Yaa.......ini bukan sembarangan operasi tapi operasi besar yang sangat mempertaruhkan nyawa seorang ibu karena ada banyak efek samping dari tindakan ini.

Mungkin bagi beberapa wanita senang memilih cara melahirkan dengan Caesar karena dianggap tidak terasa sakit dan tidak perlu lelah mengejan, tapi sayangnya rasa sakit itu muncul setelah obat anastesi menghilang dan tidak akan selesai nyeri itu terasa sampai maksimal 2 tahun pasca operasi. Bagiku ini lebih menakutkan dibandingkan kontraksi melahirkan normal.

Bagian perutmu disayat satu per satu, mulai dari kulit teratas, lalu lapisan lemak, otot perut, selaput dinding rongga perut dan otot rahim sekitar 15 sampai 20 cm panjangnya. Setelah luka terbuka, perawat siap dengan alat suction yang akan menyedot air ketuban dan darah yang keluar dari rahim. Lalu dokter merobek perlahan lapisan selaput ketuban dibarengi dengan menyedot cairan ketuban, kemudian menarik kepala bayi perlahan. Kadang jika bayi dengan bobot besar, perawat yang lain mendorong perut ibu dari atas agar dokter bisa mengangkat bayi keluar dari rahim ibu. Setelah itu, mulut dan hidung bayi dibersihkan, lalu terdengarlah suara tangisan bayi.

"Waaaah, benar dugaan saya. Ketubannya sudah menghijau, Bu. Tapi syukur bayi ibu tidak menelannya. Selamat yaa Bu, bayinya laki-laki tampan sekali." ucap dokter dengan bahagia.

"Alhamdulillah," lirihku dan air mataku mulai menetes. Rasanya obat-obatan yang sudah masuk membuatku nge-fly dan ingin tidur sejenak. Tapi, dokter anastesi mencegahku.

"Oh ya, Bu Mia dulu perawat di OK juga yaa kata mas Uni?"

"Iyaa dokter, dulu waktu masih gadis."

"Kenapa tidak bekerja lagi?"

"Gak apa-apa dokter, saya senang di rumah menemani suami di asrama."

"Oh begitu. Di asrama mana tinggalnya, Bu?"

"Di Batalyon 754 deketnya Kuala Kencana,"

"Waaaah lumayan jauh yaa kalo dari sini. Naaah ini bayinya ibu yaa, ganteng banget. Selamat yaa Buu," seorang perawat mendekatkan bayiku ke samping wajahku hingga aku bisa mencium hidungnya yang mancung.

"Terimakasih dokter, tapi apa saya boleh tidur sekarang?"

"Oh iyaa, Bu. Silahkan. Sekarang lagi proses menjahit kok, sudah hampir selesai."

Setelah bayi dikeluarkan, tugas dokter dan tim masih berat yaitu membersihkan sisa plasenta dan darah serta memastikan luka bersih dan siap untuk dijahit. Tidak jarang beberapa dokter obgin mengeluarkan rahim dari perut ibu dan membersihkannya lalu mengembalikan ke posisi semula dan dijahit dengan rapi.

Berapa lapis jahitan yang dokter buat?
Tentu saja ada 5 lapis sesuai dengan bagian tubuh yang disayat tadi. Bahkan dulu saat aku menjadi tim operasi sudah merasakan ngilu dengan luka sebanyak itu, dan sekarang aku merasakannya sendiri.

Selesai proses menjahit, lalu mereka membersihkan perutku dan area sekitarnya. Lalu menata kembali kateter dan urin bag yang dipasang setelah injeksi anastesi. Dan memindahkanku pada brankar lalu mendorongku ke ruang recovery untuk pemulihan kesadaran.

Diluar ruang operasi, mas Aji dan mama menunggu dengan cemas. Setelah kurang lebih satu jam lamanya, seorang bidan membawa kereta bayi keluar dari ruangan.

"Permisi.... Yang mana suami dari bu Mia?" tanyanya.

"Iya, saya." mas Aji berdiri menghampirinya.

"Ini bayinya, pak. Mari ikut saya."

"Alhamdulillah, maa...aku ke ruang bayi dulu yaa,"

"MasyaAllah cucu mama, iyaa mas... Biar mama yang nungguin Mia," jawab mama sangat bahagia melihat bayi itu di dalam kereta.

Sampai di ruang bayi.

"Silahkan digendong, lalu diadzankan yaa pak."

"Terimakasih, mbak sus."

Ia menatap bayi mungil itu lekat-lekat dan tak terasa air matanya menetes. Buah cinta kami selama 2 tahun akhirnya terlahir juga. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, rambutnya lurus hitam lebat, bobotnya 3700 gram, lumayan besar untuk kelahiran pertama.

Bismillahirrahmanirrahim...
Allahu akbar.... Allahu akbar...
Allahu akbar.... Allahu akbar...
Ashadu'alla ilaaha illallaah 2x
Ashadu anna Muhammadar Rasulullah 2x
Hayya 'alassholaah 2x
Hayya 'alal falaah 2x
Allahu akbar.... Allahu akbar...
Laailaaha illallaah...

Mas Aji segera menciumnya setelah selesai mengadzankannya. Ia pun sangat bersyukur atas pencapaiannya saat ini, menjadi seorang ayah adalah penghargaan tertinggi bagi seorang pria yang sudah menikah.

Lalu, di ruang recovery.

"Mia, pindah ke kamar yaa!?" sapa Uni membangunkanku yang masih setengah sadar.

"Uniii..... Jilbab.... Manaaa?"

"Ini sudah dipasangkan menutup kepalamu. Nanti bisa kamu pakai lagi di kamar yaa." Lalu Uni dan temannya membawaku ke kamar pasien.

To be continued

~****~


Assalamu'alaikum
Happy weekend readers!

Hmmm selesai baca jangan meringis sendiri yaa, hehe... Ditunggu komentar & votenya lho!?

Makasih yaa buat kalian yang masih setia menanti ujung cerita ini...

Salam hangat❤

Catatan Hati Seorang Istri PrajuritWhere stories live. Discover now