#53. Wǒ ài nǐ - 我爱你 ❤

Start from the beginning
                                    

"Cih!! percuma kau membangunkan dia, jelas dia sudah mati!!" saut ketua prajurit itu.

"Tidaaaaak!! jangan tinggalkan aku Xulan!! kumohon, bangunlah! hiks!" bantah Li heeng.

Air mata Li heeng jatuh tepat di pipi Xulan, dan itu membuat kelopak mata Xulan sedikti bergerak mengerdip, tetapi Li heeng tidak sadar akan hal itu. Kemarahan yang membludak di tambah kesabaran yang sudah habis, Li heeng kembali meletakkan tubuh Xulan di permukaan tanah, lalu berdiri menatap semua prajurit itu dengan penuh kemarahan dan dendam. Kedua tangannya mengeluarkan bola api, dan perisai yang ia pasang perlahan memudar. Kondisi Li heeng berada hampir diluar kendali dengan api yang muncul dari punggung dan juga di bawah kakinya. Sayap api perlahan membentuk sempurna dan mengangkat tubuhnya tinggi ke udara. Bola api yang terkumpul di telapak tangan ia pusatkan tepat ke arah para prajurit itu. Mereka langsung terbakar hangus, dan sebagian dari prajurit itu ada yang berlarian kabur.

Ketua prajurit terkejut dan mengamati kekuatan yang Li heeng miliki dengan cermat. Benar-benar hebat, dan sangat langka di miliki oleh seorang wanita. Apakah dia seorang kesatria besar? atau murid dari sekte terhebat? mengapa kekuatannya bisa sedahsyat itu? batin ketua prajurit yang tak menyangka dan curiga akan sesuatu.

Perlahan Li heeng kembali mendarat dan menetralkan kekuatannya. Kekuatan api itu belum sepenuhnya keluar, karena Li heeng masih bisa mengontrol diri, sehingga kondisinya tetap aman meski mengeluarkan kekuatan dalam. Ia pun kembali mendekat pada Xulan dan mencoba menyadarkannya kembali. Li heeng juga mengarahkan kekuatan energi dari dalam tubuhnya dan menyalurkannya ke tubuh Xulan. Tatapan Li heeng sangatlah dalam, dan tiba-tiba Li heeng menyadari jika kelopak mata Xulan bergerak. Ia pun bergegas membawanya pergi dari situ. Para prajurit itu tak tinggal diam dan berlari mengejar, tetapi Li heeng menabur bubuk putih, dan langkah para prajurit itu terhenti dengan mata yang terluka akibat bubuk itu. Saat bubuk itu sudah tidak menghalangi pandangan mereka, Li heeng justru sudah menghilang tanpa jejak. Semua prajurit dibuat kebingungan dan bergegas mencarinya tanpa henti. Di salah satu kediaman tabib yang ada di Xunmeng, Li heeng membawa Xulan ke sana untuk memulihkan kondisi.

"Tabib, kumohon tolong sembuhkan dia" ucap Li heeng menyatukan kedua tangan.

"Aku akan berusaha semampuku" ujar tabib itu memeriksa denyut nadi Xue luan.

Tatapan Li heeng sangatlah tegang dan khawatir, ia mengepal kedua tangan di depan dada seolah berharap semua akan baik-baik saja. Tak lama kemudian, tabib itupun berdiri.

"Bagaimana tabib? apakah dia baik-baik saja?" tanya Li heeng.

"Sebelumnya dia sudah pernah memiliki luka dalam yang sangat parah, kali ini luka dalam itu bertambah semakin parah. Aku tidak yakin jika kondisinya akan normal kembail" ucap tabib itu.

"Kumohon lakukan apapun, tolong sembuhkan dia, tolong beritahu aku, obat apa yang bisa menolongnya" tutur Li heeng khawatir.

"Aku akan membuat ramuan, dan dia harus dalam pengawasan dariku" ujar tabib itu.

"Baik tabib" Li heeng mengangguk pelan.

Di samping itu, Jinhou juga tengah khawatir karena Kaisarnya tak kunjung kembali, bahkan hari sudah menjelang malam. Mondar-mandir tak karuan justru membuatnya semakin panik dan gelisah, akhirnya ia memutuskan untuk mencari keberadaan Xue luan. Tetapi sampainya di gerbang pembatas dari wilayah perkemahan, Xue luan muncul dengan raut wajah yang sangat pucat.

Lotus PerakWhere stories live. Discover now