4. Restoran

1.3K 211 49
                                    

"Rasa cinta berawal dari rasa nyaman yang berujung sayang"


*****
"Cepet masuk. Menyusahkan" Gerutu Rafa yang tampak kesal.

"Aku ga minta kamu buat nganterin aku. Tapi ibumu yang memaksaku" Ucap Ellena tak kalah dingin.

"Intinya kamu menyusahkan" Ucap Rafa dengan segera menjalankan mobilnya.

"Terserah apa kata kamu. Tapi kamu dikasih amanah sama bunda buat nganterin aku. Jadi mau ngga mau kamu tetap harus nganterin aku" ucap Ellena enteng. Pasalnya ia tidak mau mengeluarkan uang hanya untuk membayar taksi, biasa hidup hemat.

Rafa diam. Ia bingung harus menjawab apa lagi. Yang dikatakan Ellena benar adanya.

"Bawel"

"Kenapa mencoba bunuh diri?" Akhirnya Rafa bisa mengalihkan topik pembicaraan.

"Ga ada yang mau nyoba bunuh diri"

"Lalu?"

"Ada hak apa kamu mau tau urusan ini" Ketus Ellena.

"A–aku hanya–" baru kali ini Rafa kehabisan kata-kata di depan perempuan dingin seperti Ellena.

"Hanya apa? Lagian kamu itu kan laki-laki. Mana ada laki-laki yang kepo sepertimu kecuali–"

"Kecuali apa?"

"Kecuali kamu itu laki-laki yang jadi perempuan. Yaa bisa di sebut bancii hahaha" Ucap Ellena tertawa terbahak-bahak.

"Sialan" Ucap Rafa menatap sekilas Ellena yang masih tertawa.

"Cantik "

"Maaf maaf. Antar aku ke apartemen xxx" Ucap Ellena kembali dingin.

"Ngga mau makan dulu ?" Tanya Rafa.

"Ngga laper"

"Orang kalo mau makan harus laper dulu gitu?" Tanya Rafa lagi.

"Y–ya ngga lah. Itu cuma berlaku buat aku doang"

"Seengganya kamu nemenin aku makan sebagai balas budi karena aku menolongmu"

"Baru kali ini aku bertemu pria seperti mu yang tidak ikhlas membantu"

"Aku ini limited edition"

"Ckk narsis" decak Ellena.

"Jadi nemenin aku makan El?" Tanya Rafa kembali.

"Hemmm"

Rafa memarkirkan mobilnya di restoran terdekat.

Setelah mereka duduk. Rafa memesan makanan.

"Ellena, liatin apa?" Tanya Rafa yang mengikuti arah pandang Ellena kepada dua sejoli yang sedang menikmati makanan sesekali bersenda gurau.

"Sekarang aku tau permasalahan mu Ellena"

"Ellenaa" Panggil Rafa menepuk pundak Ellena.

"A–apa?"

"Liatin apa hem?"

"Ngga ada"

"Kamu yakin?"

"Kenapa ngga yakin?" Ucap Ellena tersenyum miring.

"Pinter banget ngelak"

Tidak lama seorang pelayan membawa pesanan Rafa dan meletakannya di meja.

"Makan gih. Aku tau kamu laper" Ucap Rafa menyodorkan makanan ke hadapan Ellena.

"Aku ngga laper"

"Makan. Kalo ngga makan aku cium kamu di depan semua orang" Ucap Rafa tersenyum miring.

"Udah aku bilang, aku ngga laper Rafa"

"It's oke" Ucap Rafa mendekatkan wajahnya kepada wajah Ellena. Dengan sigap Ellena menghindar.

"I–iya iya aku makan. Duduklah di tempatmu" Ucap Ellena segera memakan makanannya.

"Good girl" Ucap Rafa tersenyum dan mengusap rambut Ellena yang tergerai.

"Rambutku berantakan. Rapi kan lagi Rafa" titah Ellena.

"Iya honey" Ucap Rafa merapikan rambut Ellena.

"Honey honey pala lo" Ucap Ellena melotot.

"Mata kamu hampir keluar"

"Dan kamu jangan menatapku terus. Aku tau aku cantik" Ucap Ellena.

"Kaya nya dimata kamu ada kotoran deh" kekeh Rafa berbohong.

"A–aku harus ke kamar mandi" Dengan cepat Ellena beranjak dari duduknya, tapi Rafa menahannya.

"Aku hanya berbohong" dengan wajah tanpa dosa Rafa cengengesan.

"Rafaa!" Ingin sekali Ellena berteriak dan mencakar wajah Rafa yang menyebalkan itu. Tapi apa daya ini tempat umum bisa malu ia nanti.

*****

E L L E N AWhere stories live. Discover now