L I M A P U L U H

1.4K 95 6
                                    

📌VOTE + FOLLOW DAN SHARE CERITA INI📌

•••

HAPPY READING

•••

“Ga? Ban mobil aku kempes, nebeng ya, ya, ya?” Marissa bergelut manja di lengan Rega menuju parkiran. Sejak keluar dari kelas ia mengekori pria itu.

“Ga? Aku nebeng, masa iya aku jalan kaki? Gak kasihan lihat kaki cantik aku lecet? Terus kalau aku di godain sama abang-abang cilok gimana!?”

Rega yang merasa terganggu pun langsung melepaskan cekalan tangan gadis itu.

“Pulang sama gue aja, Mar, kosong dari dua tahun yang lalu.” kata Erik saat melihat Rega mengepalkan tangannya.

Kegilaan seperti ini yang membuat Rega mengeram kesal. Menghembuskan nafasnya, Rega menduduk karena tubuh Rega lebih tinggi dari gadis itu.

Senyum Marissa mengembang sempurna saat Rega menadahkan tangannya. Sigap, Marissa menyambutnya secara diam-diam.

“Mana kunci mobil lo?”

“Huh?” Marissa mendengus, menyerahkan kunci mobil sport miliknya pada Rega. Mengikuti pria itu sampai ke depan gerbang.

“Motor kamu?”

Rega menghadang sebuah taxi, membuka pintu kemudian mendorong tubuh Marissa ke dalam meski Marissa memberontak.

“Aku kan mau pulang sama kamu, Ga? Kamu kan ga tau alamat Apartemen aku!” pekik Marissa saat wajahnya mencium kursi penumpang. Rega menutup pintu mobil.

“Pulang ke rumah gue aja, setelah itu lo bisa minta antar ke supir pribadi gue.” setelah mengatakan itu, Rega pergi begitu saja.

Rega kembali ke parkiran bertemu teman-temannya yang sudah menunggu. Melempar kunci motor miliknya pada Geo.

“Kenapa?” tanya Geo bingung.

“Nanti gue nyusul,” ujar Rega menuju mobil milik Marissa. Membawanya melaju di jalan raya, bagaimana ban mobil tersebut bisa kempes? Marissa sendiri pelakunya. Berbagai cara Marissa lakukan agar bisa pulang bersamanya.

•••

+62877198++++++ :
Datang ke sini atau teman lo mati?!
Read✓✓

Rega membaca pesan tersebut, sebelum itu ia mengisi angin terlebih dahulu di sebuah bengkel pinggir jalan.

Perjalanan Rega berlanjut menuju sebuah gedung kosong belakang SMA kencana. Menendang pintunya hingga orang yang berada di sana menatap siapa pelaku tersebut. Ada sekitar sepuluh orang yang duduk disana, sebagai target yang berhasil membawa Rega kemari sedang duduk di sebuah kursi dalam kondisi tubuh terikat. Wajahnya sebagian mulai membiru di sudut mata.

“Lepasin dia.”

Alendra berdiri membawa sebuah stik golf itu berjalan mendekati Rega.

“Urusan lo sama gue.” Rega ikut melangkah maju tanpa rasa takut meski ia sendirian. “Lo apain teman gue?”

“Main-main doang, karena dia mainin gue.” mengetuk sepatu Rega menggunakan stik golf. “Dia berusaha nipu gue, Ga. Bukannya lo gak suka orang pembohong? Kenapa ada makhluk seperti dia yang jadi teman lo?”

Rega beralih menatap Damian meminta sebuah penjelasan. “Sorry, Ga.” mendengar itu Rega mengatupkan rahangnya. Matanya terpejam sebentar kemudian menatap Alendra.

“Lo udah lakuin hal yang sepadan, sekarang lepasin dia.”

“Barang gue gak ada, anjing!”

Rega menabrak bahu Alendra menghampiri Damian. “Damian akan antar barang haram lo nanti malam. Sampai dia bohong, lo boleh bunuh dia.” melepaskan semua tali yang melilit tubuh Damian. Rega membantunya berdiri.

“Okey,” Alendra mengangguk. “Kalau dia gak antar barang itu, gue minta yang lain aja.” Alendra mengigit bibir bawahnya. “Gue mau Lauren.”

Langkah kaki Rega terhenti. Ia berbalik. “Jangan pernah lo sangkut pautin cewek gue dengan masalah ini, dia gak ada hubungannya sama hal ini. Kalo lo sampai libatkan dia dalam masalah ini, gue gak akan segan-segan buat lapor ke polisi.”

•••

“Gue gak habis pikir sama lo, Dam! Bisa-bisanya lo jadi pengedar barang haram.” sarkas Ali pada Damian.

Erik menyikut Ali karena ucapan pria itu bisa saja akan memancing keributan. “Udah, Li!”

“Gue gak habis pikir aja, kenapa dia bisa bertindak sendiri tanpa adanya ngomong sama kita.” sahut Chandra.

“Ngomong sama lo? Yang ada sepupu lo dalam bahaya, sialan!” Damian menarik kerah baju Chandra.

“Tahan bro, lo gak bisa meluapkan emosi lo.” kata Chandra sambil melepaskan cengkraman tangan Damian.

“Gue gak ngerti lagi sama si Ale-ale, mau dia apa sih?” tanya Abi sambil melipat kedua tangannya.

Rega hanya bungkam seribu bahasa tanpa mendengarkan ocehan tidak penting dari para sahabatnya itu. “Lo juga, Ga, kenapa lo diam aja?” tanya Chandra sarkas. Ia semakin merasa kesal saat melihat Rega yang terlihat frustasi.

Rega menyambak rambutnya dan mendudukkan dirinya dengan kasar. Ia mengambil botol wine dan meneguk isinya dengan cepat.

“Udah, bro. Udah terlanjur juga, menurut gue, si Ale-ale cuma mau mancing kita apalagi lo, Ga, dia tau kalau kelemahan lo itu Aure. Dengan status dia yang sebagai mantan pacar, itu semakin mudah dia menjatuhkan lo.”

Chandra tersenyum menang saat ucapan Abi bisa membuat Rega semakin bungkam.

“Kadang cinta sama goblok itu beda tipis,” tutur Erik sebelum ia beranjak mengambil minum.

BERSAMBUNG...

Hallo, apa kabar semuanya?!

Sehat gak???

Kira ada hubungan apa Damian sama Alendra sampai nyawa Lauren dalam bahaya?

Penasaran? Ikutin ceritanya sampai tamat!

Next?? Spam sebanyak-banyaknya!

REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang