E M P A T- E M P A T

1.1K 81 0
                                    

🕊️HAPPY READING🕊️

•••

Pagi ini Lauren sudah sampai di sekolah. Lauren langsung menuju Mading untuk melihat di ruang mana ia akan melaksanakan ujian akhir semester. Ya, hari ini adalah pertama dilaksanakannya ujian akhir semester.

Tadi malam ia sudah belajar dengan cukup, berhubung yang pertama adalah pelajaran bahasa Indonesia, jadi ia tidak perlu belajar keras seperti mempelajari ilmu matematika.

Lauren menunjuk dan mencari namanya. Dan jarinya berhenti saat ia sudah menemukan nama Lauren Scarletta Lostrep, dirinya ternyata akan ujian di ruang 9.

“WOYY!”

Lauren terperanjat oleh tepukan tiba-tiba di pundaknya.

“Lo itu ya Chand! Ini masih pagi udah sinting aja lo!” Lauren memukul lengan Chandra. Ya, pria itu yang barusan mengejutkan dirinya.

Chandra hanya terkekeh lalu melihat ke arah Mading yang di ikuti empat sahabanya.

“Yahh pisah coy,” keluh Chandra.

Abi tersenyum menang, “Gue sama si Bos, sama Geo dan cowok-cowok yang lainnya juga, Rezeki anak Sholeh di pagi hari.” tutur Abi sambil menepuk bangga dadanya.

“Halah! Tetap aja lo gak bisa nyontek!” sahut Erik saat melihat tingkah Abi.

“Dih, sok tau! Gue udah persiapin semuanya dengan ganteng,” kata Abi pongah.

Erik berdecih lalu menepuk bokongnya untuk mengejek sahabatnya. Bisa-bisanya dia sekelas sama dua temannya yang pintar-pintar itu, menyebalkan.

“Tapi gak apa-apa deh gue sama Aure, iya gak Re?” Chandra merangkul bahu Lauren.

Lauren hanya berdehem malas menanggapi ucapan Chandra.

Namun serangan gaib dari Rega mampu membuat Chandra bergedik ngeri. Ia tidak mau terkena bahaya di hari pertama ujiannya.

“Gaes kantin yuk!” ajak Chandra pada ke lima sahabatnya untuk pergi dari tempat itu.

“Yok lah, dari pada kita jadi kambing tuli disini,” ujar Abi.

“Congek goblok!” sahut Erik emosi.

“Kita terlalu bagus buat jadi congek, Rik!”

“Berisik!” teriak Geo saat ketiga sahabatnya meributkan hal yang tidak jelas.

Jika Geo sudah berteriak seperti itu artinya pria ini benar-benar terganggu, Ali langsung mendorong ke tiga sahabatnya untuk pergi dari sana, tak lupa pula ia Ali pun mengajak Geo.

“Lo dapat ruang 10?” tanya Lauren saat ke lima pria tersebut menghilang dari pandangannya.

Rega mengangguk. “Walaupun kita beda ruangan dan keyakinan, hati gue tetap buat lo, jadi lo gak perlu takut kehilangan gue.”

Entah dari mana Rega mendapatkan kalimat itu, yang jelas pria itu tersenyum kecil saat mendapati Lauren tersipu malu.

“Widih tumben banget bijak,” ujar Lauren ia pun tertawa saat melihat Rega menatapnya dengan datar.

Rega berdecak kesal, ia memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana abu-abunya.

Kini keduanya berjalan di tengah koridor untuk menuju kelas. Ternyata obrolan mereka berdua sedari tadi tak luput dari tatapan sepasang mata yang sedang memperhatikan mereka secara diam-diam.

“Fuck it!” gumamnya kemudian berlalu pergi dari tempat persembunyiannya.

Rega dan Lauren sudah sampai di depan kelas 12 BAHASA 1. Rega menatap Lauren.
“Omong-omong gue nunggu kekalahan lo Queen,” ujar Rega.

“Kita lihat saja nanti,” kata Lauren sambil melipat tangannya ke atas perut.

“Kalau lo kalah, lo harus turuti permintaan gue.” balas Rega dengan wajah tenang.

Rega menyuruh Lauren masuk lewat gerakan dagunya.

“Gue tunggu kekalahan lo!” ujar Lauren sambil masuk ke dalam kelas yang dipakainya untuk ujian.

Rega hanya tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya pelan.

••

“Hadeh! Kepala gue pusing banget,” keluh Abi.

Pria ini membenarkan posisi duduknya dengan jari tangannya yang mengelus-elus dahinya yang pusing tersebut akibat soal-soal ujian di hari pertama ini.

“Lo kenapa, Bi?” tanya Ali saat melihat Abi seperti orang mabuk.

“Lo tau? Gue pusing njir sama rumus-rumus matematika tadi,” balas Abi. “Lo sih, Geo, gak mau kasih gue contekan.” sambung Abi sambil menoleh ke arah Geo.

Sementara Geo hanya diam saja, dia sedari tadi saat ujian diam seribu bahasa. Pikirannya terus berkelana dalam paket yang ia terima pada malam itu. Entah siapa orang yang telah mengirimnya, jika ia tahu siapa pengirimnya maka ia tak akan segan-segan menghajarnya.

Ali yang melihat Geo diam pun bingung. “Hoy!!!” Ali membuyarkan lamunan Geo.

“Lo kenapa? Gue lihat dari tadi selama ujian lo diam aja,” tanya Abi yang melihat perubahan sikap Geo.

“Ada masalah?” kini Erik yang bertanya. Geo hanya menggeleng pelan. “Gue gak apa-apa!” balasnya kemudian pergi meninggalkan kantin.

“Aneh banget tuh es batu,” ujar Abi saat Geo berlalu dari kantin.

Bersambung...

REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang