10. Demam

820 165 13
                                    

"Bukan ikatan yang menghasilkan kedekatan tetapi kedekatan lah yang menghasilkan sebuah ikatan"

*****
"Evann!!!" teriak Ellena membanting pas yang berada disamping sofa.

"Ell tenang ya nak. Kenapa dengan surat ini hem?" Tanya Mery segera memeluk Ellena dan mengambil kertas yang berada digenggaman Ellena kemudian membacanya.

"Ngga ma, Evan ga mungkin ninggalin Ellen gini aja. Ga bisa semua ini ga bener" Lirih Ellena yang masih menangis sesenggukan di dalam dekapan Mery.

"Keterlaluan! Akan aku buat kau menderita jalang sialan" Gumam Mery mengepalkan tangannya. Ia masih tidak percaya putra nya melakukan ini semua.

"Ellena" panggil Mery lembut menepuk pelan punggung Ellena yang sudah berhenti menangis.

"Ell Ellena. Ya ampun Ellenaaaa!" Pekik Mery ketika mendapati Ellena yang sudah tak sadarkan diri dengan keadaan badan yang cukup panas.

Dengan segera Mery sekuat tenaga membaringkan Ellena disofa dan menelpon dokter serta keluarga Ellena.

"Bagaimana bisa takdir mu seperti ini El. Mama ngga tega melihat mu disakiti. Mama juga seorang wanita, tentu mama tau rasa sakit yang kamu rasakan" Ucap Mery mengecup kening Ellena dan mengambil kompresan.

Tidak lama kemudian pintu apartemen terbuka dan disana terdapat beberapa orang yang ternyata Albert dan Della orangtua Ellena. Disana juga terdapat Johan suaminya Mery dan Stela adiknya Evan. Lengkap pokok nya.

"Mery. Apa yang terjadi dengan Ellena? Apa dia baik baik saja?" Tanya Della khawatir melihat Ellena yang digendong oleh Albert menuju kamar. Mereka pun mengikuti nya.

Tidak lama bel kembali berbunyi dan Stela yang membukanya.

"Kak Rafa" Stela tersenyum dan memeluk pria yang sudah dianggap sebagai kakak nya sendiri.

"Stela. Siapa yang sakit? Dan kenapa di apartemen kenapa ngga di rumah mewah mu itu" Goda Pria tadi.

"Jangan banyak bicara dulu kak, ayo cepat periksa kakak ipar" Gusur Stela mendorong punggung pria tadi.

"Permisi dan Selamat siang. Bisa kalian menunggu diluar. Saya akan memeriksa nya" Ucap pria tadi yang seorang dokter. Ia sempat terkejut melihat wanita yang sedang terbaring dikasur tapi ia kembali menormalkan ekspresi terkejut nya.

"Cepat periksa dia Raf. Om percaya sama kamu" Ucap Johan menepuk pundak Pria yang disebut Rafa yang ternyata pria yang tadi sempat makan bersama Ellena.

Semua orang keluar dari ruangan meninggalkan Rafa yang sedang memeriksa Ellena.

Setelah memeriksa Ellena ia duduk disamping wanita itu dan mengelus kepala nya pelan

"Kenapa bisa jadi gini, El Matamu juga sembab apa pria itu kembali menyakitimu lagi. Aku akan menghabisi nya dengan tanganku sendiri" Gumam Rafa mengepalkan tangannya dan keluar dari ruangan.

"Bagaimana keadaannya nak Rafa?" Tanya Della

"Nona Ellena hanya demam biasa nyonya. Saya akan memberikan resep obatnya" Ucap Rafa tersenyum dan memberikan kantong plastik yang didalamnya terdapat obat obatan.

"Terimakasih nak Rafa dan panggil saya tante Della aja" Ucap Della tersenyum

"Kamu tau Ellena darimana?" Tanya Albert dingin. Pasalnya dari mana pria asing itu tau nama Ellena. Semenjak tadi kan ngga ada yang nyebutin nama Ellena.

"Kebetulan saya temannya Ellena om" jawab Rafa.

"Baiklah kamu boleh pergi" Ucap Albert.

"Sifat dinginmu ternyata ngga hilang hilang ya Al. Dia itu seorang dokter yang biasa menangani Mery, kamu jangan terlalu dingin padanya dia seperti putraku sendiri. Oh ya ngomong-ngomong dimana putraku Evan" Tanya Johan bingung.

Pasalnya dia tidak menemukan keberadaan Evan di apartemen ini. Biasanya jika Ellena lecet secuil pun Evan akan selalu disampingnya dan bersikap berlebihan. Lalu ini? Kemana dia

" Teryata sifat dinginnya Ellena menuruni sifatnya om Albert" batin Rafa tersenyum kecil

*****

E L L E N ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang