E M P A T S A T U

1.3K 97 24
                                    

HAPPY READING

•••

Rega tersenyum tipis saat melihat Lauren tersenyum bersama ke empat sahabatnya.

“Ayo pulang.”

Lauren menoleh, “Ga, tunggu sebentar ya.” kata Lauren sambil melanjutkan obrolannya bersama ke tiga sahabatnya.

Ya, semenjak ke jadian di kantin tadi, ke tiga sahabatnya, hanya Shela, Nara, Tasya yang penasaran dengan mereka berdua berbeda dengan Vana yang sudah mengetahui dari pacarnya.

Rega berdecak kesal. “Lama,” singkatnya kemudian meninggalkan Lauren.

Lauren terkekeh lalu memaki tas ranselnya, mereka berjalan beringin keluar kelas. Namun saat sampai di luar kelas Lauren merasakan suasana yang sangat panas.

“Lo berdua kalau pacaran jangan di sini,” sinis Abi.

Rega hanya menatap Abi dingin dan acuh, kemudian langsung menarik lembut lengan mungil Lauren. Membawa gadis itu menjauh dari teman-temannya.

“Eh–eh kok main tarik aja sih? Ga, gue ada keperluan sama Chandra.” alibi Lauren, padahal kenyataannya ia malu karena menjadi pusat perhatian.

“Udah di rumah aja, lagian lo berdua tinggal satu rumah.” kata Rega tanpa menghentikan langkahnya.

Lauren berdecak sebal. “Tapi gue ada urusannya sekarang, bukan nanti.” keluhnya.

Rega hanya menoleh tanpa menjawab pernyataan Lauren. Apa gadis itu tidak paham memahami situasi yang ada?

“Ga, pelan-pelan dong jalannya!” dengus Lauren yang sedang berusaha menyamai langkahnya.

Pria ini berhenti dan berbalik, ia kembali menggenggam tangan mungil Lauren dengan lengannya.

“Makanya kalau di kasih tahu itu jangan keras kepala.”

Mata Lauren tak berhentinya menatap lengannya. Lengan Lauren di genggam oleh Rega. Sadar atau tidak pipinya sudah memerah sekarang.

Ia tidak bisa menutupi ke gugupan dan rasa malunya karena menjadi pusat perhatian siswa-siswi yang lalu lalang. Tapi ia juga tidak bisa berkilah kalau dirinya senang mendapatkan perlakuan seperti ini.

“Maaf ya, gue pakai motor bukan mobil.” ujar Rega saat sudah sampai di parkiran.

Pria itu mengambil Hoodie hitam dari dalam tasnya dan memberikannya pada Lauren.

“Kan emang biasanya pakai motor,” Rega hanya menyengir seperti kuda.

“Santai aja kali, Ga. Lagian juga gue nyaman kok,”

Rega menoleh. “Nyaman sama gue?”

“Huum—I mean nyaman sama motor lo, hah–iya motor.” balas Lauren gelagapan.

Sial, padahal itu hanya sebuah pertanyaan tapi membuat membuatnya terlihat seperti orang bodoh. Batin Lauren menggerutu kesal, menggerutui kebodohannya.

Rega tersenyum kecil, “Gemes banget.”

Dia melirik Lauren yang masih belum naik ke atas motor. “Mau sampai kapan gue nunggu lo berdiri di situ?”

“Apa?” Lauren cengo lalu menepuk jidatnya. Ia tersenyum bodoh lalu menaiki motor Rega dengan bantuan lengan dari pria itu.

Selama perjalanan keduanya hanya diam. Rega tidak mengendarai motornya seperti biasa, dia sengaja melambatkan laju motornya agar ia bisa berlama-lama merasakan lingkaran tangan yang hangat di perutnya.

“Mau langsung pulang?” tanya Rega sedikit teriak.

Merasa orang yang di depannya sedang berbicara padanya, Lauren menopangkan dagu pada pundak tegap milik Rega.

“Apa?”

“Gak jadi,” tukas Rega. Pria itu berharap Lauren segera menjauhkan wajahnya. Karena hal itu sudah mengganggu kinerja jantungnya.

“Yeah, dasar!” dengus Lauren. Rega tersenyum kecil di balik kaca helmnya saat melihat raut wajah Lauren dari spion. Sangat menggemaskan.

Motor itu berhenti di depan kediaman Lauren, gadis itu langsung turun dan melepaskan ikatan Hoodie milik Rega dari pinggangnya.

“Thank's ya!” seru Lauren tulus dengan senyum manisnya.

Rega mengangguk, setelah mendapatkan hoodienya dia tidak langsung melajukan motornya seperti biasanya. Pria itu masih setia memandangi Lauren dengan tatapan yang sulit di artikan.

“Mau masuk dulu gak?” tawar Lauren sambil menunjuk rumahnya.

“Enggak.” pria itu menggeleng.

“Jangan lupa belajar, hari senin kita ujian.” sambung Rega.

Lauren tertawa kecil. “Gak kebalik ini? Harusnya gue yang ngomong gitu sama lo.”

Rega berdecak dan merotasikan matanya. “Gue pintar dari lahir,” sombongnya.

“Pinter bolos ya kan?” keduanya tertawa.

“Kalau nilai gue lebih bagus dari pada nilai lo?” tanya Rega tiba-tiba. Pria menyilangkan lengannya di dada.

Lauren menekuk kedua alisnya. “Enak aja, nilai gue juga bagus.” ujar gadis itu.

Rega mengangkat satu alisnya. “Oh, ya?”

“Iya, lo gak percaya? Kita lihat aja nanti hasil ujian kita.”

“Oke,” singkat Rega.

“Gue balik dulu,” sambung Rega dia sudah menyalakan mesin motornya.

Lauren mengernyitkan dahinya saat pria itu tak juga melakukan motornya. “Katanya mau pulang, kenapa masih diam?”

“Lo masuk dulu, baru gue pulang.”

Mendengar itu sontak Lauren tersenyum lebar, dirinya tidak bisa mengontrol diri saat berhadapan dengan Rega. Dia mengangguk dan melambaikan tangannya pada Rega.

Setelah masuk ke halaman rumah, barulah ia mendengar suara deru motor, pertanda pria itu sudah pergi dari sini.

Lauren berbalik dan tersenyum. “OH MY GOD, ITU ANAK KESAMBET APAAN!?”

setelah itu ia berlari kedalam rumahnya lengkap dengan perasaan yang sangat senang, hatinya hari ini sangat berbunga-bunga.

Bersambung...

Absen dulu, yuk! Kalian dari kota atau negara mana aja?

Next? Spam ya!

See you!

REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang