E M P A T T I G A

1K 78 0
                                    

🕊️ HAPPY READING🕊️

•••

Non, ada temennya di bawah.”

Lauren langsung mendudukkan tubuhnya saat mendengar teriakan dari pembantunya.

Gadis itu berlari menuju cermin besar di kamarnya. Setelah memastikan piyamanya terlihat rapi, dan dirinya sudah oke barulah Lauren turun ke bawah.

Pikirannya sudah mengawang-awang soal tamu yang ada di bawah. Namun, pada dasarnya realitas kehidupan selalu menyakitkan karena yang duduk manis di sana adalah...

“Alendra?”

Pupus sudah harapannya. Lauren sudah berharap bahwa Rega yang akan mengunjunginya, senyum yang tadinya merekah kini sudah beralih menjadi segaris.

“Tumben banget lo kesini?” tanyanya sambil mendudukkan dirinya di sebrang Alendra.

Pria itu tersenyum kecil. Entah kenapa pertanyaan dari mantannya barusan seakan menghujam hatinya.

“Gue kangen," pria berhoodie hitam itu terkekeh lalu mensandarkan tubuhnya pada sofa.

Lauren bukannya tidak senang, namun entah mengapa moodnya sedang tidak stabil saat ini. Alhasil gadis ini hanya tersenyum menanggapi ucapan pria itu.

“Gue ganggu ya?”

Lauren mendongkak, “Engga,” lain di mulut lain di hati.

“Lo sengaja datang dari rumah?” tanya Lauren.

Alendra mengangguk, “Gue tiba-tiba kangen sama lo, jadi gue datang.”

“Gue kan memang ngangenin,” PD Lauren, gadis itu memainkan jemarinya tanda tidak nyaman dengan situasi sekarang.

“Persiapan ujian lo besok gimana?"

“Lagi gue persiapin, lo juga besok ujian kan? Tapi kenapa lo keluyuran?” sindir Lauren.

Pria itu tertawa, “Gue malas belajar. Mending juga ngapelin lo kan?”

“Dulu aja otak lo belajar, belajar, belajar mulu, dasar!” cibir Lauren.

“Itu dulu sebelum semuanya berubah.”

Ucapan Alendra barusan mampu membuat Lauren mendongkak, sedikit dengan perasaan bersalah langsung mencuat ke hatinya .

“Sorry, gue gak maksud gitu, gue cuma—,”

“Gue balik dulu deh.” potong pria itu, ia bangkit dan..

“Salamin sama bokap nyokap lo. Sorry, gue udah ganggu lo malam-malam. Selamat belajar.” Alendra tersenyum lalu pergi dari hadapan Lauren dengan emosi yang meletup.

“Sialan!” desis pria itu sebelum melajukan motornya.

Saat motor besar milik Alendra sudah pergi barulah Lauren mengunci pintu rumahnya

“Gak jelas!" Umpat gadis itu.

Lauren tiba-tiba rindu dengan Rega. Tadi ia tidak diantar pulang oleh pria itu karena pria itu pulang bersama dengan Marissa.

Gadis itu berjalan dengan malas menuju kamarnya. Saat sudah sampai ia langsung membaringkan tubuhnya di ranjang dan menatao langit-langit kamarnya, saat ini mood belajarnya sudah hilang.

Ting!

Lauren mengambil ponselnya dengan malas lalu seketika dirinya terperanjat saat mendapatkan notifikasi dari Rega.

Kutub Es ❄️ :
Tidur! Matiin lampu kamar!
Read✓✓

Gadis itu mengernyitkan dahinya. Dari mana Rega tahu kalau lampu kamarnya masih menyala? Dia langsung menengok ke arah balkon dan tersenyum.

Gadis itu berlari kecil dan buru-buru membuka pintu balkonnya. Setelah keluar, ia langsung mengedarkan pandangannya namun ia sama sekali tidak menemukan keberadaan Rega.

Senyumnya kini benar-benar luntur. Terlihat sekali bahwa dirinya berharap pria itu datang malam ini.

Lauren menyipitkan matanya saat melihat lampu motor yang menyala. Ia mengenali motor itu juga pria yang sedang duduk manis diatasnya. Kini senyumannya kembali terbit.

Setelah motor itu berlalu, barulah ia masuk dan berbaring di ranjang dengan tenang.

“Selamat tidur Rega,” ucapnya sebelum berlalu ke alam mimpi.

•••
Sementara di tempat lain.

Di sebuah rumah bernuansa Eropa. Geo sedang berkumpul bersama keluarganya di ruang menonton bioskop pribadi yang tersedia di rumahnya.

“Gimana persiapan ujian kamu untuk besok?” tanya Abraham di sebrangnya membuat Geo menutup buku pelajarannya.

“Sedang aku persiapkan Ayah.”

Abraham mengangguk paham, “Ayah berharap kamu mendapatkan nilai yang memuaskan, agar kamu bisa masuk ke universitas pilihan Ayah dan masuk ke jurusan kedokteran,” kata Abraham membuat Geo berdecak kesal.

Geo bercita-cita ingin menjadi seorang pilot, sementara Ayahnya memaksa dirinya untuk masuk ke dunia kesehatan yaitu kedokteran. Tidak bisakah Geo menentukan masa depannya sendiri? Geo meninggalkan cita-citanya hanya untuk membuat orang tuanya senang tanpa memikirkan dirinya.  Dari pada memikirkan hal itu lebih baik Geo lanjut mempelajari buku mata pelajarannya kembali.

Saat tengah asik menonton tayangan film horor, datanglah seorang bodyguard bertubuh besar. “Maaf, Mr. Felix, ini ada kiriman paket untuk Mr. Geo,” katanya dengan menyodorkan paket tersebut.

“Dari siapa?" tanya Geo bingung.

“Maaf Mr. Geo saya pun tidak tahu,” balas bodyguard tersebut.

“Terima kasih,” ucap Geo membuat Bodyguard tersebut meninggalkan mereka.

Geo yang merasa penasaran dengan isi paket tersebut ia pun berpamitan kepada orang tuanya untuk menuju kamar, agar ia bisa membuka paket tersebut.

Kini Geo sudah berada di kamar, ia mendudukkan tubuhnya di kursi meja belajar. Geo pun mulai membuka paket tersebut secara perlahan juga hati-hati dan saat di lihat isi paket tersebut adalah mawar hitam yang bercampur dengan darah.

Perlahan kini teror bunga mawar hitam sudah menghantui anggota inti The Victor, entah apa motif yang dinginkan dari pelaku pengirim bunga tersebut.

“Oh, shit!” umpatnya saat melihat bunga mawar hitam yang berlumur darah segar.

Geo terus menatap kosong kotak tersebut,  pikirannya terus berkelana dengan hal ini, jika diingatkan kembali Geo pun teringat pasal Lauren yang pernah mendapatkan kiriman bunga mawar hitam yang berlumuran dengan darah.

Tok, tok, tok

Pandangan Geo terputus, saat ada seseorang mengetuk pintu kamarnya, Geo pun segera menutup kotak tersebut dan menyimpannya di lemari agar tidak ada yang mengetahuinya.

Ia segera menghampiri orang yang mengetuk pintu tersebut. “Ada apa, Bun?” tanya Geo saat melihat sang Bunda di depan pintu.

“Ini minum susu dulu,” kata Alana menyodorkan segelas susu coklat hangat.

“Terima kasih, Bunda.” ujar Geo mengambil gelas tersebut lalu meminumnya sambil berdiri.

“Pelan-pelan minumnya,” omel Alana saat melihat anaknya minum dengan terburu-buru.

“Ah," desah Geo dengan tangannya yang memegang gelas kosong.

“Sudah abis! good night Bunda.” Geo memberikan gelas kosong itu kepada Alana dan langsung menutup pintu kamarnya.

Alana yang melihat itu pun hanya geleng-geleng kepala, “Ada-ada saja anak itu.”

Geo pun berlajan menuju ranjang king size miliknya, untuk melanjutkan belajarnya yang sempat tertunda tadi.

Bersambung...

REGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang