Menyimpan ponselnya, Jennifer menatap sang ayah, ia tersenyum manis dan berdiri dari sofa ruangan besar ayahnya. "Pa, menurut Papa aku cantik tidak?"

Pertanyaan itu membuat kening Namgil tertaut. Ia bingung dengan pertanyaan sang anak yang menurutnya lucu. "Tentu saja, Nak."

"Aku minta jawaban serius Pa, bukan dari segi aku anak Papa, dibanding dengan Yeena dan kedua sepupunya apakah aku lebih cantik?"

"No doubt!"

"Dari segi aku bukan anak Papa!"

"Benar, kau bisa tanya kepada yang lain, Sayang," Namgil tertawa, anaknya ini lucu sekali, tiba-tiba bertanya pertanyaan random. Tapi, ia pun tidak berbohong bahwa memang anaknya yang tercantik diantara wanita yang disebutkan Jennifer tadi.

"Lalu Pa, aku harus mengenalkan diriku apa kepada Jung Yunho itu?"

"Anak Papa, lalu apa lagi?"

"Uungh Kim Jaejoong atau Kim Jennifer?"

"Dua-duanya adalah kau, kenapa harus repot, Nak."

"Aku ingin memberi kesan baik kepadanya," sahut Jennifer dan kembali duduk di sofa. Ia mengambil ponsel kembali dan melihat ada pesan dari Jiyeon, segera membukanya Jennifer tersenyum. Ia mendengar bahwa ayahnya berkata, 'Kesan apa saja pasti akan baik'

"Uungh, begitu?"

"Ya, Baby Girl!"

———

Tatkala pintu ruang VIP di sebuah restoran yang dipesan khusus untuk pertemuan oleh pihak ayahnya, Jennifer tak lepas memandang ke arah sana. Ia sedikit menegang ketika terlihat tungkai kaki panjang memasuki ruang lebih dahulu. Lantas, ia menatap ke arah atas tepat ke wajah si pria yang kini mendekat ke meja. Ada dua orang pria, tapi Jennifer tidak akan tertukar mengenali Jung Yunho.

"Maaf jika menunggu lama, Tuan Kim," ucap pria itu dan menunduk dengan sopan.

"Kami pun baru selesai sampai," Namgil tersenyum dan mengulurkan tangan, segera tangannya dijabat oleh Jung Yunho.

"Senang sekali kali Tuan Kim langsung yang ingin berjumpa denganku."

Basa-basi bisnis terdengar membosankan bagi Jennifer, ia berdiri di sisi Namgil dan memperhatikan pria itu dengan seksama.

"Duduklah, kita bicara santai jika kau tidak keberatan," Namgil mempersilahkan pria itu duduk di kursinya dan ia segera menempati kursi yang tadi didudukinya.

"Terima kasih Tuan," sahut Yunho, suatu kehormatan bahwa yang menemuinya adalah Direktur Utama dari J-One Group.

"Ah iya perkenalkan ini Putriku satu-satunya," Namgil menyentuh pundak Jennifer dan sang anak mengumbar senyum kepada sang CEO.

Menaikan sebelah alisnya, Yunho merasa bingung. Tetapi yang mengenalkan wanita itu adalah putrinya adalah Namgil sendiri. Ia nyaris ingin menyangkal, karena sepengetahuannya wajah wanita yang pernah ia lihat dan dikenalkan sebagai putri Kim Namgil bukanlah wanita ini.

"Hallo, senang bertemu dengan orang hebat dalam pertama kali aku masuk kantor," Jennifer berusaha bersikap santai, toh ia tidak tahu apa yang sedang pria itu nilai darinya pertama kali.

"Ah, aku biasa saja, ayahmu tentu lebih hebat dariku dan aku harus banyak belajar darinya, Miss Kim."

"Jennifer, atau kau bisa memanggilku Jeje saja, tidak perlu sungkan," Jennifer langsung menyahut, ia mengumbar senyum dan menatap sekilas Yunho.

"Namanya Kim Jaejoong, tapi Jennifer adalah nama yang diberikan ibunya kepadanya sebelum aku memberi nama Jaejoong, dia baru tiba dari London kemarin, putriku masih harus banyak belajar bisnis," Namgil tidak ingin nanti orang salah paham dengan nama anaknya yang suka berganti-ganti, tetapi ia tidak ingin menghilangkan nama Jennifer pada sang anak karena itu memang nama pemberian ibu kandungnya.

Nah, Yunho melirik pria di sampingnya, dari segi nama pun tidak ada kemiripan dengan putri keluarga Kim yang sempat dikenalkan kepadanya. Ada yang tidak beres, dan Yunho akan menyelidiki apa yang kini menjadi masalah pribadinya.

"Jadi aku boleh memanggilmu, Jeje?"

"Tentu saja, uumh Yunho?" Jennifer tertawa setelah mengucapkan nama Yunho tanpa embel-embel, dan pria itu juga tertawa sambil mengangguk, menyetujui bahwa wanita itu boleh memanggilnya dengan namanya saja.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" no edit.

Rules, 30 komentar.

.
.
.

The SecondWhere stories live. Discover now