"Baik-baik saja, Rosie mengantarkannya ke rumah sakit kemarin. Dia mengambil cuti kuliah sampai melahirkan." Caden mengelus rambutku pelan.

"Bagaimana dengan prianya?"

"Aku menonjoknya saat menemukan identitasnya."

Aku membelalakkan mata, mengangkat kepalaku untuk menghadapnya sebelum Caden mendorong kepalaku pelan dan kembali menempelkannya pada dadanya lagi.

"Dia menjalin hubungan dengan Lily. Lily tahu jika dia berselingkuh dengan Jill, tapi Lily tidak peduli. Mungkin orang yang selingkuh patut bersama, mereka cocok karena sama-sama buruknya." Dia menggeram kecil.

"Oh, oke."

Caden mengecup keningku pelan sebelum ia menghirup rambutku. "Tidurlah, kita harus berangkat pagi besok."

Aku mengangguk, meremas kaos Caden dan menggulung tubuhku di atasnya. "Selamat malam, Caden."

"Selamat malam, Flo."

•••

"Selamat pagi, Liam." Aku tersenyum ke arah Liam yang sedang membawakan koper kami ke dalam bagasi.

"Selamat pagi, Flora. Kau sudah siap?" Dia bertanya dengan senyum yang terukir di wajah.

Aku mengangguk, dia membukakan pintu mobilnya kepadaku sementara aku masuk ke dalamnya, mengucapkan terima kasih kepada Liam sebelum pria tersebut berjalan ke arah Caden yang ada pada ponselnya. Dia mengambil koper milik Caden lalu memasukkannya ke dalam bagasi mobil.

Caden menatap ke arahku sambil berbicara di telepon, tersenyum kecil sementara aku melambaikan tanganku ke arahnya. Setelah beberapa detik dia mematikan ponsel, berjalan ke arah mobil sementara Liam membukakan pintunya.

Dia duduk di sebelahku, menarik napas pelan sebelum dia berbincang dengan Liam pelan sampai pria itu memutarkan mobilnya, berjalan meninggalkan rumah kami sementara aku menelan ludah.

"Harus menelpon Sydney dan Mal karena mereka berteriak kepadaku untuk menyelesaikan tugas perusahaan." Dia mengernyit menatap ponselnya, ada sederet pesan dari grup mereka yang beberapa di antaranya adalah Mal mengumpat kepada Caden.

"Kau belum menyelesaikan proyeknya?" Aku bertanya.

"Sudah, hanya lupa mengirimnya ke penyimpanan dokumen bersama kita. Aku akan melakukannya saat kita sampai di Paris." Dia tersenyum nesu ke arahku.

Mengangguk kecil aku mendapat beberapa pesan dari Maria dan Sara, melihat foto anak-anak panti yang membuka hadiah natal mereka lebih awal dari sebelumnya.

"Aku rasa mereka menemukan kado kita." Aku menunjukkan ponselku ke arah Caden. Pria tersebut terkekeh pelan lalu menatap foto di dalamnya.

"Aku tebak. . . Glenn dan Yuri merupakan pelopornya." Caden mengembalikan ponselku.

Aku terkikih dan mengangguk. Kemungkinan besar mereka tahu mengenai hadiah yang sudah aku dan Caden siapkan untuk mereka karena kemarin Glenn dan Yuri memergoki kami saat menyelipkan hadiah ke dalam garasi rumah mereka. Aku seharusnya tahu bahwa sekarang merupakan musim liburan dan tugas keseharian Yuri dan Glenn adalah membersihkan halaman belakang.

Kami berempat sempat berbincang, aku juga memutuskan untuk berbincang dengan Maria, Sara, beserta anak-anak panti yang lain selama satu jam sebelum kami harus pulang. Aku tidak lupa membawakan kue keju untuk mereka juga.

"Bagaimana dengan Glenn?" Aku bertanya kepadanya.

Dia memajukan bibir. "Dia baru mendapatkan sertifikatnya tiga hari yang lalu dan sedang mencari pekerjaan tambahan sampai dia lulus." Caden dan Glenn berbicara mengenai potensi Glenn untuk bekerja di perusahaan Sydney, Mal, dan dirinya. Aku tidak seberapa tahu apa tugas Glenn di perusahaan tapi Caden memberitahuku bahwa Sydney dan Mal ikut mempertimbangkannya.

How We Fix Sorrow ✅Donde viven las historias. Descúbrelo ahora