2. Kenyataan

1.7K 258 97
                                    

"Hubungan yang diawali dengan penghianatan, akan berakhir dengan penghianatan pula"

*****
"Aku berpacaran dengan nya, puas kamu!!"

Ellena terkejut bukan main. Ia berusaha untuk tidak percaya atas apa yang ia dengar.

"Sejak kapan?" Tanya Ellena mengalihkan pandangannya ke depan. Ia tidak kuasa untuk menatap mata pria disamping nya ini.

"El" Evan ingin meraih tangan Ellena namun Ellena dengan segera menepisnya.

"Sejak kapan?" Ellena kembali mengulangi pertanyaan nya yang belum sempat terjawab.

Evan menghela nafas kasar sebelum akhirnya memilih untuk menjawab "Satu bulan yang lalu"

Dan pada akhirnya Ellena menjatuhkan setitik air mata nya yang sempat ia tahan. Ia hanya salah satu diantara perempuan perempuan lemah diluaran sana.

"Kenapa? Kenapa harus dia? Dan kenapa ngga dari dulu kamu lakuin semua ini? Harus banget ya sekarang, setelah semua persiapan pernikahan udah beres kamu baru bilang" masih banyak lagi kenapa kenapa lainnya yang ingin Ellena lontarkan.

"Maaf, aku ngga bermaksud buat khianatin kamu, El. Semua ini terjadi gitu aja" ujar Evan dengan tatapan merasa bersalah.

"Gitu aja gimana? Semua ga bakal terjadi kalo kamu sendiri yang ngga ngejalanin" Ellena tidak habis pikir dengan jalan pikiran pria disamping nya ini.

"Untuk ini aku minta maaf El. Aku mencintai nya, dan aku berencana untuk menikahi nya karena dia tengah hamil"

Bak disambar petir hati Ellena hancur berlebur lebur mendengar lontaran demi lontaran yang terdengar dari mulut pria yang notabe nya calon suaminya.

"H-hamil? Anakmu?"

"Iya"

Ellena terkejut bukan main, ia menatap nanar jalanan didepan nya. Pernyataan hari ini yang Evan lontarkan sangat berpengaruh besar untuk kedepannya.

Lalu bagaimana dengan dirinya? Sedangkan ada wanita lain yang tengah mengandung anak dari nya.

Ellena menutup wajahnya dengan kedua tangannya untuk meredam tangis nya. Takdir macam apa yang menimpanya kali ini.

"Evan" panggil Ellena setelah terdiam cukup lama, ia mendongakkan kepalanya agar air mata nya tetap menggenang.

"Apa gunanya semua persiapan pernikahan ini? Sedangkan kamu berani menghamili anak orang.
Kamu ga lebih dari orang munafik yang melanggar aturan Tuhan" tunjuk Ellena pada Evan yang hanya menatap nya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Pria brengsek!!"

Plak

Bukan, bukan Ellena yang menampar. Melainkan pria bajingan disamping nya yang kini menatap nya dengan tatapan yang berusaha menahan emosi.

"Jaga ucapan mu Ellena! Kamu tau aku benci dimaki"

Ellena diam memegang pipi nya yang terasa perih. Baru kali ini Evan bermain tangan kepada nya.

"Mau nampar lagi? Silahkan aku siap jadi samsak buat kamu jadiin luapan emosi" ucap Ellena pelan. Ia tidak cukup untuk menahan tangisnya.

"Harusnya aku yang marah disini, kenapa jadi kamu yang seolah olah merasa tersakiti?" Kata Ellena menatap Evan.

"Aku yang sakit disini, sadar ngga?Ucapan ucapan kamu tadi berhasil buat aku sadar kalo pernikahan ini seharusnya ngga ada, dan yang duduk disini seharusnya bukan aku melainkan dia yang kamu hamili" Ucap Ellena dengan menekan kata terakhir berhasil membuat Evan sadar akan ucapan dan tindakannya yang keterlaluan.

"Sadar ngga apa yang kamu perbuat sama dia? Kamu merusak masa depan nya, kamu merusak citra janin yang seharusnya hadir disaat waktu yang tepat, dan kamu berhasil merusak kepercayaan yang selama ini aku bangun buat kamu"

"Maaf El"

"Terlambat, karena semua ini udah terjadi, dan ga bakal kembali seperti semula"

Tangan Ellena beralih mengotak atik ponsel yang entah sejak kapan sudah berada digenggaman nya.

"Hallo"

"Hallo nona"

"Batalin semua persiapan pernikahan sekarang juga"

"Ta-"

Tut

Ellena sudah lebih dulu mematikan sambungan teleponnya, lalu tatapan nya beralih pada Evan yang tampak terkejut.

"Ellena gimana bis-" sebelum Evan melanjutkan ucapannya Ellena sudah kembali memotongnya.

"Mau kamu setuju atau ngga, pernikahan ini batal. Dan kita ga akan terjalin hubungan apa apa lagi, jadi kamu bebas mau lakuin hal apapun sama dia" ucapan Ellena barusan mampu meruntuhkan ego pria disampingnya.

Hal ini yang Evan takutkan selama ini. Semua ini terjadi atas kehendak nya, dan siap tidak siap ia harus kehilangan wanita disampingnya. Wanita hebat yang sayang nya ia sakiti karena suatu hal diluar dugaan.

"El"

"Aku turun disini. Kayanya Sofia masih ada di kafe tadi, kamu bisa jemput dia sekarang. Kasih tau kalo kamu mau nikahin dia, dia pasti bakal seneng banget kan. Jaga janin kalian, kalo udah lahir kabarin, aku pasti datang"

"Ellena"

"Maaf tapi jujur, aku membenci tindakan mu Evan Anderson"

*****
Tinggalkan jejakk okeee

E L L E N AWhere stories live. Discover now