T I G A L I M A

1.7K 143 17
                                    

🔥HAPPY READING🔥

•••

Lauren terus saja memperhatikan Rega di mana biasanya mereka berdua selalu berbicara saat di perjalanan. Namun kini keduanya saling diam

Lauren sedikit mengerutkan dahi saat motor milik Rega berhenti, Karena Lauren pikir Rega akan melakukan sesuatu Lauren pun masih setia duduk.

“Turun!”

Lauren memukul punggung Rega saat Rega berseru untuk memintanya turun. Rega pun ikut turun dengan helm yang sudah di lepas.

“Kenapa?” Lauren bertanya karena Rega sedang memperhatikan beberapa bagian mesin motornya.

“Mogok.”

“Serius lo? Gaya doang motor mahal.”

Rega memilih untuk diam dan tidak menanggapi ucapan Lauren barusan. Rega memperhatikan sekitar untuk mencari sebuah bengkel.

“Lo telepon Chandra biar dia jemput lo,” ujar Rega setelah menyadari jika disekitarnya tidak ada bengkel.

Lauren diam sejenak seraya memikirkan sesuatu, “Engga deh.”

Rega menoleh, “Lo yakin? Gue mau cari bengkel.”

“Ya udah ayo cari.”

“Gue gak tau dimana bengkelnya, ini panas banget ntar skincare lo luntur.” Rega mulai mencari-cari taksi untuk Lauren.

“Yaudah cepat cari bengkelnya.”

Rega menatap Lauren yang berjalan lebih dulu, karena gadis itu tidak berminat untuk pulang lebih dulu, Rega pun membiarkannya untuk ikut bersamanya mencari sebuah bengkel.

•••

“Aduh dek, saya mau pergi ada urusan, jadi gak sempet ngurus motor.”

Rega menghela nafas lalu melirik Lauren yang sedang duduk di kursi seraya menyeka keringatnya.

Waktu yang mereka butuhkan untuk mencari bengkel cukup lama dan sepertinya mereka sudah tidak sanggup lagi jika harus berjalan kembali.

“Lama gak, pak?”

“Nanti malam saya pulang. Kalo mau motornya taruh aja biar nanti saya urus,”

Rega nampak berpikir sejenak namun tak lama mengangguk. “Ya udah deh, Pak.”

“Taruh aja di dalem.”

Rega mengangguk dan mendorong motornya untuk masuk ke dalam ruko lalu setelah itu menghampiri Lauren.

“Kita pulang naik taksi ya?”

“Telfon teman lo biar kita di jemput sama Chandra atau siapa kek, HP gue mati.” ujar Lauren.

“HP gue juga mati,”

Lauren menghela nafas jengah dengan malas Lauren beranjak dan berjalan ke arah pinggir jalan untuk mencari taksi.

Hampir 30 menit berlalu, Namun mereka tetap saja tidak menemukan taksi yang lewat. Lauren sudah sibuk mengeluh karena kakinya sudah panas dan pegal.

Tanpa minta persetujuan dari Lauren, Rega memberhentikan sebuah angkutan umum yang rute perjalanannya menuju rumah Lauren.

“Cepet lo dulu masuk,” Rega menarik tangan Lauren mau tak mau Lauren pun lebih dulu.

Mereka duduk paling belakang, karena bagian kursi yang kosong berada di paling belakang, Lauren dan Rega pun duduk dengan posisi saling berhadapan. Mereka duduk di kursi yang terpisah.

Rega yang melihat Lauren duduk dengan posisi tidak nyaman karena Lauren duduk bersebelahan dengan seorang pria, Rega bergeser hingga tubuhnya rapat dengan dinding angkutan umum tersebut.

Rega mengulurkan tangannya untuk membantu Lauren pindah karena angkutan umum tersebut sudah jalan.

Lauren bernafas lega karena ia duduk di antara Rega dan juga seorang ibu-ibu. Walaupun sudah merasa lega, namun ada hal lain yang membuatnya gelisah, yaitu panas.

Sadar jika kaca tidak terbuka, Rega pun berusaha membuka dan mendorong dengan sekuat tenaga, Namun hasilnya nihil.

Rega yang melihat wajah, sisi rambut, dan leher Lauren yang sudah bercucuran keringat segera mengambil buku tulis dari tas Lauren.

Rega mengambil buku tulis tersebut untuk di jadikan sebagai kipas agar Lauren dan dirinya juga tidak kepanasan. Lauren pun menoleh saat merasakan hembusan angin yang ternyata berasal dari Rega.

“Iketin,” Lauren memberikan ikat rambut kepada Rega.

Mereka berdua tidak memperdulikan orang sekitar yang sedang memperhatikannya.

“Masih panas?” tanya Rega kembali mengipasi Lauren dengan buku yang ia pegang.

Lauren menggeleng, “Tapi gue haus.”

“Tahan dulu,”

Lauren mengangguk kecil dengan rasa kantuk yang menyelimutinya.

Tangan Rega dengan sigap menahan menahan kepala Lauren yang hampir saja menabrak jendela dimana kedua mata gadis itu sudah terpejam.

Rega menarik kepala Lauren untuk bersandar di bahunya sambil terus mengipasi gadisnya itu walaupun tangannya sudah terasa pegal.

Dan Rega pun tidak peduli dengan orang-orang yang memperhatikannya dari sedari tadi, Rega memilih untuk acuh.

Kepala Rega sedikit tertunduk untuk memperhatikan sedikit wajah Lauren hingga membuat Rega menyunggingkan senyumnya.

Bersambung...

Sejauh ini udah ada yang mikir gimana endingnya? Sad atau happy end?

Tunggu aja KELANJUTANNYA!

Jangan lupa tinggalin jejak dan follow ya!

[sampai jumpa]🔥

REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang