17. Debat Siang

651 116 12
                                    

*****
"Kenapa?" Tanya Rafa heran.

"Ngga" ucap Ellena mengalihkan pandangannya.

"Aku tau semua yang telah terjadi pasti sulit untukmu El. Tapi dengan kamu yang terus bersabar pasti Tuhan akan memudahkan segala urusan kamu" Ucap Rafa tersenyum mengacak-acak rambut panjang Ellena.

"Makasih Rafa. Meski kamu menyebalkan tapi kamu mengerti dengan keadaan yang terjadi saat ini" Ucap Ellena tersenyum.

"Bukan Rafa namanya kalo ga peka dengan keadaan" Ucap Rafa, begitu terlihat sombong tapi tidak mengurangi ketampanan nya.

"Aku jadi menyesal telah mengatakan hal tadi" gumam Ellena.

"Aku mendengarnya sayangg" Ucap Rafa tersenyum menyebalkan.

"Sayang sayang pala kau"

Keesokan harinya.

Perlahan mata Ellena terbuka dan melihat Rafa yang sedang menatapnya.

"La–lagi ngapain disini?" tanya Ellena terkejut.

"Menjagamu" jawab Rafa seadanya.

"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kamu pergilah" usir Ellena.

"Ini rumah sakit milik ku. Tentu aku berhak berada dimana pun termasuk diruangan mu" Ucap Rafa.

"Sombong bangett"

"Kamu juga bawel siang siang udah ngajak debat" Ucap Rafa.

"Apaaa! Siang kamu bilang?" Teriak Ellena. Kemudian ia menatap jam dinding.

"Aku kesiangan! Gimana ini? dan gimana dengan perusahaan aku" Panik Ellena yang ingin beranjak dari kasur tapi Rafa menahannya.

"Mau kemana hem?" Tanya Rafa memegang tangan Ellena.

"Mengerjakan semua pekerjaan yang sudah menumpuk di atas meja kerjaku" Jawab Ellena.

"Kamu itu belum pulih. Cepat berbaring lagii. Lagian soal perusahaan, papa kamu yang sementara menghandle semua pekerjaan kamu" Ucap Rafa membantu Ellena untuk berbaring kembali.

Yaa bisa dibilang Ellena itu bergelar double. Ia seorang detektif ia juga seorang Direktur diperusahaan pusat yang diberikan oleh papa nya, yang sekarang sudah diatas nama kan Ellena sendiri.

Direktur itu pekerjaan utama sedangkan menjadi seorang detektif ia mengesampingkannya. Ia tentu ingat pesan kakek nya 'Rawatlah perusahan ini. Karena ini warisan buyut mu' Beliau memberikan perusahaan ini untuk mu agar kau selalu mengenang mereka.

Tentu Ellena yang mendengar pesan kakek nya itu mematuhi nya. Mau bagaimana pun buyut nya adalah orang yang sangat ia sayangi, ia tidak ingin mengecewakan permintaannya.

"Aku ga mau ngerepotin papa" Ucap Ellena.

"Duduklah dan makan ini" ucap Rafa menyodorkan piring yang berisi makanan bergizi.

"Aku mau sikat gigi dan cuci muka dulu" Ucap Ellena turun dari brangkar.

"Aku akan mengantarmu"

"Ehh ngga ngga. Kamu disini, aku akan pergi sendiri ke kamar mandi" Ucap Ellena.

"Kamu masih sakit Ellena" Tegas Rafa.

"Yang sakit perut aku bukan kaki" Ucap Ellena.

Dan seketika Rafa menggendong Ellena dengan botol berisi cairan infus ditangan Ellena.

"Bawell" ketus Rafa.

"Rafaa! Cepat turunkan aku" Ellena memberontak dari gendongan Rafa.

Tapi Rafa tidak mematuhi perintah Ellena. Sesampainya dikamar mandi ia menurunkan Ellena dengan sangat hati-hati.

"Aku akan menunggu diluar. Kalo kamu membutuhkan sesuatu panggil aku" Ucap Rafa keluar dari kamar mandi dan tidak lupa menutup pintunya.

"Amannn" Gumam Ellena mengusap ngusap dadanya.

*****

E L L E N AWhere stories live. Discover now