BAB 25

823 86 2
                                    

Aku mengenakan sepatu hak yang sama dengan sepatu hak pernikahanku dua tahun yang lalu. Seluruh barangku ada di dalam kamar hotel yang sama dengan Caden. Aku tidak mengerti dari mana Sydney mendapatkan logika ini. Dia seharusnya tahu bahwa kita berdua tidak akan menghirup udara di ruang yang sama.

Aku masuk ke dalam kamar hotel sambil membawa barang milikku ke atas kasur. Dua puluh menit kemudian pintu kembali terbuka, Caden membawa kartu kunci kamar sambil menatap ke arahku dengan dengusan pelan. Aku tidak tahu apakah dia sedang kesal atau kecewa, yang jelas aku tahu dia tidak ingin ada di ruangan yang sama denganku. Maksudku kenapa dia mau satu ruangan denganku? Aku sangat memuakkan baginya.

Tanpa berpikir panjang aku meletakkan tasku ke atas sofa sementara Caden berjalan bolak-balik mencari kamar kosong lainnya. Sayangnya Sydney menyewa seluruh ruang di bangunan tua ini yang artinya seluruh ruangan sudah penuh dengan tamu lain selain dengan kita.

Aku juga lupa mengatakan bahwa Lily ikut bersama dengan Caden, ini membuat keadaan canggung di antara kita berdua. Mal sempat berkunjung ke kamarku, mengernyit saat melihat Caden dan Lily di atas kasur sementara aku duduk di sofa sambil membenahi tasku, jadi dia menawarkan kamarnya untuk aku tinggali, hanya untuk mengganti pakaian sampai makan malam.

Aku tentu saja bersyukur karena tawarannya. Aku sempat menimangnya sebelum Mal dan Caden berbicara di luar kamar hotel, meninggalkanku dengan Lily yang sibuk menata rambut dan make upnya.

Dari dalam aku sempat mendengar suara Mal dan Caden yang bersahutan. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi aku dapat menduga ada sumbu panas di antara mereka. Aku harap mereka menyudahinya, aku tidak suka mendengar suara mereka yang saling bersahut-sahutan.

Caden masuk ke dalam kamar bersama dengan Mal. Aku dapat melihat kedua wajah mereka yang merah. Tapi mereka berbicara pelan saat aku melihat mereka. Setelah perdebatan antara mereka berdua, Caden akhirnya menolak, dia dan Lily akan langsung pulang setelah pernikahan selesai dilakukan, sayangnya tempat pernikahan ini tiga jam lebih dari London, yang artinya Mal juga harus mengantarkanku pulang di mobilnya sementara Caden dan Lily pergi bersama dengan supir Caden.

kami bertiga hanya bertahan lima menit di dalam ruangan. Lily mulai menangis dan mengatakan bahwa Sydney berusaha merusak hubungan mereka, tentu saya aku syok, aku tidak berkata apapun. Dia juga mengatakan bahwa Sydney seharusnya menyewa satu kamar lagi untuk mereka. 

Neil dan Caden sempat berbicara, tapi yang aku tahu Neil hanya tertawa kecil. Dia berkata bahwa Lily tidak pernah diundang ke pernikahannya karena dia bukan teman atau keluarga. Caden yang mengelak mencoba untuk membawa Lily kemarin, sayangnya seluruh ruangan bangunan ini sudah penuh, tidak ada ruangan kosong untuk mereka berdua.

Aku merasa bersalah, jadi aku membungkus barang bawaanku dan memilih menuju ke kamar Mal. Dia langsung menerimaku. Caden masih ada di dalam ruangan lainnya bersama dengan Lily. Sekarang aku menghela napas, duduk di pinggir kasur sambil menonton kartun bersama Mal sekarang.

Gaunku masih ada di ruangan Sydney, aku belum mengambilnya. Aku menunggu aba-aba dari Sydney sebelum kita dapat pergi ke ruangannya. Untuk sekarang aku mengenakan sepatu hak tinggi dan juga hoodie serta celana jeans longgar milikku.

Sekarang pukul sepuluh pagi. Jam upacara dimulai pukul dua siang. Isla mengabariku dan mengatakan bahwa seluruh bridesmaids Sydney harus ada di ruangannya pukul setengah sebelas.

Aku menarik napas, mengambil minum yang ada di meja lalu meneguknya pelan.

"Gugup?" Mal bertanya, mengambil sebungkus coklat dan mengunyahnya ke dalam mulut.

Aku mengangguk. "Tidak mau mengacaukan pernikahan orang lain, juga ini pertama kalinya aku menjadi bridesmaids." Aku mengatakan.

Mal menepuk pundakku pelan. "Kau bisa melakukannya." Dia berdiri dari kasur sambil menarik tanganku dengan pelan. 

How We Fix Sorrow ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang