun mewah yang membuatku kehilangan hampir seluruh tabunganku. 

Aku tidak dapat mengancing pakaianku sendiri dari belakang. Aku juga tidak ingin merusak gaun mewah ini karena aku akan menangis keras melihat uangku hilang karena kecerobohanku. 

Memanggil wanita tersebut, keduanya berjalan ke arahku. Yang satu berloncat-loncat kecil saat melihatku sementara yang satunya lagi mengangguk-angguk kecil. 

How We Fix Sorrow ✅Where stories live. Discover now