Aku memperhatikan cincin yang ada di telapak tanganku sebelum menatapnya tidak yakin. Aku mungkin hampir meninggalkannya di Hawaii. Aku bersumpah aku menyimpan cincinnya ke dalam tas. . . kecuali jika aku lupa. Mungkin aku melupakan cincinnya, aku jarang menggunakan cincin di jariku jadi aku tidak pernah merasakan keganjilan. Untung saja Caden menemukannya, aku tidak tahu berapa banyak uang yang akan aku bayar saat menghilangkan cincin ini.

Omong-omong mengenai uang, aku masih perlu membayar lima ratus ribu pound, uang kanker Eddie, juga cangkir Caden yang belum sempat aku ganti rugi.

Aku berjalan ke dalam bus sebelum menggesekkan kartuku, tapi saat mesin di dalam bus mengatakan bahwa aku tidak punya uang cukup untuk pergi ke tempat kerja aku menarik napas dalam.

Kami akan tambah isi ulang kartu pengguna bus setelah ini. 

Aku memilih untuk berlari menuju ke tempat kerja, untungnya apartemen Caden dekat dengan tempat kerja. . . paling tidak lebih dekat dari rumahku sebelumnya jadi aku dapat menyimpan uang untuk mengisi ulang kartu pengguna bus paling tidak selama dua tahun.

Sesampainya di depan perpustakaan, aku memilih masuk lewat pintu belakang karena di depan sudah ada beberapa orang yang menunggu perpustakaan untuk buka. Aku tersengal-sengal, napasku tidak pernah separah ini, jantungku tidak pernah berdetak secepat ini. Rasanya seperti adrenalin kecil, mungkin ini dapat membantuku menurunkan berat badanku. Aku bisa melakukan ini setiap hari, aku tidak perlu lagi menggunakan bus. 

Tonya ada di dalam,  menatapku sambil memiringkan kepala saat aku bernapas dengan kasar, sesekali memegangi dada lalu merunduk.

"Kenapa kau tergesa-gesa seperti ini?" Tonya bertanya, memberikan kartu identitasku.

"Saldo kartu penggunaku habis. Aku harus mengisi ulangnya mungkin," jawabku menerima kartu identitasnya.

"Kenapa wajahmu memerah seperti itu?" Dia kembali bertanya, wajahnya menatapku dari atas ke bawah lalu menatapku ibu. "Ada masalah?

Aku menggeleng. "Aku pergi ke pernikahan kerabat di Hawaii selama tiga hari, kulitku berubah menjadi sedikit tan dari biasanya—juga pelindung matahari. . . aku tidak mengenakannya."

Tonya mengangkat satu alis. "Oke, Flora. . . " ia menatapku ragu sebelum aku menelan ludah. Aku berbalik sebelum berjalan ke lantai dua, menyapa Jodi dari atas sementara wanita yang sedang membaca novel dengan serius tersebut, menganggukkan dagu ke arahku kecil. Dia kembali membaca novel sambil meletakkan kedua kakinya ke atas meja kerjanya, beberapa kali hampir menendang brosur promo buku kita.

Hari ini aku memilih untuk membaca buku baru, mungkin kali ini aku harus membaca buku nonfiksi karena mungkin aku mendapatkan informasi baru, mungkin ensiklopedia mengenai serangga? 

Setelah jam menunjukkan pukul sembilan Jodi mengganti tanda "Close" menjadi "Open", tidak lupa ia membuka pintunya sebelum orang-orang mulai berdatangan.

Mataku terasa berat, setiap ada orang yang memesan buku aku melakukan kesalahan ketik di komputer. Aku mengucek mata beberapa kali sebelum menarik napas pelan, menahan mataku untuk menutup saat bekerja. Aku tidak ingin jadi yang penjaga yang tidak bertanggung jawab.

Aku masih setengah halaman membaca buku ensiklopedia ini sebelum aku memutuskan untuk menambahkan buku tersebut ke dalam daftar buku yang ingin aku punya, mulai dari buku nonfiksi hingga buku fiksi dan juga buku pengetahuan serta puisi.

Sesekali aku mencoba untuk menulis puisi saat aku sedang bosan, tapi sayangnya aku tidak begitu pandai menulis, mungkin menjahit termasuk ke dalam kepandaianku, tidak dengan menulis, jadi aku tidak begitu memberatkannya.

Jam kerja terdiri atas aku yang hampir tertidur beberapa kali saat bekerja atau aku yang salah menuliskan judul buku pada pencarian komputer. Aku beberapa kali sempat menstempel buku yang ingin dipinjam ketimbang kertas kontraknya saat orang ingin meminjam.

How We Fix Sorrow ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang