Kami sampai satu jam kemudian, Caden memarkirkan mobilnya di tempat kosong. Halaman rumah Caden penuh dengan mobil-mobil mewah mengkilap, aku berharap bahwa tidak ada orang yang akan mengetahui tentang kita, tapi aku juga meragukan itu. Caden dan aku mengenakan cincin pernikahan kami, orang lain akan tahu mengetahui hubungan kami.

Caden menuntunku ke dalam, ada pelayan rumah Caden yang menyapa Caden sambil membungkukkan badan, Caden hanya mengangguk sebelum dia membawaku ke halaman belakang rumah Caden, melihat banyak orang sedang berbicara dengan beberapa pelayan yang membawakan mereka minuman lemon dan kue camilan.

Aku melihat arah mata Caden, dia sedang melihat orang tuanya sedang berbincang bersama dengan adik kembarnya di bawah gazebo. Caden menarik napas, menggenggam tanganku erat lalu membawa kita berdua berjalan ke arah mereka.

Samantha melihat kami berdua, tepatnya pada tangan Caden yang menggenggam tanganku erat. Wanita tersebut tersenyum lebar sebelum memeluk Caden dengan erat, mengecup pipi kanan dan kirinya sementara pria tersebut hanya berdiri diam, mengeratkan tangannya kepadaku.

Samantha tersenyum kecil ke arahku kemudian berbalik menuju ke gazebo, menuntun kami berdua untuk mendekati yang lain.

Langkah Caden berhenti, membuatku ikut berhenti mendadak sebelum pria tersebut menatap tajam pria yang ada di depannya. Warden, dia menatap Caden dari atas dan bawah, ikut menatap tajam Caden sementara Caden mengangkat dagunya, terlihat angkuh hampir menyalin ayahnya.

Jempolku mengelus tangan Caden untuk menenangkannya tapi mereka masih menatap satu sama lain dengan tajam, keadaan sedikit menjadi canggung di antara keluarga Caden dan aku tidak dapat berlari. Yang aku tahu Warden berjalan mundur saat istrinya menepuk dadanya pelan lalu menatapnya tajam.

"Terima kasih sudah datang, kita punya beberapa hal yang perlu kita diskusikan bersama." Samantha tersenyum sebelum ia menatapku. "Dan juga membawa Flora. Apa kabar, Flora. Aku harap aku bisa menjengukmu tapi Caden menolak," sindirnya kepada Caden.

"Karena kau percaya dengan Nelson daripada aku. Menurutmu kenapa aku menuntut mereka. Aku berusaha menyelamatkan reputasi publik perusahaan kalian dari mereka, sama-sama." Caden membuka suara dengan rendah, menatap ibunya tajam sebelum matanya memelas.

"Aku tahu, maafkan kami, aku pikir kau tidak punya segala buktinya dan hanya ingin memutus perjanjiannya." Samantha menatap Caden dengan alis terikat. Dia menggenggam tangan Caden sementara aku melepas genggamannya.

"Kalian tahu apa yang terjadi dengan Flora." Caden mengucap, menatap ibu dan ayahnya bergantian.

Samantha menggeleng sebelum menatapku sendu. "Tidak—tidak, kau tidak paham. Kita berdua tidak mengetahui apa yang mereka lakukan kepada Flora, kau harus paham itu."

"Kalian berempat berdiskusi membicarakan Flora sebelum menggunakan dalih Lila. Kalian tahu apa yang kalian lakukan." Caden berkata dengan kasar.

Samantha kembali menggeleng. "Kau tidak tahu. Aku tidak bermaksud menyakitimu, atau Flora. Kita benar-benar tidak tahu. Yang mereka bicarakan kepada kita adalah Flora tidak sedang membuka bisnis dan tidak berniat untuk membuka bisnis, hal ini dapat membantu perjanjian kita tentu saja."

Caden mencari-cari mata ibunya, hidungnya sedikit berkerut sebelum matanya menatap ayahnya kasar. "Kenapa kau marah saat aku melepas perjanjiannya?" tanya Caden kepada ayahnya.

"Profit, kau tahu aku menginginkannya." Ayahnya berkata datar.

Caden tersenyum mengejek. "Tentu saja, sama-sama karena telah membuat perusahaanmu lebih terkenal dan punya reputasi baik."

"Kau membuat Finley memasukkan kita ke dalam daftar merah, Caden." Warden menunjuk Caden dengan wajah merah.

"Koreksi, Keluarga Nelson, bukan aku." Caden menjelaskan. "Aku dan Finley baik-baik saja, lagipula ini bukan rencanaku—tapi terima kasih sudah mempertemukanku dengan istriku."

How We Fix Sorrow ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang