Aku mengangkat pundak. "Itu mobilmu sendiri?"

Dia mengangguk. "Ya, ayah membelikanku saat aku enam belas." Parker menarik napas sebelum melanjutkan. "Aku tahu apa yang kau pikirkan. . . kau menganggapku sebagai anak yang dimanjakan—aku paham, aku tidak punya uangku sendiri untuk membelinya."

Aku langsung menjawab cepat. "Tidak—tidak. . . aku tidak terlalu memperdulikannya. Sebenarnya aku ingin mengetahui sejak kapan kau belajar mengemudi karena kau terlihat mahir."

"Eh. . . Caden mengajariku bagaimana caranya mengemudi sejak aku umur tiga belas."

"Tiga belas?" 

"Ya, aku yang memaksanya sampai dia mengajariku dengan pasrah."

"Apa orang tua kalian tahu?" Aku bertanya, sesekali melirik jalanan macet Kota London yang dipenuhi suara klakson mobil, membuatku mengernyit tidak nyaman.

"Tidak. Aku tidak ingin Caden memberitahu mereka karena mereka akan menyalahkan Caden dengan cepat."

"Oh. . . ." Aku mengangguk paham.

Untuk selanjutnya aku menunjukkan Caden arah penampungan hewan tersebut sebelum kami melihat tanda di depan kami.

Aku melepas sabuk pengamanku lalu mengambil tas plastik yang ada di belakang. Parker membantuku untuk mengambil tasnya sebelum ia membuntutiku berjalan ke dalam.

"Selamat pagi, Gibson." Rambut ikal merah tua Gibson merupakan pemandangan pertama yang aku lihat saat masuk ke dalam tempat penampungan hewan tersebut.

"Halo, Flora. . . siapa ini?" Dia bertanya sambil menunjuk Parker yang masih memperhatikan ruangan yang dipenuhi oleh stiker hewan warna-warni di dinding ini.

Aku menujuk Parker sebelum lelaki itu melambaikan tangan kepada Gibson. "Aku Parker. Aku hanya mengantarkan Flora ke sini karena aku berpapasan dengannya di jalan."

Gibson mengangguk pelan. "Apa yang ada di kantong plastik itu?"

"Kau ingat daftar keinginanku? Aku menulis ingin memberikan mainan dan camilan kecil untuk mereka." Aku melirik Parker sebentar sebelum mataku kembali berfokus kepada Gibson.

Gibson tersenyum lebar sebelum melirik tas yang Parker dan aku bawa. "Tidak mungkin, terima kasih, Flora."

"Sama-sama. Kau mau memberikan mereka mainan mereka sekarang?" 

Aku mengangguk mantap sebelum menoleh Parker yang masih terlihat seperti bocah linglung. "Kau mau ikut?"

Lelaki itu menimang-nimang pilihannya sebelum memutuskan untuk tidak ikut. Dia berkata jika dia harus bertemu dengan temannya dalam sepuluh menit, jadi aku hanya mengucapkan terima kasih banyak sebelum dia masuk ke dalam mobil dan pergi menghilang dari pandangan kami.

Aku masuk ke ruang hewan lain, ada beberapa kelinci di sana yang terlihat tertidur pulas. Aku memutuskan untuk membiarkan Gibson yang mengenakan kain percanya kepada kelinci tersebut sebelum kami menuju ke ruangan kucing. Ada beberapa kucing, utamanya kucing dewasa yang mengeong kepada kami berdua. Gibson mengatakan bahwa kucing-kucing ini telah dia beri makan, jadi aku memberikan mereka catnip sebelum mengais kantong plastik yang ada di tanganku sebelum mengeluarkan mainan pancing dengan ujung bulu.

kami berdua mengeluarkan kucing satu persatu sebelum menghabiskan waktu bersama mereka selama dua jam. Selanjutnya aku berjalan ke bagian anjing sebelum aku mendengar gonggongan keras para anjing tersebut. Pandanganku berhenti pada anjing retriever yang duduk memojok sambil mengerjapkan mata pelan.

"Baru?" Aku bertanya.

Gibson menarik napas. "Ya, datang empat hari yang lalu. Tidak mau makan, entah kenapa, aku sudah mencoba beberapa kali tapi dia memuntahkannya. Pemiliknya yang dahulu menyiksanya hingga kaki depannya patah. Untungnya salah satu tetangga mengetahuinya dan segera melaporkannya pada petugas perlindungan hewan, mereka sempat membawanya ke rumah sakit tapi ia tidak bisa tinggal."

How We Fix Sorrow ✅Where stories live. Discover now