42. Siapa?

350 30 17
                                    

*****
Di dalam mobil
"Sudah siap nona?" Tanya Haris.

Ellena mengangguk "Jalankan"

"Kau tidak lupa bukan atas tugas yang aku berikan?" Tanya Ellena.

"Sudah saya kerjakan 3 hari yang lalu nona. Namun saya tidak langsung memberi tahu nona saat itu karena keadaan nona belum pulih sepenuhnya" ucap Haris.

"Terimakasih. Serahkan dokumen nya dan jelaskan nanti dihotel" ucap Ellena tersenyum.

"Baik nona"

"Kapan kau menikah ris? Mau sampai kapan kau bertahan dengan gelar bujang lapuk" Ucap Ellena tanpa filter.

Haris membelalakkan matanya. Nona nya ini memang jika berbicara tidak memikirkan perasaan orang lain.

Bujang lapuk? Haris memang pantas mendapatkan gelar tersebut. Seharusnya saat ini ia sudah berkepala tiga. Canda pren

"Tidak tau nona. Saya belum mau menikah, saya hanya ingin fokus pada pekerjaan saya saja" ucap Haris.

Mantap emang itu jawaban. Tapi mau sampai kapan ia bekerja, bekerja dan terus bekerja tanpa mau membangun rumah tangga.

Bahkan dijaman sekarang anak muda banyak yang sudah menikah. Lalu dia si bujang lapuk tidak mau menikah? Patut di museum kan memang.

"Kau tidak mau seperti orang-orang pada umumnya jika sedang bekerja ingin cepat-cepat pulang karena ada yang menantikan kedatangan mereka, yaitu keluarga kecilnya " ucap Ellena.

"Saya tidak tergiur dengan hal semacam itu nona" ucap Haris no debat.

"Susah memang ya berbicara dengan kulkas seratus pintu" gumam Ellena menatap Haris jengah.

"Mau aku carikan jodoh?" Tawar Ellena.

"Tidak perlu nona. Saya tidak menginginkan itu" tolak Haris kesekian kalinya.

"Kau tidak mau menikah bukan berarti kau gay kan?" Ucap Ellena menatap Haris dengan selidik.

"Saya tegaskan saya tidak gay nona. Saya normal" tekan Haris disetiap katanya.

"Santai bro. Aku hanya memastikan saja" ucap Ellena sedikit tertawa.

Beberapa jam telah berlalu. Dan kini mereka telah sampai disebuah hotel tempat penginapan mereka.

Ellena berjalan menuju resepsionis
Lalu berbicara "Atas nama Ellena Kylendra. Pemesanan dua kamar"

"Baik nona. Ini kunci kamar anda. Selamat beristirahat" ya kurang lebihnya mungkin begitu

"Ini" Ellena melempar kunci kepada Haris. Dengan sigap Haris menangkapnya.

"Datang ke rest hotel ini pada makan malam nanti" ucap Ellena. Lalu ia berjalan menuju lift dan naik menuju kamarnya yang berada dilantai atas.

Sesampainya di kamar ia mandi terlebih dahulu lalu berbaring dikasur.

"Rafa udah sadar belum ya?" Tanya Ellena pada handphone nya.

Akhir-akhir ini semenjak kejadian pada hari itu Ellena selalu memikirkan Rafa. Seolah-olah Rafa sudah bersarang dipikirannya.

"Telpon bunda aja lah" ucap Ellena.

Tidak lama panggilan terjawab
"Hallo Ellen. Kamu sudah sampai?"

"Sudah bund, Barusan. Oh iya apa Rafa sudah sadar bun?" ucap Ellena.

"Belum El. Tetapi tidak lama kamu pamitan sama kami lalu pergi. Tangan Rafa sedikit bergerak meski hanya sebentar"

"Syukurlah. Itu menandakan bahwa Rafa akan cepat sadar" ucap Ellena tampak sedikit lega.

"Iya El bunda juga senang. Tapi tadi mila datang. Entah dari mana dia tau keberadaan Rafa" terdengar helaan nafas dari bunda Rafa.

"Mila siapa bun?" Ellena mengernyitkan dahinya.

"Dia–"

*****

E L L E N AWhere stories live. Discover now