•••

"Oke, ini bukti yang bagus, selain bukti lisan kita juga punya bukti visual, kita mungkin dapat melakukan hal ini. Aku yakin." Ben memegang ponsel Flora di tangannya setelah layar menunjukkan video Flora.

"Kau sudah mengurus suratnya?" tanya Caden.

"Yap, kita akan dapat panggilan setelah hari kerja mulai diberlakukan." Ben mengangguk mantap. 

"Dan kau?" Caden menunjuk Andrew dengan dagunya.

"Yap, sudah mencari tahu mengenai apa yang mereka lakukan di perusahaan, tidak ada hal yang buruk terjadi, kecuali mereka kadang bersikap kasar terhadap pekerja di sana—tapi, hei, semua orang punya hari gelap. Aku kadang melihat Caden memelototkan matanya pada anggota timnya." Andrew menjelaskan.

"Oke, baiklah, aku harap pengadilan ini cepat diproses." Ben menarik napas, melihat tumpukan berkas di depannya sebelum dia kembali memasukkannya ke dalam klip dokumennya.

Ben berdiri dari sofa disusul oleh Caden dan Andrew. Ketiga pria tersebut berjalan menuju ke depan lift sebelum Caden berhenti, dia mengangguk kecil sebelum pintu lift tertutup.

Caden melihat lorongnya yang sudah direnovasi lalu mengernyit, seluruh interior di sini ia samakan dengan selera Lily, ia tidak menyukainya lagi. Mungkin dia harus mengganti proyek interiornya atau dia harus pindah ke tempat lain. 

Caden melihat satu boks yang sudah berada di depan lorong. Boks berisikan seluruh barang Lily tinggal dia kirimkan kepada kurir, mungkin dia akan melakukannya sekarang.

Dia sudah menelepon seluruh rekan kerja atau teman Flora, kebanyakan dari mereka sedikit syok, beberapa dari mereka hanya mendengus pelan, mengatakan kepada Caden bahwa kadang Flora pingsan atau sering terjatuh saat bekerja. Beberapa dari mereka tidak mengira jika penyakit Flora separah ini. Mereka mengatakan bahwa mereka mencoba membantu Flora tapi wanita tersebut selalu menggubrisnya.

Beberapa dari mereka ingin mengunjungi Flora, tentu saja Caden berkata tidak, pihak rumah sakit tidak mengizinkan orang-orang menemui Flora, kecuali Caden karena dia punya izin dari Dokter Jackson yang menuliskan peran Caden sebagai suami. Caden seharusnya marah, Dokter Jackson tahu jika mereka tidak bersama lagi, tapi saat Caden melihat kartu kunjungannya ia hanya menatapnya datar. 

Suami.

Peran bodoh, Caden tidak menyukai pernikahan.

Pria yang hanya memakai kaos polo tersebut berjalan mengambil jaket dan hoodie-nya, mengangkat boks yang ada di dalam lorong sebelum membawanya masuk ke dalam mobil.

Caden berkendara menuju ke pos sambil meletakkan boksnya ke dalam tempat penyortiran, setelah itu dia kembali ke dalam mobil sambil berkendara lurus menuju ke rumah sakit. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan di sana, Caden berkendara dengan hati-hati di dalam mobilnya, memarkirkan mobilnya ke dalam lahan parkir bawah tanah sebelum dia berjalan menuju lift, berjalan ke lantai tiga.

Dia masuk ke dalam kamar Flora, wanita tersebut masih menutup matanya dengan tenang, selang-selang masih menancap pada tubuhnya. Caden berjalan menuju ke atas sofa, membaca buku milik Flora lagi, entah kenapa dia melakukannya. Tangan Caden membuka lembaran buku Flora, membacanya pelan selama beberapa jam. 

Caden menghiraukan beberapa perawat yang masuk, mereka sempat menanyakan kartu identitas Caden, setelah mengetahui bahwa Caden merupakan salah satu orang yang dapat mengunjungi Flora perawat tersebut melepaskannya.

Saat makan malam dia memilih memesan makanan dari dalam rumah sakit. Dia menghabiskan makanannya sambil sesekali menatap Flora yang posisinya berganti setiap satu jam karena bantuan perawat.

How We Fix Sorrow ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang