40. Koma

428 31 29
                                    

*****
Masih dilokasi tempat keduanya terbaring lemah.

Ini hutan sudah pasti sepi, hanya ada suara burung dan daun serta ranting yang bersautan di tiup oleh angin.

Evan? Entah kemana dia. Dia diperintah untuk memanggil polisi tetapi sampai saat ini tidak ada kemunculan mereka.

Tidak lama kemudian suara ranting yang diinjak oleh banyak orang terdengar cukup dekat.

"Itu merekaa" teriak Evan menunjuk Ellena dan Rafa.

"Cepat angkat mereka dan segera bawa ke rumah sakit terdekat" perintah polisi yang datang bersama Evan.

"Ellenaa! Rafaaa! Kalian bertahanlah" ucap Evan melihat keduanya pingsan karena kehabisan darah.

*****
Di suatu ruangan ber cat putih terdapat seorang wanita terbaring lemah dengan jarum infus yang menempel ditangannya.

Perlahan ia membuka matanya. Semuanya tampak silau, entah berapa lama ia terbaring dikasur rumah sakit ini.

Memorinya berputar mengingat kejadian dimana ia dan Rafa jatuh bersamaan kedalam jurang kemudian di tembak oleh dua orang misterius.

"R–rafaa" lirih Ellena.

"Ellenaaa syukurlah kau sudah sadar. Dokterrr" ucap Della memeluk Ellena.

Dengan cekatan dokter bergender pria itu memeriksa keadaan Ellena
"Nona Ellena baik-baik saja. Perbanyak istirahat, sementara jangan meminum minuman yang dingin dan memakan makanan yang pedas dulu ya nona. Jaga pola makan anda untuk kesehatan jantung anda yang sempat darurat" ucap dokter lalu ia pamit untuk undur diri.

"Kamu udah merasa baikan El?" Tanya Della.

Ellena mengangguk "Berapa lama aku disini ma?"

"3 hari sayang. Kamu sempat kritis dan untungnya kamu sadar sesuai perkiraan dokter tadi" ucap Della mengusap kepala Ellena.

"Dimana Rafa?" Tanya Ellena.

"Rafaaa diaa– sebaiknya kamu istirahat dulu sayang. Kamu belum pulih sepenuhnya. Mau makan?" Ucap Della mengalihkan pembicaraan.

"Rafa kenapa ma?" Tanya Ellena tampak khawatir dilihat dari raut wajahnya.

Semua orang terlihat bimbang untuk menjawab pertanyaan Ellena.

Mereka khawatir kesehatan Ellena akan menurun setelah mendengar kabar ini.

"Kenapa kalian diem aja? Dimana Rafaa jawab aku" ucap Ellena tampak ketakutan. Ia takut apa yang ia pikirkan sama dengan kenyataan.

"Papa akan mengantarmu pada Rafa. Dengan syarat kamu harus makan terlebih dahulu" ucap Albert.

Ellena mengangguk
Setelah setelah semuanya selesai
Mereka mengantar Ellena menuju ruang rawat Rafa.

Ruangan ini tampak sepi, hanya ada suara layar monitor detak jantung Rafa.

"R–rafaa" gumam Ellena berjalan perlahan kearah Rafa yang terbaring dengan selang oksigen yang menutupi sebagian wajahnya.

"Dia koma karena peluru yang ditembak orang itu mengenai sedikit jantungnya. Terdapat banyak luka jahitan dipunggungnya karena serpihan kaca yang mengenainya cukup dalam. Ia sempat kekurangan darah dan darah yang ia miliki sedang kosong dirumah sakit ini. Beruntung papa menemukan seseorang yang darahnya cocok dengan Rafa sebagai ganti karena dia telah mengorbankan nyawanya demi putri papa satu satunya" ucap Albert memeluk Ellena sayang.

"Di–dia koma pa?" Ucap Ellena terbata. Papanya mengangguk.

"Papa yakin dengan keberadaan wanita yang dicintainya yaitu kamu ia akan cepat sadar dari alam bawah sadarnya" ucap Albert

"Bunda juga yakin El. Rafa akan cepat sadar bila kamu terus menyemangati nya" ucap bunda nya Rafa yang datang dari arah pintu bersama suaminya.

"Bagaimana keadaanmu? Sudah mendingan?" Tanya bunda menghampiri Ellena dan memeluknya.

"Sudah bund. Ellena minta maaf, karena Ellena Rafa jadi koma seperti ini" ucap Ellena.

"Ini bukan salah kamu sayang. Jadi kamu tidak perlu minta maaf. Ini takdir cara Tuhan untuk menyatukan kalian" ucap bunda.

Ellena tersenyum lalu ia membisikan sesuatu pada Rafa
"Rafa cepat sadar ya. Kamu tau aku baru sadar kalo cinta kamu tulus. Dari pengorbanan kamu menyelamatkan nyawa aku, dari sini aku percaya kalo kamu tulus. And aku sekarang sadar kalo aku sayang sama kamu"

*****

E L L E N AWhere stories live. Discover now